Selasa, 07 Juni 2022

Dikunjungi Wali Kota Singkawang, Ning Ita Kenalkan Cagar Budaya Di Kota Mojokerto


Ning Ita saat menerima cinderrama dari Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie di ruang Sabha Mandala Madya, Selasa (07/06/2022) - (zan).


Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Sudah menjadi hal yang lumrah bagi Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari untuk menjadi pemandu wisata bagi tamu-tamunya yang berkunjung ke Kota Mojokerto. Seperti halnya dalam kunjungan Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie yang secara langsung diajak berkeliling Kota Mojokerto, Selasa (07/06/2022).

Usai diterima di ruang Sabha Mandala Madya, Wali Kota Mojokerto yang akrab dengan sapaan Ning Ita ini mengajak Wali Kota Singkawang beserta jajarannya mengunjungi dua cagar budaya di Kota Mojokerto, yaitu Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hok Sian Kiong dan SD Purwotengah yang dulunya merupakan tempat menuntut ilmu Soekarno Sang Proklamator.

Di Klenteng Hok Sian Kiong ini, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie menyempatkan diri untuk beribadah disela-sela kunjungan kerja. Didampingi pengurus TITD Gede Sidarta, Wali Kota Tjhai Chui Mie sembahyang pada masing-masing rupang dewa di klenteng yang berdiri sejak tahun 1823 ini.

Ning Ita dan Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie dan rombongan foto bersama di halaman SDN Purwotengah, Selasa (07/06/2022) - (zan).


Dari klenteng tertua di Kota Mojokerto tersebut, rombongan menuju SD Purwotengah di jalan Taman Siswa. Di sekolah ini Ning Ita menjelaskan, bahwa Pemerintah Kota Mojokerto berusaha menjaga keaslian bangunan yang dulunya bernama Sekolah Ongko Loro ini.

“Selain bangunan gedung, bangku dan papan tulis merupakan peninggalan yang autentik", jelas Ning Ita kepada rombongan dari Kota Singkawang.

Atas sambutan Ning Ita ini, Wali Kota Tjhai Chui Mie mengungkapkan terima-kasihnya.

“Saya terima kasih sekali kepada Ibu Wali Kota beserta jajarannya yang sudah menerima rombongan dari Kota Singkawang. Di mana tujuan kami ke sini karena ingin belajar Kota Pusaka yang ada di Kota Mojokerto", ungkapnya.


Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie berkesempatan sembahyang di Klenteng Hok Sian Kiong Kota Mojokerto, Selasa (07/06/2022) - (zan).


Wali Kota Tjhai Chui Mie juga mengungkapkan, bahwa berkunjung ke sekolah Soekarno memiliki suatu nilai tersendiri.

“Berkunjung langsung ke sekolahnya Bapak Presiden pertama, Bapak Insinyur Soekarno tentu saja punya sejarah, punya nilai untuk menyemangati kita, untuk menjaga menjaga persatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila, membumikan Pancasila", tuturnya, usai berkeliling SD Purwotengah bersama Ning Ita.

Dalam kesempatan ini, Ning Ita mengungkapkan, bahwa Kota Mojokerto dan Kota Singkawang masing-masing memiliki warisan budaya yang menjadi kekhasan daerah masing-masing.

“Kita memiliki warisan budaya masing-masing yang berbeda, namun kekhasan bagi daerah kita masing-masing. Kalau Mojokerto budaya warisan dari Mojopahit yang cukup kental, kalau Singkawang 'Kota Seribu Kuil'. Jadi, memiliki sejarah dan budaya masing-masing", ujar Ning Ita.

"Nah... ciri khas ini yang bisa dikolaborasikan, disinergikan dalam membangun kota kita masing-masing yang memiliki potensi budaya yang menarik", tandas Ning Ita. *(Na/an/HB)*

Kamis, 27 Desember 2018

Abaikan Protes Warga Soal Pelindungan Situs Mojopahit, DLH Pemkab Mojokerto Teruskan Proyek TPA Di Belahan Tengah

Salah-satu suasana saat warga memprotes proyek perluasan TPA di sekitar area situs cagar budaya di Dusun Sambeng, Belahan Tengah Kec. Mojosari Kab. Mojokerto.

