Minggu, 04 Desember 2022

KPK Harap, ACFFest 2022 Tumbuhkan Budaya Anti Korupsi

Baca Juga


Wakil Ketua KPK Nurul Gufron saat dimintai komentar setelah menghadiri acara Anti Corruption Film Festival (ACFest) 2022 di Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta, Sabtu (03/12/2022) malam.


Kota JAKARTA – (harianbuana.com).
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berharap, penyelenggaraan Anti Corruption Film Festival (ACFFest) 2022 atau Festival Film Anti Korupsi 2022 Bisa menumbuhkan budaya anti-korupsi bagi masyarakat.

"Harapannya, kepada khalayak sineas supaya semakin banyak yang berpartisipasi dan juga kepada penontonnya semakin teredukasi untuk melakukan budaya anti-korupsi menggunakan sarana film ini", kata Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron usai menghadiri acara Anti Corruption Film Festival (ACFest) 2022 di Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta, Sabtu (03/12/2022) malam.

Ghufron menjelaskan, pemberantasan korupsi tidak hanya soal penindakan, namun juga melalui pendidikan dan peran serta masyarakat, salah-satunya melalui film.

"Pembudayaan anti-korupsi tidak bisa hanya dilakukan dengan menggunakan satu lini. Kami melakukan pendidikan anti-korupsi melalui kurikulum, melalui Ormas, melalui Parpol, itu sudah kami lakukan, tetapi juga untuk kalangan-kalangan muda, saya kira perlu juga didekati dengan menggunakan budaya dan juga film", jelas Nurul Ghufron.

Ditegaskan Ghufron, bahwa penyelenggaraan ACFFest tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga mengedukasi masyarakat.

"Jadi, dari tahun ke tahun, film drama, teater itu bukan hanya untuk sarana hiburan tetapi untuk mengedukasi. Oleh karena itu, KPK berharap dengan ACFFest ini bagaimana menggugah insan-insan muda supaya memberikan informasi edukasi dari kalangan muda dengan selera sendiri. Itu yang kami harapkan", tegasnya.

Ghufron memisalkan film yang berkesan baginya, yakni film berjudul 'Elin' yang memenangi kategori film pendek dokumenter. Menurutnya, dari kisah 'Elin' menunjukkan keterbatasan fisik tidak mengurangi warga negara untuk berkontribusi kepada Tanah Air maupun kemanusiaan.

"Bahkan, sebaliknya dari film Elin itu menunjukkan bahwa koruptor itu malah memiliki disabilitas karakter yang berbahaya. Itu saya kira menggugah bahwa orang-orang yang disabilitas itu ternyata memiliki kemandirian dan juga memberi kemanfaatan bagi orang lain", ujar Ghufron.

"Sebaliknya, orang-orang yang sempurna kayak kita yang kemudian terjatuh pada tindak pidana korupsi, mereka sesungguhnya sedang tidak mandiri, bahkan sedang merugikan orang banyak", tambahnya.

Ghufron pun menyatakan terkesan dengan film berjudul 'Titip Sendal' yang memenangi kategori film proposal ide cerita. Menurutnya, film tersebut juga mengedukasi masyarakat.

"Titip sandal itu menunjukkan, bahwa ketertiban itu merupakan kebutuhan dan kepentingan kita bersama. Sebaliknya, tidak-tertib satu orang saja mengakibatkan rusak semuanya. Ini menunjukkan, sekali lagi korupsi itu salah-satunya butuh seperti jalan pintas. Jalan pintas itu kemudian mengakibatkan ketidak-tertiban", ujarnya pula.

Ditandaskan Ghufron, bahwa nilai yang bisa diambil dari film tersebut di antaranya adalah bahwa ketertiban itu penting untuk kemanfaatan kita semua.

"Ketidaktertiban itu akan kemudian merusak dan merugikan kita semua. Nilai-nilai itu yang ditampilkan, ketertiban itu penting untuk kemanfaatan kita semua", tandas Nurul Ghufron. *(HB)*