Minggu, 21 April 2024

Hari Bumi, Pj. Wali Kota Mojokerto Ajak Masyarakat Kurangi Sampah Berakhir Di TPA

Baca Juga


Pj. Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro (baju warna putih) bersama Sekda Kota Mojokerto Gaguk Tri Prasetyo, Kepala DLH Pemkot Mojokerto dan Kepala Diskominfo Pemkot Mojokerto saat meninjau TPA Randegan.


Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Hari Bumi yang diperingati setiap tahun pada tanggal 22 April, menjadi pengingat untuk terus meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap bumi sebagai tempat tinggal kita. Salah satunya dengan mengurangi sampah.

Pasalnya, sektor limbah dan sampah merupakan salah satu sumber penghasil gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim.

Menurut World Health Organization (WHO), dunia menghasilkan sampah sekitar 2 miliar ton per tahun. Sebagian besar dari jumlah tersebut tidak didaur ulang, yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan. Tidak hanya itu, timbunan sampah padat yang tidak didaur ulang juga menyebabkan emisi karbon yang besar.

Bahkan, pada tahun 2050 jumlah sampah secara global diperkirakan akan meningkat mencapai 3,4 miliar ton. Sampah sebanyak itu akan menghasilkan gas rumah kaca berbahaya yang berkontribusi pada perubahan iklim.

Atas urgensi tersebut, Penjabat (Pj.) Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro mengajak seluruh masyarakat mengurangi sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui berbagai upaya sederhana, seperti memisahkan sampah sesuai jenisnya, mengelola sampah organik dan anorganik, serta melakukan reduce, reuse, dan recycle.

“Kita punya bank sampah, serta program budidaya maggot. Mari kita optimalkan itu sebagai upaya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA", tutur Pj. Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro, Minggu (21/04/2024).

Pj. Wali Kota Mojokerto yang akrab dengan sapaan "Mas Pj" ini menjelaskan, guna optimalisasi Bank Sampah, Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto juga menyinergikan dengan program Bapak Samerto (Bayar Pajak Pakai Sampah di Kota Mojokerto) yang kini telah ditransformasikan berbasis digital dengan inovasi Bajak Sambal Terasi  (Bayar Pajak pakai Sampah Langsung Terintegrasi).

"Selain bank sampah, upaya pengurangan timbunan sampah juga dilakukan dengan menerapkan budidaya maggot. Inovasi ini cukup efektif untuk menekan produksi sampah jenis organik di skala rumah tangga", jelas Mas Pj.

Dimana, lanjut Mas Pj, sampah basah dapat digunakan untuk pakannya maggot. Seperti nasi sisa kemarin, sayur sisa kemarin, kulit buah-buahan, dan lain sebagainya. Maggot ini juga bisa menghasilkan uang karena bernilai ekonomi. Maggot bisa digunakan untuk pakan ikan dan unggas menggantikan pelet yang merupakan produksi pabrikan.

Dengan adanya maggot yang dibudidaya sebagai pakannya ikan seperti lele, biaya produksinya juga dapat menurun, sehingga keuntungan menjual lele yang telah dibudidaya akan lebih besar, karena biaya membeli pakan menurun namun harga jualnya tetap.

“Skema untuk mengurangi sampah sudah kita buat sedemian rupa, jika kesadaran masyarkat akan kebersihan dan pengelolaan sampah sudah baik, tentu nantinya volume sampah akan bisa berkurang dengan sendirinya", pungkas Mas Pj. *(SRT/HB)*