Minggu, 17 Maret 2024

Ragam Tradisi Ramadhan Di Kota Mojokerto

Baca Juga



Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Ramadhan menjadi salah-satu bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Secara umum keberadaan Ramadhan identik dengan berbagai aktivitas ibadah seperti puasa, tadarus, tarawih, sedekah dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, di tengah masyarakat muslim Indonesia terdapat berbagai kegiatan lain yang rutin dilakukan di setiap bulan Ramadhan, hingga menjadi sebuah tradisi khas dan turun temurun sejak lama. Termasuk masyarakat Kota Mojokerto.

Ngabuburit.
Kata ngabuburit sebenarnya berasal dari bahasa Sunda 'burit' yang berarti sore atau petang. Ini dapat diartikan, menunggu menunggu sore atau mengisi waktu hingga sore tiba. Pemakaiannya sebenarnya umum saja.
Namun, kini ngabuburit  begitu masif digunakan di bulan puasa. Yakni, berarti melakukan aktivitas sambil menunggu saatnya buka puasa dengan melakukan berbuka puasa. Ini biasanya dilakukan sekitar 1 – 2 jam sebelum waktu berbuka puasa.
Tidak ada kegiatan spesifik dalam ngabuburit. Salah-satu yang paling sering dilakukan adalah berburu ta'jil atau kudapan untuk berbuka puasa. Nah, untuk masyarakat Kota Mojokerto dan sekitarnya, salah-satu rekomendasi tempat yang bisa dikunjungi adalah Pasar Ta'jil yang berlokasi di Pasar Loak Ketidur, Kecamatan Prajurit Kulon.  
Tidak hanya menyediakan beragam makanan dan minuman produksi UMKM Kota Mojokerto, Pasar Ta'jil juga menyediakan sejumlah wahana permainan ala pasar malam. Sehingga, pasar yang buka mulai pukul 15.30 WIB ini cocok untuk menjadi destinasi ngabuburit  berbagai usia.

Patrol Ramadhan.
Tradisi patrol biasanya dilakukan oleh sekelompok warga untuk membangunkan warga lainnya, untuk segera bangun dan menyiapkan sahur. Ini dilakukan berkeliling kampung sambil memainkan alat musik sederhana seperti kentongan atau drum bekas dengan meneriakkan 'sahur-sahur' atau bersholawat. 
Seiring berkembangnya zaman, Patrol Ramadhan juga turut berkembang. Instrumen musik yang digunakan semakin bervariasi. Alunan musik dan jargon-jargon yang diteriakkan juga semakin menarik dan penuh kreatifitas. Sehingga, patrol bahkan menjadi hiburan tersendiri di waktu sahur.
Melihat potensi kreatifitas tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto pun rutin menggelar Lomba Patrol Ramadhan. Tahun ini, dijadwalkan akan digelar pada 27 Maret 2024, mulai pukul 20.00 WIB.
Lomba ini digelar dengan sejumlah kategori peserta. Yakni, pelajar SD, SMP, SMA/SMK dan Karang Taruna. Bagi para pemenang nantinya akan mendapat hadiah berupa tropi, sertifikat, dan uang pembinaan.

Weweh.
Istilah weweh  merupakan serapan dari bahasa Jawa yakni wewehono/ nguwehi yang berarti memberi. Sehingga dapat dimaknai saling berbagi atau bersedekah serta menjadi simbol perekat tali persaudaraan. Weweh biasanya banyak dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan atan mulai malam 21 Ramadhan.
Tradisi ini dilakukan oleh anak-anak datang ke rumah sanak saudara dan tetangga dengan membawa rantang berisikan lengkap dari nasi hingga sayur beserta lauknya. Tidak ada ketentuan khusus menu apa yang harus dibagikan. Belakangan, bahkan semakin banyak masyarakat yang memilih wadah box atau sekali pakai lainnya.
Setelah menerima wewehan, tuan rumah terkadang juga akan memberikan sejumlah uang atau sangu untuk anak yang telah mengantar wewehan. Tidak ada nominal pasti dalam hal tersebut, tuan rumah bebas menentukan besarannya. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak, sehingga mereka akan sangat antusias untuk membantu orang tua mereka weweh. *(SRT/HB)*