Kab. MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto bersikukuh melanjutkan pengerjaan proyek perluasan tempat pembuangan akhir (TPA) di kawasan area penemuan situs perbukala yang di Dusun Sambeng Desa Belahan Tengah Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. DLH beralasan, cagar budaya yang ditengarai merupakan peninggalan zaman Kerajaan Majapahit itu justru lebih aman berada di lokasi TPA.

DLH menilai, perluasan TPA lebih penting untuk menampung volume sampah di Kabupaten Mojokerto yang semakin menumpuk. Terlebih, proyek tersebut sudah menyedot APBD Kabupaten Mojokerto yang sedemikian besar, sehingga mustahil untuk dibatalkan. “Lokasi perluasan (TPA) sudah di bangun dengan biaya yang mahal. Kalau tak dimanfaatkan kan sayang. Jadi, tak mungkin berhenti. Sampah mau dikemanakan kalau perluasan dhentikan", ujar Kepala DLH Pemkab Mojokerto Zainul Arifin, Kamis (27/12/2018).

Meskipun di sisi lain pihaknya tidak mengesampingkan keberadaan situs yang ditemukan warga di sekitar proyek TPA. Namun, ia berpendapat, desakan warga agar pemerintah membangun museum cagar budaya untuk menjamin konservasi situs di Dusun Sambeng Desa Belahan Tengah, sangat berlebihan. “Tidak mudah proses pengalihan aset, itu mimpi saja. Biarkan saja lah. Kita tunggu hasil penelitian tim ahli, tapi pelayanan sampah tetap jalan", tegas Zainul Arifin.

Menurut Zainul, keberadaan situs di area TPA malah membuatnya lebih aman. Ia menampik jika penggalian tanah di TPA bakal memusnahkan bagian lain situs yang kemungkinan masih terpendam. “Situs di dalam kan aman-aman saja. Kita aktivitas di luar situs itu untuk membuat sumur lindi", ungkap Zainul.

Meski sebelumnya warga mendesak DLH menghentikan proyek TPA di Dusun Sambeng karena khwarir merusak situs cagar budaya dan menolak area tersebut menjadi tempat pembuangan gunungan sampah yang sangat berpotensi merusak atau menenggelamkan situs, namun pihak DLH tak menggubris protes warga tersebut.

Zainul menegaskan, TPA tersebut tetap akan difungsikan. Bahkan, akan lebih dioptimalkan setelah proyek perluasan selesai. "Itu resmi wilayah TPA. Sampah mau dikelola di mana kalau tidak di TPA", tegasnya dengan nada penuh tanya.

Sementara itu, situs yang di duga merupakan peninggalan zaman Kerajaan Mojopahit  di Dusun Sambeng itu, pertama ditemukan pertama kali oleh pekerja proyek pembangunan pagar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Belahan Tengah.

Di duga, struktur bata merah kuno itu rusak sebagian akibat penggalian pondasi pagar. Sementara situs serupa di luar TPA juga rusak sebagian akibat pembukaan lahan pertanian oleh warga setempat dengan menggunakan alat berat.

Atas temuan situs tersebut, warga Belahan Tengah dan komuntas peduli Mojopahit telah melaporkan temuan tersebut ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim.

Berdasarkan hasil ekskavasi dan kajian arkeolog BPCB Jatim, situs Sambeng merupakan sisa-sisa perkampungan Majapahit. Situs ini tersebar di dalam dan di luar areal TPA.

Struktur dari batu-bata itu merupakan pondasi dan lantai pemukiman dari abad ke 15 Masehi. Di duga, penghuni perkampungan ini dahulunya diperkirakan dari kaum kesatria pada akhir-akhir masa Kerajaan Mojokahit. *(Tk/HB)*

Selasa, 09 Januari 2018

Bupati Mojokerto Terima Rombongan Konjen Jepang, Tawarkan Hibah Akar Rumput

Bupati Mojokerto MKP didampingi Wabup Mojokerto Pungkasiadi saat memberikan cinderamata kepada Konjen Jepang Masaki Tani, Selasa (09/01/2018) siang, di Griya Wira Bhakti Praja, Pemkab Mojokerto.

