Senin, 11 September 2017

Bank Sampah Binaan DLH Pemkot Mojokerto Kini Beromzet Hingga Rp. 85 Juta Perbulan

Baca Juga

Salah-satu kelompok mitra binaan DLH Pemkot Mojokerto saat menerima tambahan kemampuan personil, Senin (11/09/2017).

Kota MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Ketika diberbagai daerah sampah merupakan sesuatu yang harus dibuang jauh-jauh dan bahkan menjadi momok, sebaliknya di Kota Mojokerto malah menjadi benda buruan. Bisa jadi, hal ini tak banyak yang mengira, berawal dari kejelian dan keuletan setiap pribadi yang berkecimpung didalamnya, Bank Sampah (BS) Kota Mojokerto kini eksis ditengah era persaingan bisnis yang ketat. Tak main-main, dari penjualan limbah rumah tangga itu lembaga binaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) itu kini mengelola omzet penjualan sampah hingga Rp. 75 juta perbulan.

Keuntungan kantor cabang BS yang membawahi 103 unit itu belum ditunjang dari pengelolaan sampah menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Diantaranya, tas, sepatu, lampion, tempat tisu, tempat koran, hingga produk fashion. "Selama dua tahun berjalan ini, kami  telah mengelola Rp. 85 juta, yang diperoleh dari penjualan. Uang tersebut merupakan keuntungan dari penjualan sampah yang mempunyai nilai ekonomi seperti kardus, plastik, koran, dan glangsing kepada pengepul yang menjadi mitra kita", kata Direktur BS Kota Mojokerto, Riani, Senin (11/09/2017) siang.

Riani yang kesehariannya juga sebagai penyiar distasion radio milik Pemerintah setempat mengaku, jika pihaknya senantiasa mengumpulkan minimal 2 ton sampah untuk dikirim kepada mitranya setiap 3 hari sekali. "Setiap 1 minggu kami dua kali membawa sampah-sampah ini kepada pihak ketiga. Nilainya lumayan, setiap satu bulan kami mendapatkan sekitar Rp 85 jutaan dari sektor ini", aku Riani.

Menurut Riani, pihaknya mengelola dua macam produk. Yakni produk sampah asli dan produk kerajinan. "BS saat ini mempunyai 20 personil, yang kini keseluruhannya telah memiliki ketrampilan pengelolaan sampah. Dan seluruh kru yang ada kini menjadi instruktur yang melakukan pembinaan ke semua lini seperti masyarakat dan sekolah-sekolah", terangnya.

Produk hasil karya tangan-tangan terampil ini, lanjutnya, ia pasarkan melalui media sosial dan pameran. Sementara untuk menunjang kemampuan personil yang ada, ia berkegiatan dua minggu sekali dengan sejawatnya. "Untuk menambah kemampuan personil, setiap dua minggu sekali kami mengadakan pertemuan", pungkasnya.

Sementara itu, Kepala DLH Kota Mojokerto Amin Wakhid mengungkapkan, bahwa pihaknya berupaya maksimal merubah stigma masyarakat tentang produk berbasis sampah ini dengan menciptakan produk yang bahan dasarnya didapatkan dari BS. "Kita menanamkan stigma produk BS bisa bersaing. Caranya yakni dengan menciptakan produk BS yang bersifat aksesoris semisal lampion, tempat tisu dan sebagainya atau tas dengan kualitas bagus", ungkap Kepala DLH Pemkot Mojokerto, Amin Wachid. *(DI/Yd/Red)*