Sabtu, 21 Januari 2017

Puluhan Kyai Gelar Pertemuan Di Ponpes Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto

Baca Juga

Suasana para ulama yang tergabung FPB di aula Ponpes Riyadlul Jannah sebelum dimulainya acara resmi pertemuan tertutup, Sabtu (21/01/2017).

Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Puluhan Kyai Sepuh, pengasuh pondok pesantren (Ponpes) dan cendekiawan Nahdatul Ulama (NU) yang tergabung dalam Forum Peduli Bangsa (FPB) menggelar pertemuan di Ponpes Riyadlul Jannah Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Sabtu (21/01/2017). Sayangnya, pertemuan puluhan ulama yang konon katanya dalam rangka membahas persoalan dunia pendidikan dan ekonomi bangsa ini, berlangsung tertutup.

Saking tertutupnya, pertemuan puluhan ulama yang digelar dilantai 2 aula Ponpes Riyadlul Jannah ini, hingga wartawan pun hanya dijinkan mengambil gambar beberapa jepretan saja. Itupun,  beberapa menit sebelum acara dimulai. Setelah itu, panitia meminta agar para awak media keluar dari aula, karena acara akan segera berlangsung.

Pantauan media, selain puluhan ulama, pertemuan tertutup ini juga dihadiri sejumlah tokoh besar NU. Diantaranya Ketum MUI yang juga sabagai Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin, Sekjen MUI Masduki Baidowi, KH. Sodri dari Jakarta Islamic Center, KH. Ali Akbar Marbun dari Medan, H. Ali Sam yang tak lain adalah pengusaha dari Jakarta, Habib Soleh Al-Jufri dari Solo juga Dosen UIN Sunan Kalijaga Dr. Shofiyullah Muzammil.

Selain itu, tampak hadir pula dalam acara tersebut KH. Nurul Huda Jazuli dari Kediri, KH. Solahuddin Wahid dari Jombang, KH. R. Azaim Ibrohimi dari Situbondo, KH. Mahfudz Syaubari dari Mojokerto, Prof. Dr. Imam Suprayogo, mantan Rektor UIN Malang, Prof. Dr. M. Bisri dari Universitas Brawijaya Malang, M. Nuh mantan Mendikbud RI juga Marzuki Alie yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR 2009-2014.

Sementara itu, sebelum pertemuan itu dimulai, perwakilan FPB menggelar konferensi pers di masjid Ponpes Riyadlul Jannah. Yang mana, dalam konferensi pers ini, Prof. Dr. Imam Suprayogo menjelaskan, bahwa pertemuan para ulama dari berbagai daerah di Tanah Air ini akan membahas konsep ekonomi dan pendidikan pesantren untuk mewujudkan kedaulatan bangsa.

Imam Suprayogo menolak ketika pertemuan para ulama FPB ini dikatakan untuk membahas isu perpecahan umat yang terjadi saat ini. "Para kyai tahu kondisi sosial politik di luar pesantren. Namun, para kyai yang hadir ini tidak akan bicara soal itu. Jadi, hanya membahas soal pendidikan dan penguatan ekonomi", jelas Imam.

Jeda berikutnya, Dr. Shofiyullah Muzammil menambahkan, bahwa para ulama NU selalu mempunyai kepedulian terhadap persoalan bangsa. Hanya saja, para ulama NU mempunyai metode tersendiri dalam turut sertanya menenteramkan bangsa. "Para kyai tak mau menambah suasana panas kebangsaan kita dengan hal-hal yang kontra-produktif. Pesantren merupakan soko guru bangsa, NKRI salah satu pilar utamanya adalah pesantren. Maka, pesantren berkepentingan menjaga tegaknya NKRI dengan cara pesantren. Yaitu pendekatan pada umat, tidak membodohi dan memanas-manasi umat", tambahnya.

Menurut, Dr. Shofiyullah Muzammil, persoalan kebangsaan dan ideologi politik yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini berakar pada masalah sistem pendidikan. "Ada sistem pendidikan yang salah terjadi selama ini. Masyarakat dididik dengan pola yang melahirkan sekulerisme, paham-paham liberalisme, oportunistik dan tidak adanya kepedulian dalam sistem pendidikan kita yang mendidik moralitas anak kita. Kami pun mengritik pemerintah, ayo perbaiki sistem pendidikan kita sehingga dapat melahirkan out-put manusia yang cinta pada bangsanya", pungkasnya.
*(DI/Red)*