Baca Juga
Kota MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Puluhan mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Raden Wijaya Mojokerto berunjuk rasa didepan kampus, jalan Pekayon I Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan Kota Mojokerto, Senin (23/1/2017) sekitar pukul 14.00 WIB. Awalnya, mereka berunjuk rasa dengan berorasi dihalaman kampus sembari membentangkan poster dan spanduk yang berisi tuntutan mereka juga aksi bakar ban.
Setelah 1 jam lebih berorasi tanpa ada tanggapan dari pengurus yayasan pengelola STIT Raden Wijaya, para mahasiswa itu mulai kesal, demo yang semula damai itu berbuntut anarkis. Mereka melampiaskan amarahnya dengan menyegel pintu kantor dan 2 ruangan dosen dengan kayu dan poster.
Bahkan, beberapa mahasiswa yang kesal dan mulai kalap itu nekat merusak kaca-kaca jendela kantor dengan batu dan tangan. Tak ayal lagi, pecahan kaca pun berserakan dilantai kantor STIT Raden Wijaya. Entah apa penyebabnya, diantara para mahasiswa yang melkaukan aksi demo tersebut, seorang diantaaranya mendadak pingsan. "Kami ingin aksi damai. Namun, sampai saat ini belum ada perwakilan dosen yang menemui kami. Aksi ini (anarkis) wujud ketidakpuasan mahasiswa", ungkap Fuad Amanullah Koordinator Aksi tersebut, dilokasi.
Ironisnya, meski terjadi aksi perusakan, tak seorang pun pengurus Yayasan ataupun pihak kampus STIT Raden Wijaya yang mau menemui para mahasiswa. Selain itu, tak seorangpun aparat keamanan yang tampak berada dilokasi aksi para mahasiswa tersbeut. Usai melampiaskan kekesalannya, para mahasiswa itupun melanjutkan orasi dan pembacaan pusi.
Aksi puluhan mahasiswa ini, konon dipicu munculnya sejumlah persoalan di STIT Raden Wijaya. Diantaranya kenaikan uang SPP yang terjadi sejak tahun 2014 lalu dari Rp. 150 ribu menjadi Rp.175 ribu perbulan. Sedangkan DPP (uang gedung) naik dari Rp. 500 ribu menjadi Rp. 700 ribu. Sementara kenaikan biaya kuliah itu tak diimbangi dengan adanya perbaikan fasilitas kampus.
Ditengah aksi puluhan mahasiswa melanjutkan aksinya tersebut, Fuad menjelaskan, bahwa aksi para mahasiswa ini untuk menuntut hak mereka. "Kami menuntut hak mahasiswa, kenaikan SPP dan DPP tak diimbangi perbaikan fasilitas mahasiswa. Mulai ruang kuliah hingga tempat parkir yang tak layak. Lantas ke mana larinya uang mahasiswa selama ini....?!", jelasnya dengan nada tinggi.
Menurut Fuad, selain SPP dan DPP, setiap mahasiswa juga dibebani biaya penerbitan Jurnal Kampus sebesar Rp. 50 ribu per semester. Hanya saja, sejak tahun 2013 hingga aksi unjuk rasa hari ini, jurnal dimaksud tak pernah diterbitkan. Begitu pula kegiatan Opspek yang penyelenggaraannya dilaksanakan secara tidak serius oleh pihak kampus dalam 2 tahun terakhir. Padahal, setiap mahasiswa baru dibebani biaya ospek Rp 150 ribu. "Ospek hanya dilaksanakan sehari oleh pihak kampus dalam bentuk seminar. Kami menuntut pengurus Yayasan datang menampung aspirasi mahasiswa untuk segera mengaudit keuangan kampus. Kami mempertanyakan pengelolaan keuangan itu", pungkasnya.
Terpisah, dikonfirmasi terkait tuntutan para mahasiswa dalam aksinya tersebut, Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam STIT Raden Wijaya, Anas Amin Alamsyah menjelaskan, bahwa persoalan keuangan kampus berada sepenuhnya di bagian keuangan. Dia mengaku tak tahu-menahu perihal pengelolaan keuangan. "Tentang keuangan kampus, sepenuhnya ada di Bagian Keuangan. Kami tidak bisa menjelaskan itu", jelasnya
Hanya saja, Anas Amin Alamsyah yang sehari-harinya juga sebagai Dosen Statistika Pendidikan ini membenarkan, jika jurnal kampus yang pernah dikelola sudah tidak erbit sejak 2013 lalu. "Semua itu (Red : Jurnal Kampus dan Ospek mahasiswa baru) terkait dengan kebijakan dan keseriusan pimpinan. Kalau jurnal, saat kami ditunjuk untuk menjalankan, semua kami berikan kepada mahasiswa. Saat ini kami tak ditunjuk lagi, ya mau bagaimana", terangnya.
Terkait aksi unjuk rasa para mahasiswa yang cenderung anarkis tersebut, Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam STIT Raden Wijaya ini mengaku tak bisa berbuat banyak. "Itulah reaksinya mahasiswa. Saya sendiri tak bisa memberikan informasi sesuai yang mereka harapkan", pungkasnya.
*(DI/Red)*
