Baca Juga

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari didampingi Plt. Kadis DKPP Pemkot Mojokerto Mochammad Hekamarta Fanani dan Suhadak, SE., MSi. dari Dinas Pertanian Pemkab Mojokerto selaku narasumber saat memberi sambutan sekaligus arahan dalam kegiatan Bimtek Budidaya Holtikultura dan Tanaman Obat Keluarga (Toga) di aula lantai 2 Kelurahan Jagalan jalan Bhayangkara Kota Mojokerto, Senin (05/06/2023) pagi.
Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Bimtek dalam rangka Optimalisasi Lahan Pekarangan Guna Mewujudkan Diversifikasi Pangan Menuju Masyarakat yang Sehat dan Sejahtera ini diikuti 150 peserta yang terdiri atas warga Kelurahan Magersari, Wates, Kedundung, Kranggan, para lurah dan camat se Kota Mojokerto dengan mendatangkan Suhadak, SE., MSi. dari Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto selaku narasumber.
Menyampaikan sambutan sekaligus arahannya, orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto tersebut menyampaikan, kecilnya wilayah dan terbatasnya lahan tanah di Kota Mojokerto tidak harus membuat warga Kota Mojokerto terlalu konsumtif atas bahan pangan kebutuhan sehari-hari.
"Bapak Ibu sekalian yang kami hormati, tadi sudah disampaikan oleh Bapak Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, bahwa sempitnya wilayah Kota Mojokerto, terbatasnya lahan di Kota Mojokerto ini harus ada suatu solusi bagi warga Kota Mojokerto yang membutuhkan lahan untuk membudidayakan tanaman, khususnya tanaman yang sangat dibutuhkan dalam kebutuhan sehari-hari warga, seperti tanaman obat", kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, dalam sambutan sekaligus arahannya pada kegiatan Bimtek Budidaya Holtikultura dan Toga di aula lantai 2 Kelurahan Jagalan jalan Bhayangkara Kota Mojokerto, Senin (05/06/2023) pagi.
Wali Kota Mojokerto yang akrab dengan sapaan Ning Ita menerangkan, tanaman obat berupa rempah-rempah atau rimpang-rimpangan itu sangat bermanfaat sekali. Yang mana, saat pandemi Covid-19 tanaman obat tersebut sangat laku keras. Ning Ita pun menerangkan, saat pandemi dirinya rutin mengonsumsi minuman berbahan rempah-rempah itu dan hal itu ia lakukan sampai sekarang hingga menjadi kebiasaan.
"Sampai sekarang setiap pagi saya minum minuman rempah itu setengah liter, karena sudah jadi kebiasaan. Di saat pandemi saya harus minum itu untuk menjaga imunitas tubuh. Jadi, sampai sekarang sudah berjalan 4 (empat) tahun kan? Tahun 2020, 2021, 2022 dan sekarang 2023 saya masih rutin. Ternyata manfaatnya cukup besar", terang Ning Ita.

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari didampingi Plt. Kadis DKPP Pemkot Mojokerto Mochammad Hekamarta Fanani dan Suhadak, SE., MSi. dari Dinas Pertanian Pemkab Mojokerto selaku narasumber dalam kegiatan Bimtek Budidaya Holtikultura dan Toga saat foto bersama peserta Bimtek di aula lantai 2 Kelurahan Jagalan jalan Bhayangkara Kota Mojokerto, Senin (05/06/2023) pagi.
Lebih lanjut, Wali Kota Perempuan Pertama di Kota Mojokerto tersebut menjelaskan, selama ini banyak orang yang bertanya, apa resep yang membuatnya kuat melaksanakan kegiatan hingga malam? Menurut Ning Ita, ia Istiqomah minum minuman berbahan rempah-rempah itu setiap hari akibat pandemi hingga jadi kebiasaan hingga kini.
