Baca Juga
Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com). Seorang ibu yang sehari-harinya berprofesi sebagai petani, ditemukan warga sudah dalam keadaan meninggal dunia diarea persawahan, Jum'at (17/03/2017) siang, dengan kondisi terdapat luka dan gosong dibagian wajah. Kuat dugaan, korban meninggal karena sengatan medan listrik jutaan volt yang dihasilkan oleh petir yang terjadi diarea persawahan itu. Korban diketahui bernama Supiatun (53), warga Dusun Wiyu Desa Gumeng Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
Jazad almarhumah Supiatun, ditemukan oleh Adi yang saat itu hendak mencari rumput untuk pakan hewan ternaknya. Dimana, pada Jum'at (17/03/2017) siang sekitar pukul 13.30 WIB, disaat hujan telah reda, Adi berangkat mencari rumput. Namun, langkah kaki Adi ini terhenti dikala saksi dikejutkan adanya jazad almarhumah yang tertelungkup di area persawahan dengan kondisi sudah meninggal dunia dengan kondisi terdapat luka dan gosong dibagian wajahnya.
Selain kondisi pada tubuh almarhumah terdapat luka dan wajahnya menghitam, dilokasi hanya ditemukan barang bukti milik korban berupa topi yang terbuat dari bambu dalam kondisi rusak serta sepucuk sabit yang pada umumnya untuk menyabit padi ataupun rumput.
Kasubbag Humas Polres Mojokerto, AKP Sutarto menerangkan, sebelum ditemukan meninggal dipersawahan, almarhumah pergi kesawah sekira pukul 10.00 WIB. "Korban membersihkan rumput disawah miliknya. Namun sekira pukul 11.00 WIB turun hujan deras disertai petir", terangnya.
Dari adanya luka dan menghitam dibagian wajah almarhumah, sangat dimungkinkan jika almumah meninggal dunia karena sengatan medan listrik jutaan volt yang dihasilkan oleh petir yang terjadi diarea persawahan itu. Usai dilaukan dievakuasi dari TKP, jenazah almarhumah langsung dimakamkan dipemakanan umum Desa setempat atas permintaan pihak keluarga.
Sebagaimana dikatahui, petir atau halilintar terjadi akibat adanya perpindahan muatan energi negatif menuju ke positif. Pertemuan kedua muatan energi tersebut akan menghasilkan lompatan bunga api antara dua massa dengan medan listrik berbeda. Dimana, prinsip dasarnya kira-kira seperti yang terjadi pada lompatan bunga api pada busi kendaraan bermotor.
Hanya saja, pelepasan energi pada petir atau halilintar ini begitu besarnya, sehingga menimbulkan lompatan bunga api yang begitu terang, energi panas yang bersifat membakar dan dentuman suara yang begitu menggelegar yang biasa disebut guntur dan yang oleh orang Jawa biasa disebut dengan "GELUDHUK". Karena muatan energinya besar, maka petir atau halilintar ini jika mengenai secara langsung bisa menghancurkan gedung ataupun pohon besar.,
Menurut para ilmuwa, energi yang menumpuk dibagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, dibagian tengah adalah listrik bermuatan positif sedangkan dibagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif. Dimana, pada bagian bawah inilah petir atau halilintar biasa terjadi lompatan-lompatan bunga api listrik. Konon. besar medan listrik minimal yang memungkinkan dapat memicunya terjadinya petir adalah sekitar 1.000.000 volt per-meter.
Sedemikian raksasanya, sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan akan tertembus dan dibuat terang-benderang olehnya sebagai akibat udara yang terbelah. Bisa dibayangkan, konon pula, sambaran petir memiliki rata-rata kecepatan 150.000 Km/detik dan saat itu juga akan menimbulkan rentetan bunyi yang menggelegar. *(DI/Red)*