Kab. MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa (MKP) menerima rombongan Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang untuk Indonesia (wilayah Surabaya) yang dipimpin Masaki Tani, Selasa (09/01/2018) siang, di Griya Wira Bhakti Praja. Kunjungan ini dalam rangka membahas kerjasama yang dapat dibangun antara Pemprov Jawa Timur (Indonesia) khususnya Kabupaten Mojokerto, bersama dengan Pemerintah Jepang.

Masaki menawarkan kerjasama dalam bentuk bantuan hibah untuk membantu kebutuhan dasar masyarakat tingkat akar rumput. Seperti bantuan sarana air bersih, elektrifikasi Desa, pengadaan alat medis rumah sakit, maupun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) serta bantuan untuk pelatihan dan masih banyak lagi.

Bantuan akar rumput (sebutan bagi mereka) maksimal untuk setiap proyek sejumlah 10 juta Yen atau sekitar Rp. 900 juta (tergantung nilai kurs berlaku) yang tujuan dan manfaatnya harus jelas.

Bantuan yang mereka tawarkan, ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi. Utamanya, bagi lembaga yang ingin mengajukan proposal. Salah satunya tidak boleh dari unsur pemerintah, harus berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau swasta yang terpercaya dan direkomendasikan. Persyaratan lain, lembaga tersebut paling tidak harus memiliki pengalaman minimal 2 tahun.

Bupati Mojokerto Mustofa Kamal didampingi Wabup Mojokerto Pungkasiadi saat berkomunikasi dengan Konjen Jepang Masaki Tani, Selasa (09/01/2018) siang, di Griya Wira Bhakti Praja, Pemkab Mojokerto

Bupati yang didampingi wakilnya, Pungkasiadi beserta Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto Herry Soewito, menyambut positif rencana kerjasama yang dapat dibangun diantara keduanya. Banyak potensi Kabupaten Mojokerto yang dapat dimaksimalkan dalam program hibah akar rumput.

“Pemerintah Kabupaten Mojokerto menyambut baik kemungkinan kerjasama ini. Jepang punya hubungan kuat dengan kita di Jawa Timur khususnya Kabupaten Mojokerto. Karena cukup banyak investor dari Jepang yang berinvestasi disini. Banyak desa berpotensi pariwisata baik pertanian seperti Kampung Organik Brenjonk di Trawas maupun wisata sejarah di Trowulan, yang sangat kita rekomendasikan untuk bantuan hibah", terang Bupati Mojokerto MKP

Masaki secara pribadi melihat sejarah Mojopahit yang terpusat di Kecamatan Trowulan sebagai potensi wisata yang kuat. Masaki bahkan ingin mengundang para profesor dari Jepang untuk datang bertandang ke pusat kerajaan Majapahit di masa lampau ini.

“Kami sering komunikasi dengan dinas pariwisata di beberapa daerah. Wisata memang menjadi hal yang sangat menarik, terlebih jika potensi wisata daerah tersebut sangat spesifik dan tidak bisa ditemui di daerah lain. Sejarah Majapahit yang terpusat di Kecamatan Trowulan sangat menarik bagi kami, kerjasama bisa kita buat dengan mengundang profesor kami untuk datang kemari untuk mengunjungi sekaligus ikut membantu mengenalkan Trowulan", kata Masaki. *(Yd/DI/Red)*

Sabtu, 18 Februari 2017

Revitalisasi Program Pendidikan Karakter, Mendikbud Kunjungi Museum Mojopahit Mojokerto


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, saat berkunjungi di Museum Majapahit, Trowulan Kabupaten Mojokerto, Sabtu (18/02/2017).

Kab. OJOKERTO — (harianbuana.com).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) mulai menjalankan program revitalisasi pendidikqn karakter dan pembenahan program pendidikan berbasis karakter yang difokuskan pada pengenalan nilai sejarah dan situs-situs kuno, sehingga bisa menjadi jujugan edukasi bagi para siswa dan bisa membangkitkan rasa bangga karena memiliki nenek moyang yang hebat dan tidak kalah dengan bangsa lain. Terkait itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy melakukan Kunker (Kunjungan Kerja) ke Museum Majapahit di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, Sabtu (18/02/2017).

