Baca Juga
Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Seringnya terjadi bencana banjir Mojokerto akibat luapan air sungai Sadar, menjadi perhatian khusus bagi pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten (Pemkab' Mojokerto. Terkait itu, unsur pendukung tugas Bupati Mojokerto dalam penyelenggaran pemerintahan di Daerah di bidang penanggulangan bencana ini melakukan suatu kajian. Kesimpulannya, sedimenisasi dasar sungai yang hebat dan penyempitan bibir sungai yang membelah wilayah Kabupaten dan Kota Mojokerto ini, secara signifikan dicap sebagai biang keladi ajeknya banjir di Mojokerto.
Kepala BPBD Pemkab Mojokerto Mohammad Zaini mengungkapkan, bahwa saat ini dasar sungai Sadar hanya tinggal 3 meter dari kondisi normal 7 meter. Sedangkan bentang sungai di Kecamatan Mojoanyar dan Kecamatan Bangsal pun hanya tersisa 6 meter dari lebar yang seharusnya 16 meter. "Kedalaman sungai Sadar kini tinggal 3 meter dari kondisi normal 7 meter, sedangkan lebarnya tersisa 6 meter dari 16 meter. Jika pihak BPWS (Red : Balai Besar Wilayah Sungai) Brantas hanya menormalisasi sepanjang 2 Km saja, butuh waktu 5 tahun untuk merevitalisasi sungai ini diwilayah Kabupaten Mojokerto", ungkap Zaini, Kamis (23/02/2017).
Ditegaakannya, jika tahun ini pihak BPWS Branttas akan merevitalisasi sungai Sadar. Dimana, proses proyek normalisasi sungai ini bakal dimulai dari Desa Wunut Kecamatan Mojoanyar sepanjang 2 Km kearah timur dan sekarang ini telah memasuki tahapan lelang. "Sekarang sudah lelang. Idealnya ya mulai dari Gunung Gedangan (Red : Kota Mojokerto) sampai Pungging, karena penyempitan dan sedimennya sudah parah", tegasnya.
Menurut Mohammad Zaini, dengan adanya pertemuan 3 hulu sungai, yakni sungai dari Sidoarjo, Mojokerto dan sungai dari Pasuruan disungai Sadar, maka pertemuan ketiga hulu sungai ini akan membuat arus anak sungai Brantas ini terhambat dan meluap manakala debitnya naik secara signifikan. "Akibatnya ya airnya meluap dan menenggelamkan Desa-desa disepanjang sungai ini", pungkasnya.
*(Yd/DI/Red)*