"Nah ini kan perlu untuk ditanam di masing-masing rumah karena faktanya memberi manfaat, paling tidak untuk diri kita dan keluarga kita, kalaupun belum bisa dijual untuk tambahan penghasilan keluarga. Paling tidak untuk keluarga sendiri, daripada beli ke Pasar Tanjung lebih baik 'ndhudhuk dhéwé' (Red: Bhs. Jawa = menggali sendiri). Kalau ada pot-pot di rumah memanfaaatkan, bisa memanfaatkan teras rumah, tidak harus punya pekarangan luas", jelas Ning Ita.
Selain tentang manfaat tanaman obat dari rimpang-rimpangan atau rempah-rempah juga holtikultura, Ning Ita pun menjelaskan inflasi, yaitu kondisi kenaikan harga barang bahan-bahan pangan dan jasa secara umum dan terus menerus dalam waktu tertentu.
"Inflasi inilah yang menyebabkan beberapa negara di dunia ini mengalami resesi. Ada negara itu yang inflasinya sampai 98 % (persen), luar biasa. Negaranya bangkrut, resesi. Karena kalau misalnya saya contohkan harga beras dari Rp. 10.000,– maka naiknya menjadi Rp. 19.000,– luar biasa kenaikannya, itu untuk bahan-bahan pangan saja, belum yang lainnya. Seperti gas, itu kan bagian bahan penting. Jadi inflasi itu bukan hanya disebabkan karena bahan pangan saja, tetapi juga dari bahan penting 'Bapokting'. Itu yang harus kita kendalikan bersama-sama. Bagaimana bahan pokok dan penting ini tidak mengalami kenaikan yang sangat tinggi atau inflasi yang bisa menyebabkan resesibdi negara kita", jelas Ning Ita pula.
"Dari sekian banyak bahan pokok dan penting itu, pada setiap Senin pagi, kita ada rapat koordinasi pusat dan daerah, Pusat dipimpin langsung oleh menteri, daerah dipimpin oleh setiap kepala daerah, Kapolres, Kajari secara zoom setiap Senin seperti ini, itu rapat koordinasi antara pusat dan faerah tentang inflasi. Tidak mungkin setiap Senin pagi antara pusat dan daerah selalu rapat koordinasi kalau itu bukan hal yang tidak penting", lanjutnya.
"Ya ini sekarang yang dihadapi oleh negara kita. Dan kalau panjênêngan (Red: Bhs. Jawa = anda) tahu, setiap hari Senin itu, ketika sudah dipaparkan data Jawa Timur, kan ini antara pusat daerah se Indonesia, karena yang hadir Forkopimda se Indonesia, kalau data Jawa Timur sudah dibuka oleh kementerian, yang langganan menjadi pemicu inflasi itu salah-satunya adalah cabe", tambahnya.
Ditegaskan Ning Ita, bahwa salah-satu komoditas yang menyumbangkan terjadinya inflasi itu adalah cabe. Inilah kenapa, sejak tahun 2022 lalu ia menugasi DKPP Pemkot Mojokerto untuk membagikan benih cabe sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Jika 1 (satu) rumah menanam 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) pohon, nantinya masyarakat rumah-tangga tidak perlu belanja cabe di pasar.
"Karena ketika cabe ini manjadi bahan yang sangat dibutuhkan masyarakat, kemudian hasil panen petani tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, otomatis hargannya pasti akan naik. Kenaikan inilah menjadi salah-satu penyumbang inflasi. Meskipun angkanya nol koma nol sekian, tapi akan tetap berpengaruh", tegas Ning Ita.
Untuk itu, pada kesempatan ini, Ning Ita mengajak bukan hanya peserta Bimtek saja, tapi seluruh warga Kota Mojokerto untuk turut membantu pemerintah menekan inflasi, salah-satunya dengan menanam cabe, setidaknya untuk kebutuhan keluarga.