Saat mengunjungi Museum Majapahit di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto ini, Sabtu (18/02?2017), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy menuturkan, bahwa pendidikan karakter bisa membangkitkan semangat kebangasaan dan kebanggaan atas keberadaan siswa sebagai bangsa Indonesia. Pihaknyapun berharap, dengan revitalisasi karakter, kedepannya situs-situs peninggalan sejarah bisa menjadi tempat tujuan para siswa sebagai jujukan edukasi. "Sehingga mereka tetap bisa bangga memiliki nenek moyang yang hebat dan tidak kalah dengan bangsa lain", tutur Muhadjir Effendy, Sabtu (18/02/2017), dilokasi.

Lebih jauh, Mendikbud memaparkan, bahwa untuk menyukseskan program pendidikan berbasis karakter, Pemerintah Pusat bakal menganggarkan program tersebut dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dimana, target utamanya dikhususkan untuk mengenalkan para siswa pada tempat-tempat peninggalan sejarah dengan cara mengunjungi secara langsung. "Salah satunya, adalah situs peninggalan Majapahit di Trowulan Kabupaten Mojokerto", papar Mendikbud RI, Muhajir Effendy

Terkait dengan terbatasnya anggaran, pihaknya optimis jika situs-situs peninggakan sejarah akan tetap terpelihara serta terjaga. Menurutnya, selain bisa membangkitkan semangat kebangasaan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, juga bisa menambah income negara melalui Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). "Selain itu, ini bisa menambah pendapatan Negara melalui Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)", cetusnya.

Ditegaskannya, bahwa bagi para siswa tidak-ada pungungutan biaya karcis masuk. Namun, bagi wisatawan dan turis harus dikenakan biaya karcis masuk. "Kalau siswa, tidak masalah tidak ada pungutan biaya karcis masuk. Tapi, kalau wisatawan atau turis itu tidak bisa. Kalau banyak turis yang datang tapi tidak dipungut, itu tidak benar. Di Negara manapun juga tidak ada yang seperti itu", tegas pejabat yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Menurut Mendikbud RI Muhajir Effendy, dengan adanya pungutan biaya untuk tiket masuk, nantinya berbagai fasilitas penunjang harus dilengkapi. Seperti halnya sarana tempat ibadah, area parkir, juga sentra souvenir. "Tentunya pemberian area penjualan souvenir harus sesuai dengan karakter dan ciri khas masing-masing masing daerah", pungkas Mendikbud RI Muhajir Effendy.
*(DI/Red)*

Jumat, 02 Desember 2016

Sumbang PAD Rp. 380 Juta Pertahun, 12 Tahun Tak Disentuh Perbaikan, Atap Pendopo Makam Troloyo Ambrol

Pendopo makam Troloyo di Desa Sentonorejo Kec. Trowulan Kab. Mojokerto pasca diterpa angin, Jum'at (02/12/2016) dini hari.


Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Salah-satu tempat wisata religi dikawasan kompleks makan Troloyo Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, 12 tahun pasca dipugar pada  tahun 2004 lalu, hingga sekarang ini belum pernah disentuh perbaikan. Tak ayal lagi, kondisi atap bangunan yang lapuk dan rapuh termakan umur, ambrol menimpa para peziarah saat diterpa angin ribut.

Hanya saja, hingga selama itu, Pemerintah Daerah (Pemda) setempat terkesan cuek bahkan hanya mau enaknya saja. Padahal destinasi wisata religi yang tak pernah sepi peziarah sejak tahun 2004 itu merupakan menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-rata Rp. 380 juta dalam setiap tahunnya.

Kepala Disporabudpar (Dinas Pemuda Olah-raga Budaya dan Pariwisata) Kabupaten Mojokerto Ustadzi Rois menyatakan, bahwa makam Troloyo tak pernah sepi peziarah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur untuk berziarah ke makam Syekh Jumadil Kubro yang dikenal sebagai sesepuh Wali Songo.

