Jumat, 19 Agustus 2016

Beberapa Benda Bersejarah Situs Kerajaan Mataram II Dilereng Gunung Welirang Kawasan Mojokerto Raib

Baca Juga

 

Situs sejarah yang diduga peninggalan masa Kerajaan Mojopahit dikawasan pegunungan Welirang yang terancam punah.


Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Beberapa benda peninggalan bersejarah situs Kerajaan Mataram II (dua) dikawasan pegunungan Welirang yang termasuk dalam batas wilayah Desa Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto, raib dari tempatnya. Hanya saja, raibnya sejumlah benda situs bersejarah tersebut baru diketahui oleh warga dan komunitas pecinta cagar budaya setelah benda-benda dimaksud sudah tidak pada tempatnya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yoyok Adi Purnomo yang tak lain adalah salah-satu warga pecinta cagar budaya, bahwa benda bersejerah yang diketahuinya telah raib adalah kepala singa dan burung rajawali serta sebuah patung bermotif seorang pertapa. “Yang hilang itu batu dengan pahatan lambang kepala singa dan burung rajawali serta sebuah patung bergambar orang bertapa”, ungkap Yoyok Adi Purnomo, saat dihubungi, Jum’at (19/08/2016).

Yoyok menerangkan, sebelum raib, benda-benda itu berada disekitar lokasi makam petilasan yang dipercaya merupakan petilasan dari Raja Mataram II, Raden Mas Jolang. “Menurut cerita turun temurun, tempat itu merupakan makam petilasan Raja Mataram II yang wafat ketika berburu dihutan. Sebelum hilang, benda-benda bersejarah itu berada disekitar lokasi petilasan itu”, terangnya.

Terkait misteri meninggalnya Raden Mas Jolang itu sendiri, beberapa sumber lain menyebutkan, bahwa Raja Mataram II yang bernama Raden Mas Jolang dan bergelar Prabu Hanyakrawati memerintah Mataram sejak 1601 dan meninggal dunia pada 1613 sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak, Pacet, Mojokerto. Yang mana, Raden Mas Jolang ini juga dikenal dengan sebutan 'Panembahan Seda ing Krapyak'. Namun demikian, dari sumber yang lainnya menyebutkan, jika Raden Mas Jolang bukan meninggal dihutan Krapyak, Pacet, Mojokerto. Melainkan dimakamkan di Pasarean Mataram, Yogyakarta.

Menurut Yoyok, benda-benda peninggalan bersejarah itu berada disalah-satu kawasan jalur pendakian pegunungan Welirang yang disebut 'Putuk Puyang'. Yang mana, pada tahun 2015 silam ditempat itu masih banyak terdapat benda-benda bersejarah yang terbuat dari batu andesit. “Namun, sekarang ini banyak yang hilang", ujarnya.

Yoyok menduga, penjarah benda-benda peninggalan bersejarah dimaksud adalah para pemburu benda antik atau benda bersejarah. Dugaan bahwa hal itu merupakan penjarahan, dapat terlihat dari adanya bekas galian dilokasi. “Ada benda yang tampak setelah digali namun tidak jadi dibawa kabur oleh penjarah, mungkin saja karena terlalu besar dan berat", duganya.

Ia berharap, agar Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto menindaklanjuti informasi dari masyarakat. “Kami harap ada perhatian dari BPCB Trowulan Mojokerto, entah bagaimana caranya untuk segera menyelamatkan benda-benda yang masih tersisa. Kita khawatir, kalau dibiarkan begitu saja, bisa habis dibawa kabur para pemburu benda bersejarah”, cetusnya.

Selain dikawasan Putuk Puyang, Yoyok menyebutkan, jika masih banyak benda-benda bersejarah yang tersebar dipegunungan Welirang yang berada dikawasan Desa Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Yang mana, sebagian besar benda-benda situs bersejarah itu diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. “Selain petilasan juga ada sumber mata air dan berbagai jenis batu pahatan dengan motif bunga", sebutnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Pemanfaatan dan Pengembangan BPCB Trowulan Edhi Widodo menyatakan, bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi atas dugaan penjarahan situs di lereng Gunung Welirang itu. Pihaknya, menghimbau kepada masyarakat yang mengetahui adanya situs yang dijarah atau menduga adanya penjarahan situs agar melapor secara resmi ke BPCB Trowulan. “Kalau ada laporan resmi akan kami tindak-lanjuti dan mengirim tim ke sana", ujar Edhi Widodo.

Menurut Widodo, belum semua situs peninggalan sejarah kerajaan terdaftar BPCB Trowulan, karena sebarannya yang terlalu banyak dan lokasi yang sulit untuk dijangkau, seperti halnya dilereng-lereng gunung. Terkait itu, diperlukan penelitian lebih mendalam dilokasi-lokasi dimaksud untuk menentukan apakah situs ditempat itu berkaitan dengan masa Kerajaan Majapahit sekitar abad 12-15 maupun sebelum atau sesudah masa Kerajaan Majapahit. “Kalau yang dimaksud di lokasi situ (Putuk Puyang), setahu saya hingga sekarang memang belum terdata", cetus Edhib Widodo.

Sebagaimana diketahui, gunung Welirang merupakan gunung berapi aktif yang memiliki ketinggian sekitar 3.156 meter di atas permukaan laut, yang berada diperbatasan antara Kota Batu, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto. Yang mana, Gunung Welirang ini posisinya bersebelahan dengan Gunung Arjuno, Gunung Kembar I dan Gunung Kembar II. Sedangkan hutan lindung digugusan gunung tersebut termasuk wilayah Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.
*(DI/Red)*