"Karena ini data Jawa Timur kalau dipaparkan mesti muncul, cabe ini lho mesti muncul. Melalui gerakan ini, saya harap tidak hanya 150 peserta yang menjadi bagian dari sasaran dari Bimtek ini, tapi juga masyarakat Kota mojokerto lainnya dibagi (diberi) benih cabe, biar semuanya menanam cabe dirumah. Jadi kalau sudah menanam cabe kalau mau membuat sambal tidak perlu beli cabe ke pasar. Yang beli cabe ke pasar biar yang jual sambelan saja, kita yang rumah tangga tidak perlu beli cabe ke pasar cukup dari tanaman yang kita tanam di pekarangan rumah kita, yang ada di pot-pot, ini sangat membantu", ajaknya.
Ning pun menyampaikan, pihaknya tidak mengajak melakukan aksi menanam komoditas yang lain, karena dibutuhkan lahan pertanian yang luas. Selain wilayah Kota Mojokerto kecil, lahan pertanian di Kota Mojokerto juga sempit. Tapi kalau menanam cabe, tidak harus di tanam di lahan pertanian, bisa dipekarangan, di pot-lot bunga atau di polibag.
"Cabe tidak membutuhkan lahan pertanian yang luas. Satu rumah cukup 5 (lima) pot, 5 polibag, 10 (sepuluh) polibag kalau anggota keluarganya lebih banyak. Ini kalau dilakukan semua rumah tangga kan akan mengurangi berapa kilo berapa kwaintal, pembelian lombok pasti akan akan berkurang di pasaran, karena rumah tangga mengambil sendiri di pot, polibag atau pekarangannya sendiri. Selain cabe, salah-satu yang merupakan komoditas yang menjadi penyeimbang inflasi di negara kita, di Jawa Timur, di Kota Mojokerto khususnya, maka di dalam program Bimtek Holtikultura panjênêngan juga akan diberikan bibit-bibit tanaman yang bisa mendukung program penurunan stunting", ujar Ning Ita.
Ning Ita kembali menjelaskan, bahwa angka stunting Kota Mojokerto sudah baik. Yang mana, pada akhir tahun 2022 sudah tinggal 4,28, kemudian di tahun 2023 ini juga turun tinggal 3,12. Dijelaskannya pula, pihaknya bercita-cita, 2 (dua) tahun ke depan Kota Mojokerto Zero Stunting.
"Stuntingkan kita nol-kan. Jangan ada lagi anak-anak yang menderita stuting di Kota Mojokerto. Karena ini terkait penyiapan generasi ke depan yang lebih berkualitas yang akan menggantikan saya dan panjênêngan semuanya. Untuk menjadi generasi berkualitas, salah-satu syaratnya wajib bebas stunting. Ini bisa didukung melalui progam Budidaya Holtikultura. Panjenengan makan sayur yang bebas pestisida, itu kan sehat", jelas Ning Ita kembali.
"Panjênêngan makan sayur yang menggunakan hidroponik, itu kan lebih sehat. Kemudian ini dikonsumsi oleh anak-anak kita. Ini merupakan bagian dari mengupayakan supaya tidak ada lagi bayi Stunting. Yang sudah stunting sudah dapat program Dahsyat (Dapur Sehat Atasi Stusting). Yang tidak stusting diberi makanan sehat supaya tidak menjadi stunting, kita cegah bareng-bareng", tambahnya.
Ditandaskan Ning Ita, bahwa dalam program tersebut ada beberapa tujuan. Yang pertama adalah mengupayakan sehat bagi keluarga melalui budidaya tanaman rimpang-rimpangan tanaman obat keluarga yang bisa dikonsumsi untuk keluarga.
"Kemudian, yang ke-2 (dua), menanam cabe, membantu pemerintah untuk mengatasi inflasi. Dan yang ke-3 (tiga), ikut bersama menurunkan angka stunting dengan membudidayakan tanaman holtikultura, sayur-sayuran yang sehat yang bisa dikonsumsi untuk keluarga", tandasnya. *(DI/HB/Adv)*