Dikarenakan itulah, wisata religi ini menghasilkan PAD yang cukup besar. Tahun 2016 ini saja, pendapatan dari retribusi masuk ke makam Troloyo mencapai Rp. 390,4 juta. Yang mana, pendapatan itu naik sekitar 1% dari tahun sebelumnya. "Tahun ini, PAD dari makam Troloyo mencapai sekitar 102 persen dari target sebesar Rp. 382,5 juta", terang Ustadzi Rois kepada media, Jumat (02/12/2016).

Ironisnya, meski menyumbangkan PAD ratusan juta dalam tiap tahunnya, tak membuat Pemkab Mojokerto untuk lebih serius memperhatikan kondisi bangunan di kompleks makam kuno ini. Hingga berujung dengan akibat yang cukup fatal. Yakni, atap bangunan yang lapuk dan rapuh termakan umur itupun abrol san menimpa sejumlah peziarah makam Syekh Jumadil Kubro, Jum'at (02/12/2016) dini hari tadi.

Meski dalam kejadian tersebut tak sampai menimbulkan korban jiwa, namun tetap saja mengakibatkan 2 (dua) orang peziarahvdari Madiun harus dilarikan ke rumah sakit akibat luka dibagian kepalanya.

Selain atap dibagian bangunan utama, kerusakan juga terlihat dibagian atap lorong menuju ke makam Syekh Jumadil Kubro. Plafon dari eternit terlihat berlubang dan nyaris runtuh. Kondisi demikian ini tentunya mengancam keselamatan para peziarah.

Disentuh terkait hal tersebut, Rois menjelaskan, bahwa perbaikan atap area pendopo Makam Syekh Jumadil Kubro telah berjalan sejak sekitar 2 (dua) bulan yang lalu. Hanya saja, pelaksanaannya dibebankan kepada Pemerintah Desa Sentonorejo melalui dana bantuan keuangan (BK) Desa tahun anggaran 2016. "Makam Troloyo kan aset Desa yang kemudian ada perjanjian kerja-sama dengan Pemkab. Oleh kerena itu, yang paling enak pembangunan dilaksanakan oleh Desa secara swakelola", jelasnya.

Pasca atapnya ambol, Pemda setempat menutup tempat wisata religi tersebut. Hanya saja, sejumlah peziarah masih saja nekat menerobos garis polisi, untuk menuju makam yang atapnya runtuh itu. "Hari ini kami tutup, khusus di pendopo makam Syekh Jumadil Kubro. Namun, masih banyak yang nekat masuk. Kalau kami ketati, itu kan makam Syekh. Ya cukup kami beri peringatan supaya di luar pendopo makam", pungkasnya.
*(DI/Red)*


BERITA TERKAIT :

Atap Makam Troloyo Ambrol Diterjang Angin, 2 Peziarah Terluka

Atap Makam Troloyo Ambrol Diterjang Angin, 2 Peziarah Terluka

Penampakan lokasi sekitar makam Syekh Jumadil Kubro pasca atapnya ambrol, Jum'at (02/12/2016) pagi.
Penampakan atap makam Syekh Jumadil Kubro pasca ambrol, Jum'at (02/12/2016) pagi.


Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Angin kencang mengakibatkan atap pendopo makam Syekh Jumadil Kubro di kompleks makam Troloyo Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ambruk, Jumat (2/12/2016) dini hari. Insiden ini mengakibatkan dua peziarah mengalami luka cukup parah akibat tertimpa material atap.

Kanit Reskrim Polsek Trowulan, Iptu Dian Sukma Purwanegara mengungkapkan, bahwa ambrulnya atap pendopo makam Syekh Jumadil Kubro terjadi sekitar pukul 02.15 WIB. Yang mana, saat itu tengah terjadi angin kencang diwilayah Trowulan, terlebih dikawasan sekitar area kompleks makam Troloyo. Bersamaan itu, lokasi wisata religi tersebut sedang ramai dikunjungi peziarah karena bertepatan dengan malam Jumat-Legi (penanggalan Jawa).

