Selasa, 27 November 2018

Peternak Unggas Blitar: Kebijakan Kementan Pro Rakyat

Baca Juga


Sukarman, Pengurus PPRN (Paguyupan Peternak Rakyat Nasional) yang sekaligus Ketua Koperasi Putra (Koperasi Peternak Unggas Sejahtera) Blitar saat berada dalam area pemijahan telur ayam, Selasa (27/11/2018) siang.

Kab. BLITAR – (harianbuana.com).
Para peternak di seluruh Indonesia saat ini fokus beternak, sehingga tidak menghiraukan provokasi atau penggiringan opini mosi tidak percaya terhadap pemerintah karena dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas peternakan.

Santernya isu bahwa pemerintah tidak fokus mengelola kebijakan pertanian mulai dari hulu hingga hilir, tak mendapat ruang sama-sekali dikalangan para peternak. Bahkan, mereka menilai isu-isu itu malah membingungkan bagi mereka.

Seperti halnya yang disampaikan Sukarman selaku Pengurus PPRN (Paguyupan Peternak Rakyat Nasional) yang sekaligus Ketua Koperasi Putra (Koperasi Peternak Unggas Sejahtera) Blitar  pada media ini, Selasa 27 Nopember 2018, bahwa Kebijakan Kementerian Pertanian selama ini mereka rasakan sangat berdampak positip terhadap keberlangsungan usaha para anggota paguyubannya.

"Blitar memiliki 4.200 peternak, dengan populasi ayam layer sekitar 19 juta ekor dan produksi telur mencapai 650 ton per hari", ujar Sukarman saat ditemui, Selasa (27/11/2018).


Sukarman, Pengurus PPRN (Paguyupan Peternak Rakyat Nasional) yang sekaligus Ketua Koperasi Putra (Koperasi Peternak
Unggas Sejahtera) Blitar saat berada di kantor Koperasi Peternak Unggas Sejahtera, Selasa, Selasa (27/11/2018) siang.

Menurutnya, selama ini peternak di Blitar merasa banyak dibantu oleh Kementerian Pertanian, yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. "Alhamdulillah dalam dua tahun terakhir ini kami banyak dibantu oleh Kementan", imbuhnya.

Lebih lanjut, Sukarman menjelaskan, saat harga telur jatuh pada tahun 2017 lalu hingga mencapai Rp.13.500,- per kilogram, pihak Kementan langsung datang. Bahkan, Dirjen PKH atas instruksi Mentan langsug datang sendiri sampai 3 kali ke Blitar.

Dijelaskannya pula, untuk mengatasi penurunan harga telur tersebut, Kementan mengundangnya ke Jakarta dan dilibatkan dalam penyusunan kebijakan perunggasan di sektor hulu hingga terbitlah Permentan 32 tahun 2017.

"Untuk mengakomodir suara kami, Kementan merevisi Permentan sebelumnya menjadi Permentan No. 32 Tahun 2017. Dalam Permentan tersebut, diatur pembagian DOC layer. Dimana peternak mandiri mendapatkan DOC 98% dan integrator cuma 2%, bahkan integrator tidak boleh menjual telur di pasar becek", jelasnya.

Lebih jauh, Sukarman memaparkan, produksi telur sebelumnya agak jelek karena banyak ayam yang afkir, hingga harga telur setelah lebaran kembali mengalami penurunan menjadi sekitar Rp.15.500,-  hinnga Rp. 16.000,-. Menyikapi hal itu, Dirjen PKH kembali turun ke lapangan dan menghimbau agar ayam yang sudah tidak berproduksi agar diafkir.

"Saat ini yang berproduksi adalah ayam-ayam muda dan sudah berproduksi maksimal. Dalam dua minggu ini, harga telur ayam telah membaik, yaitu berkisar antara Rp. 19.500,- hingga Rp. 20.000,-, harga sebelumnya sekitar Rp. 16.000,-. Harga saat ini sudah sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Permendag Nomor 96 Tahun 2018, yakni Rp. 18.000,- sampai dengan Rp. 20.000,-", papar Sukarman.

Sukarman menambahkan, saat ini jumlah anggota koperasinya ada 350 peternak. Sedangkan anggota dari assosiasi PPRN, disebutnya banyak sekali. Para anggota payubannya, rata-rata memiliki ayam 3.000 — 10.000 ekor, bahkan ada yang memiliki ratusan ribu ekor ayam.

"Pihak Kementan sangat membantu keberlangsungan usaha peternak-peternak kecil di Blitar. Bahkan, saat ada serangan penyakit, Tim Ditjen PKH langsung turun ke Blitar untuk melakukan investigasi dan mengambil sample, serta secara cepat menyelesaikan masalah penyakit tersebut", tambahnya.

Ditandaskannya, saat ini pihaknya sudah ada kerjasama juga dengan Pemprov DKI Jakarta melalui MoU yang ditandatangani antara Bupati Blitar dan Gubernur DKI Jakarta.

"Kami akan menyuplai telur ayam ke Food Station sebanyak 150.000 ton hingga 200.000 ton per bulan. Selain itu, Blitar saat ini sedang membangun kerjasama dengan Kabupaten Majene untuk menyuplai telur dan sebaliknya Kab. Majene akan menyuplai jagung ke Blitar", tamdasnya.

Sementara itu, Rofi, Ketua PPRN Blitar mengungkapkan, bahwa peternak Blitar sudah bertahun-tahun mencari nafkah dengan usaha ternak ayam petelur. Ia pun berterima kasih kepada Menteri Pertanian dan jajaranya yang selalu berusaha membantu peternak untuk terus hidup dan berkesempatan mencari nafkah serta membantu memajukan bangsa.

"Saat ini, Blitar merupakan basis terbesar produksi unggas dan produk turunannya di tingkat nasional. Ada sebanyak 4.321 keluarga yang terlibat aktif dalam peternakan unggas layer (petelur). Mereka memenuhi kebutuhan pakan unggas berupa jagung dan tanaman pangan lainnya secara mandiri dari pertanian lokal. Dari 7.600 ton produksi telur nasional, 40 persennya dihasilkan dari Jawa Timur. Paling besar berasal dari Kabupaten Blitar", ungkap Rofi.

Menurut Rofi, para peternak Blitar mampu menghidupi  keluarganya dengan layak dan dapat meningkatkan dejarat kesejahterannya dari hasil peternakannya.

"Hasilnya, mereka manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan sehingga taraf kehidupan mereka kian meningkat dari tahun ke tahun", pungkasnya. *(SGN/DI/HB)*