Sabtu, 29 April 2017

Warga Duyung~Trawas Gelar Ritual Ruwat Desa

Baca Juga


Ribuan warga Desa Duyung Kec. Trawas Kab. Mojokerto saat dalam prosesi ritual Ruwat Desa, yang salah-satunya mengarak hasil bumi menuju 'Punden' di Desa mereka, Sabtu (29/04/2017).

Kab. MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Ribuang warga Desa Duyung Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Sabtu (29/04/2017) pagi, berduyun-duyun membawa tumpeng berupa jajanan pasar yang dihias dengan berbagai bentuk. Diantaranya dibentuk menyerupai ular naga, masjid, rumah adat, sapi, kapal hingga replika peralatan tempur TNI seperti pesawat tempur dan tank. Beragam model tumpeng dari yang berukuran mini hingga raksasa dan berbagai sesaji itupun dibawa berkeling Desa Duyung oleh ribuan warga Desa setempat, sebelum akhirnya dibawa menuju 'Punden Desa Duyung' yang berada dikawasan gunung Penanggungan itu.

Pantauan wartawan, terdapat 9 (sembilan) kelompok warga dari masing-masing Dusun yang mengenakan pakaian yang berbeda serta sesaji (sesajen) hasil bumi yang serba berwarna-warni pula. Menariknya, prosesi ritual Ruwah Desa ini tampak lebih meriah dengan hadirnya iringan seperangkat alat musik Jawa berupa gamelan, siter, gendang, gong dan kelengkapannya. Yang mana, mereka percaya, bahwa dengan mengadakan Ruwat Desa ini, konon mampu mendatangkan keberkahan serta bisa menjadi penolak balak.

Tak ayal lagi, hampir tak-ada seorang warga pun yang melewatkan ritual Ruwat Desa ini. Berbagai macam dan jenis hasil bumi itupun diarak dari balai Dusun Bantal menuju balai Desa Duyung sejak sekitar pukul 09.00 hingga 11.00 WIB. Sesampainya di balai Desa, ribuan warga beserta para undangan yang hadir turut-serta mengikuti rangkaian prosesi ritual. Sesaat setelah sesepuh Desa usai melakukan ritual dan membacakan doa, sesaji berupa hasil bumi yang mereka sajikan di 'Punden Desa' itupun langsung ludes dibuat tak bersisa.

Pamuji (53) yang tak lain adalah salah-seorang warga Desa setempat itu mengungkapkan, bahwa berebut sesaji hasil bumi itu dipercaya bisa mendatangkan berkah. "Sudah turun-temurun Ruwat Desa ini ada. Warga percaya, selain Ruwat Desa ini dianggap penting, juga sebagai salah satu cara melestarikan budaya nenek moyang atau kearifan lokal yang sekaligus untuk menumbuhkan rasa bersyukur dan menghargai leluhur serta mengajarkan kepada generasi muda sehingga bisa melestarikan adat dan budaya. Ya alhamdulillah..., saat berebut tadi saya dapat kacang dan rengginang", ungkap Pamuji.

Menurut Pamuji, selain dipercaya mendatangkan berkah, ritual Ruwat Desa yang digelar secara turun-temurun setiap tahun sekali ini juga dipercaya oleh warga dapat menjauhkan dari bencana atau bala. "Warga percaya saja, budaya ini warisan dari para leluhur. Kepercayaan kami, jika berhasil mendapatkan sesaji, selain mendatangkan berkaah juga bisa terhindar dari bencana", pungkas pria yang sehari-harinya bekerja sebagai petani ini.

Sementara itu, Kepala Desa Duyung, Jurianto Bambang Siswantoro menerangkan, bahwa ritual yang digelar bersama warganya ini telah ada sejak turun-temurun dan menjadi tradisi dan budaya kearifan lokal yang digelar setiap satu tahun sekali. "Sejak masih kecil, saya menyaksikan diadakannya ruwatan setiap menjelang jatuhnya bulan Ruwah penanggalan Jawa (Red: tahun Saka). Sampai sekarang ini, budaya warisan dari para leluhur ini masih dilestarikan warga", terang Bambang.

Dijelaskannya, bahwa Ruwah Desa atau Ruwat Desa atau Bersih Desa bermaksud untuk membersihkan Desa dari bala' dengan harapan untuk mendapat berkah dan keselamatan serta terhindar dari musibah bencana. "Diadakannya Ruwat Desa atau Bersih Desa, selain sebagai bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa, warga berharap mendapat berkah dan keselamatan serta terhindar dari musibah bencana. Karena, rizki, kesehatan dan keselamatan itu merupakan karunia dari ALLAH yang tak ternilai", jelas Kades Duyung, Jurianto Bambang Siswantoro. *(DI/Red)*