Diantara peziarah ditempat tersebut adalah rombongan peziarah dari Madiun Jawa Timur. Mereka berziarah, untuk berdoa dimakam yang konon merupakan punjer Walisongo. "Untuk sementara, hasil penyelidikan kami penyebab ambrolnya atap akibat diterjang angin kencang dan kondisi bangunan yang sudah tua", ungkap Iptu Dian Sukma Purwanegara, dilokasi

Penampakan lokasi sekitar makam Syekh Jumadil Kubro pasca atapnya ambrol, Jum'at (02/12/2016) pagi.

Disebutkannya juga, bahwa atap bangunan yang runtuh itu menimpa rombongan peziarah asal Madiun yang sedang berdoa dilokasi, yang mengakibatkan 2 (dua) peziarah terluka. Kedua korban runtuhan material atap bangunanbadalah Mairun (54) dan Tottok Iskandar (43), asal Desa Baru Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. "Korban dua orang mengalami luka di bagian kepala akibat tertimpa atap. Keduanya, sudah diobati di RSI Sakinah dan saat ini sudah kembali ke Madiun", sebutnya.

Kanit Reskrim Polsek Trowulan Iptu Dian Sukma Purwanegara pun menjelaskan, bahwa atap pendopo makam Syekh Jumadil Kubro sedang dalam perbaikan pada bagian atap yang ambrol. "Bangunan sedang diperbaiki. Sudah ada peringatan dari pengurus makam Troloyo dan sudah dibuatkan pembatas agar peziarah tidak masuk ke bagian tengah. Namun, peziarah masih masuk sehingga ada korban saat ambrol", terangnya.

Pantauan dilokasi, bagian atap yang ambruk menyisakan lubang sekitar 3x22 meter persegi. Material berupa kayu kerangka atap dan triplek terlihat berserakan dilantai makam. Sejumlah pekerja membersihkan material atap yang ambruk di dalam pendopo makam Syekh Jumadil Kubro. Garis polisi dipasang petugas di pintu masuk area makam. Petugas terlihat melakukan olah TKP untuk menyelidiki penyebab ambrolnya atap tersebut. Para peziarah pun hanya bisa berdoa didepan pintu masuk area makam.

Ditandaskannya, untuk sementara waktu sarana wisata religi tersebut ditutup hingga dipastikan aman bagi pengunjung dan selesainya penyelidikan. "Lokasi kami tutup, kami police line sampai dipastikan aman semua dan tahap penyelidikan selesai baru dibuka lagi. Adanya indikasi kelalaian masih kami selidiki," tandas Kanit Reskrim Polsek Trowulan, Iptu Dian Sukma Purwanegara
*(DI/Red)*

Kamis, 06 Oktober 2016

Temuan Situs Sejarah Saat Warga Saat Bangun Posyandu Tengah Dikaji BPCB

    Lokasi penemuan situs peninggalan masa kerajaan Mojopahit di Dusun Gapuro Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto.


Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Situs purbakala berstruktur menyerupai candi yang ditemukan warga di Dusun Gapuro Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto tengah dalam penelitian dan menjadi bahan kajian Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan. Saai ini, situs kuno temuan warga tersebut telah dievakuasi pihak BPCB dan diprediksi merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit.

Situs kuno itu ditemukan warga terkubur dalam Tanah Kas Desa (TKD) Dusun Gapuro berukuran 15 x 15 meter-persegi dikedalaman 0,5 meter yang bersebelahan dengan kebun tebu, Rabu (28/09/2016), saat warga menggali lahan tersebut untuk memasang pondasi bangunan yang akan digunakan sebagai Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Saat ditemukan warga, situs kuno berbentuk persegi panjang yang dibuat dari bata merah berukuran 30x7x6 (cm3) dan 28x19x6,5 (cm3) ini disusun dengan cukup rapi. Dibagian tengah bangunan situs, terdapat lubang berameter 0,5 meter. Diperkirakan, bangunan ini terkubur tanah cukup dalam. Pasalnya, pada lubang sedalam 0,5 meter itu masih terlihat tumpukan bata merah hingga ke permukaan.

