Selasa, 20 Maret 2018

Taat Kepada Pimpinan

Baca Juga

H. Machfud Machradji.


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Audzubillahiminasysyaithanirrajim
Bismillahirrahmanirrahim.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4] : 59).

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ , وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكَ عَبْدٌ

“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak)”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih).


« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».

“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia".


Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka". (HR. Muslim no. 1847. Lihat penjelasan hadits ini dalam Muroqotul Mafatih Syarh Misykah Al Mashobih, 15/343, Maktabah Syamilah).


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari no. 7257).


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144).


Dalam sebuah organisasi atau perkumpulan tentu ada pimpinannya. Pemimpin ada mulai dari organisasi kecil semacam perkumpulan sepak bola desa, sampai organisasi negara bahkan dunia sekalipun semacam PBB. Berdasar kepada dalil-dalil diatas, Islam mengajarkan kuwajiban taat kepada Pemimpin. Posisi urutan ketaatan, yakni taat kepada Allah Swt, taat kepada Rasulullah baru taat kepada pemimpin.

Jelas bahwa taat kepada pemimpin merupakan turunan dari rangkaian taat kepada Allah Swt. Taat kepada pemimpin wajib dilakukan walau kamu tidak suka atau benci kepadanya. Meskipun pemimpin itu dari golongan kecil budak misalnya, atau kulitnya dari suku yang hitam kelam warnanya. Taat harus tetap dilakukan.

Bagaimana dengan pemimpin yang perilakunya tidak taat kepada Allah Swt, maksiat/durhaka kepada Allah Swt dan melanggar syariat agama Islam. Ternyata, tetap saja kita harus taat kepadanya.
Ternyata mendengar dan taat kepada pemimpin, tidak wajib dilakukan atau tidak ada ketaatan kepadanya, jika pemimpin itu menyuruh atau memerintah kepada kemaksiatan.

Taatlah kepada pemimpin walau kamu gak menyukainya, agar roda organisasi dapat berjalan lancar, tertib, efisien, efektif dan berhasil mencapai cita-citanya.
Semoga bermanfaat saudaraku.
Wassalam. *(M2/DI/Red)*