Baca Juga
Kota JAKARTA – (harianbuana.com).
Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat meminta pihak Principal atau Pemohon untuk menguraikan persoalan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan Verifikasi Perusahaan Pers yang dianggap bermasalah dan merugikan hak konstitusional para Pemohon sebagai saran dan masukan Majelis Hakim untuk keperluan Perbaikan Permohonan Uji Materiil Pasal 15 ayat (2) huruf f dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal itu disampaikan Ketua Majelis Hakim Arief Hidayat usai mendengar penjelasan pihak Pemohon dalam sidang perdana uji materil di ruang sidang utama Gedung Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pada Rabu (25/08/2021) siang.
“Nanti itu dinarasikan dan didiskusikan dengan Kuasa Hukum supaya bisa dituangkan dalam perbaikan permohonan, supaya narasinya lengkap, karena kesimpang-siuran itulah yang disebabkan oleh Pasal 15 itu kan", tandas Hidayat usai memberi arahan kepada pihak pemohon.
Sementara Kuasa Hukum Pemohon Umbu Rauta sempat menjelaskan kepada Majelis Hakim MK, bahwa sebagai dampak dari tafsir Pasal 15 ayat (2) huruf F terutama frasa memfasilitasi maka Dewan Pers itu mengambil-alih peranan sebagai pembentuk peraturan pers.
“Sementara, jika ditafsirkan makna memfasilitasi organisasi pers menurut Pemohon, maka kewenangan menyusun peraturan pers itu ada pada organisasi pers, bukan pada Dewan Pers. Sehingga dampaknya munculah peraturan-peraturan Dewan Pers yang menurut organisasi pers melampaui kewenangannya", jelas Umbu kepada Majelis Hakim MK.
Pada kesempatan yang sama, Heintje Mandagi selaku Pemohon juga sempat memberi penjelasan tentang Peraturan Dewan Pers yang digunakan sebagai salah-satu dasar pembuatan sejumlah Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah terkait kerja sama media yang intinya hanya menerima media atau perusahaan pers yang sudah terverifikasi Dewan Pers serta pimpinan redaksinya harus mengantongi sertifikat UKW versi Dewan Pers bukan Badan nasional Sertifikasi Profesi.
Sementara Soegiharto Santoso membeberkan, bahwa pihaknya sudah mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi yang sesuai ketentuan melalui BNSP sejak 2019 lalu. “Kami menjadi pioner dalam mendirikan LSP Pers yang akan mendapatkan lisensi dari BNSP", ujar Hoky sapaan akrabnya.
Anggota Majelis Hakim perkara: Nomor 38/PUU-XIX/2021 terdiri dari
Manahan M. P. Sitompul, dan Daniel Yusmic Pancastaki Foekh.
Turut hadir dalam persidangan secara daring atau online, Heintje Grontson Mandagie sebagai Pemohon I, Hans M Kawengian sebagai Pemohon II dan Soegiharto Santoso sebagai Pemohon III.
Hakim MK memberi kesempatan kepada pihak Pemohon untuk melengkapi dan memperbaiki permohonan terhitung 14 hari ke depan. Sidang lanjutan akan dilaksanakan pada 7 September 2021 mendatang.
Para Kuasa Hukum Pemohon terdiri dari DR. Umbu Rauta, SH., MHum., Hotmaraja B. Nainggolan, SH., Nimrod Androiha,
SH., Christo Laurenz Sanaky, SH. dan Vincent Suriadinata, SH., MH.
Pada awal sidang ini kuasa hukum Vincent Suriadinata, SH., MH. dan Christo Laurenz Sanaky, S.H. secara bergantian membacakan isi permohonan sampai pada petitum. *(HB)*