Tim BPCB tengah meneliti penemuan yang diprediksi situs peninggalan masa kerajaan Mojopahit di Dusun Gapuro Desa Mojojajar Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto


Kepala Sub Unit Penyelamatan dan Pengamanan BPCB Trowulan, Ahmad Hariri mengungkapkan, bahwa dilihat dari ciri-ciri bata merah bangunan tersebut, pihaknya menduga sebagai peninggalan zaman Majapahit. Karena bata merah itu mirip dengan struktur candi di Trowulan. Hanya saja, masih perlu dilakukan penelitian dan ekskavasi untuk memastikan bentuk dan fungsi bangunan masa lampau itu.

Dijelaskannya pula, bahwa penelitian itu dilakukan setelah pihaknya menerima Surat Permohonan Kajian Arkeologis dari pihak Desa Mojojajar pada Senin (03/10/2016). "Kepedulian masyarakat setempat sangat tinggi. Bahkan, warga mengancam akan menggali sendiri situs yang terpendam itu jika BPCB tak segera turun tangan. Agar struktur kuno itu tak rusak, kami yang akan melakukan eskavasi", jelasnya, Kamis (06/10/2016).

Beberapa hari setelah adanya surat tersebut, pihak BPCB Trowulan pun melayangkan surat balasan. Surat tersebut merekomendasikan Pemerintah Desa Mojojajar agar memindahkan pekerjaan gedung Posyandu ke lokasi lain. Selain itu, pihaknya juga menegaskan akan segera melakukan kajian arkeologis.

Menurut Ahmad Hariri, penelitian dan ekskavasi akan dilakukan November—Desember nanti. Untuk melakukan itu, pihaknya akan menerjunkan tim yang terdiri dari 6 orang. Yang terdiri dari 2 orang arkeolog, juru sketsa, juru gambar, dan bagian dokumentasi. Dibebutnya pula, jika situs kuno di Dusu Gapuro tersebut, saat ini menjadi prioritas BPCB. "Kami lebih prioritaskan yang di Dusun Gapuro. Makanya, penelitian di Ponorogo terpaksa ditunda dulu", pungkasnya.

Sementara Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Ustadzi Rois menyatakan, bahwa pihaknya telah meminta kepada Kepala Desa Mojojajar untuk mensterilkan lokasi penemuan situs kuno di Dusun Gapuro tersbut. Dengan harapkan kajian arkeologis dari pihak BPCB bisa berjalan lancar. "Kami berharap situs kino itu bisa segera diekskavasi oleh pihak BPCB", harapnya.
*(DI/Red)*

Jumat, 19 Agustus 2016

Beberapa Benda Bersejarah Situs Kerajaan Mataram II Dilereng Gunung Welirang Kawasan Mojokerto Raib

 

Situs sejarah yang diduga peninggalan masa Kerajaan Mojopahit dikawasan pegunungan Welirang yang terancam punah.


Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Beberapa benda peninggalan bersejarah situs Kerajaan Mataram II (dua) dikawasan pegunungan Welirang yang termasuk dalam batas wilayah Desa Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto, raib dari tempatnya. Hanya saja, raibnya sejumlah benda situs bersejarah tersebut baru diketahui oleh warga dan komunitas pecinta cagar budaya setelah benda-benda dimaksud sudah tidak pada tempatnya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yoyok Adi Purnomo yang tak lain adalah salah-satu warga pecinta cagar budaya, bahwa benda bersejerah yang diketahuinya telah raib adalah kepala singa dan burung rajawali serta sebuah patung bermotif seorang pertapa. “Yang hilang itu batu dengan pahatan lambang kepala singa dan burung rajawali serta sebuah patung bergambar orang bertapa”, ungkap Yoyok Adi Purnomo, saat dihubungi, Jum’at (19/08/2016).

Yoyok menerangkan, sebelum raib, benda-benda itu berada disekitar lokasi makam petilasan yang dipercaya merupakan petilasan dari Raja Mataram II, Raden Mas Jolang. “Menurut cerita turun temurun, tempat itu merupakan makam petilasan Raja Mataram II yang wafat ketika berburu dihutan. Sebelum hilang, benda-benda bersejarah itu berada disekitar lokasi petilasan itu”, terangnya.

