Rabu, 11 Oktober 2017

Tela'ah Perihal Penggolongan Najis Babi Sebagai Najis Mughaladzah/Berat

Baca Juga


Oleh :  H. Machfud Machradji.


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Najis adalah sesuatu yang jika ada pada badan atau pakain, maka terhalang atau tidak boleh dipakai shalat atau beribahda kecuali mencucinya/membersihkannya lebih dahulu.

Bahwa sebagaimana sudah maklum dikalangan ummat Islam kita, bahwa Babi tergolong Najis Barat atau Najis Mughaladzah. Jika badan atau pakaian tersentuh babi maka cara mensucikannya harus dicucui tujuh kali dan salah satunya dengan menggunakan tanah.

Kaidah Fiqih, bahwa hukum asalnya segala sesuatu itu suci, sampai ada kterangan yang syah dari Al-Qur’an atau Hadits yang menanajiskannya. Tidak boleh hanya dengan menggunakan pikiran, logika atau akal saja.
Bahwa memang babi najis, akan tetapi hanya  najis dimakan atau haram dimakan , jadi hanya hunbungannya dengan urusan makan mekanan atau makanan, dengan dalil Al-Qur’an diantaranya:

Surat Al-An'am Ayat 145

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Bahkan menurut hadits-hadits di bawah ini :

عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ، أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّا نُجَاوِرُ أَهْلَ الْكِتَابِ وَهُمْ يَطْبُخُونَ فِي قُدُورِهِمُ الْخِنْزِيرَ وَيَشْرَبُونَ فِي آنِيَتِهِمُ الْخَمْرَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ غَيْرَهَا فَكُلُوا فِيهَا وَاشْرَبُوا، وَإِنْ لَمْ تَجِدُوا غَيْرَهَا فَارْحَضُوهَا بِالْمَاءِ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا

Abi Tsa’labah al-Khusyaini radhiallahu ‘anh berkata, saya bertanya kepada Rasulullah S.A.W.: “Sesungguhnya kami bertetangga dengan Ahl al-Kitab. Mereka biasa memasak daging khinzir di dalam periuk mereka dan meminum khamar di dalam gelas mereka (lalu bolehkah kami menggunakan periuk dan gelas mereka?)”

Rasulullah S.A.W. menjawab : “Jika kalian dapat menggunakan perkakas yang lain maka makan dan minumlah di dalamnya. Jika kalian tidak dapat perkakas yang lain, maka cucilah ia dengan air kemudian makan dan minumlah.” (Hadis berikut yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Sunan Abu Daud – Hadis no. 3839).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِى إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعًا

“Jika anjing minumm di salah satu bejana di antara kalian, maka cucilah bejana tersebut sebanyak tujuh kali” (HR. Bukhari no. 172 dan Muslim no. 279).

Dalam riwayat lain disebutkan:

أُولاَهُنَّ بِالتُّرَابِ

“Yang pertama dengan tanah (debu)” (HR. Muslim no. 279)

Dalam hadits ‘Abdullah bin Mughoffal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِى الإِنَاءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ فِى التُّرَابِ

“Jika anjing menjilat (walagho) di salah satu bejana kalian, cucilah sebanyak tujuh kali dan gosoklah yang kedelapan dengan tanah (debu)” (HR. Muslim no. 280).

Terlihat jelas dengan keterangan – keterangan diatas,  bahwa urusan haram daging babi adalah adalah dengan makan, memakan atau makanan. Najis terkait babi juga dengan najis jika dimakan dan jika berkenaan dengan bejana atau tempat makanan, tidak ada keterangan bahwa babi najis jika mengenai pakaian atau badan, sehingga harus dicuci tujuh kali seperti jilatan anjing kedalam bejana.

Kesimpulan: Menggolongkan Babi kepada Najis Mughaladzah atau najis berat adalah tidak tepat.

Semoga bermanfaat Saudaraku, amiin...
*(M2/DI/Red)*