Terkait misteri meninggalnya Raden Mas Jolang itu sendiri, beberapa sumber lain menyebutkan, bahwa Raja Mataram II yang bernama Raden Mas Jolang dan bergelar Prabu Hanyakrawati memerintah Mataram sejak 1601 dan meninggal dunia pada 1613 sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak, Pacet, Mojokerto. Yang mana, Raden Mas Jolang ini juga dikenal dengan sebutan 'Panembahan Seda ing Krapyak'. Namun demikian, dari sumber yang lainnya menyebutkan, jika Raden Mas Jolang bukan meninggal dihutan Krapyak, Pacet, Mojokerto. Melainkan dimakamkan di Pasarean Mataram, Yogyakarta.

Menurut Yoyok, benda-benda peninggalan bersejarah itu berada disalah-satu kawasan jalur pendakian pegunungan Welirang yang disebut 'Putuk Puyang'. Yang mana, pada tahun 2015 silam ditempat itu masih banyak terdapat benda-benda bersejarah yang terbuat dari batu andesit. “Namun, sekarang ini banyak yang hilang", ujarnya.

Yoyok menduga, penjarah benda-benda peninggalan bersejarah dimaksud adalah para pemburu benda antik atau benda bersejarah. Dugaan bahwa hal itu merupakan penjarahan, dapat terlihat dari adanya bekas galian dilokasi. “Ada benda yang tampak setelah digali namun tidak jadi dibawa kabur oleh penjarah, mungkin saja karena terlalu besar dan berat", duganya.

Ia berharap, agar Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto menindaklanjuti informasi dari masyarakat. “Kami harap ada perhatian dari BPCB Trowulan Mojokerto, entah bagaimana caranya untuk segera menyelamatkan benda-benda yang masih tersisa. Kita khawatir, kalau dibiarkan begitu saja, bisa habis dibawa kabur para pemburu benda bersejarah”, cetusnya.

Selain dikawasan Putuk Puyang, Yoyok menyebutkan, jika masih banyak benda-benda bersejarah yang tersebar dipegunungan Welirang yang berada dikawasan Desa Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Yang mana, sebagian besar benda-benda situs bersejarah itu diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. “Selain petilasan juga ada sumber mata air dan berbagai jenis batu pahatan dengan motif bunga", sebutnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Pemanfaatan dan Pengembangan BPCB Trowulan Edhi Widodo menyatakan, bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi atas dugaan penjarahan situs di lereng Gunung Welirang itu. Pihaknya, menghimbau kepada masyarakat yang mengetahui adanya situs yang dijarah atau menduga adanya penjarahan situs agar melapor secara resmi ke BPCB Trowulan. “Kalau ada laporan resmi akan kami tindak-lanjuti dan mengirim tim ke sana", ujar Edhi Widodo.

Menurut Widodo, belum semua situs peninggalan sejarah kerajaan terdaftar BPCB Trowulan, karena sebarannya yang terlalu banyak dan lokasi yang sulit untuk dijangkau, seperti halnya dilereng-lereng gunung. Terkait itu, diperlukan penelitian lebih mendalam dilokasi-lokasi dimaksud untuk menentukan apakah situs ditempat itu berkaitan dengan masa Kerajaan Majapahit sekitar abad 12-15 maupun sebelum atau sesudah masa Kerajaan Majapahit. “Kalau yang dimaksud di lokasi situ (Putuk Puyang), setahu saya hingga sekarang memang belum terdata", cetus Edhib Widodo.

Sebagaimana diketahui, gunung Welirang merupakan gunung berapi aktif yang memiliki ketinggian sekitar 3.156 meter di atas permukaan laut, yang berada diperbatasan antara Kota Batu, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto. Yang mana, Gunung Welirang ini posisinya bersebelahan dengan Gunung Arjuno, Gunung Kembar I dan Gunung Kembar II. Sedangkan hutan lindung digugusan gunung tersebut termasuk wilayah Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.
*(DI/Red)*