Baca Juga
Kota SURABAYA – (harianbuana.com).
Ditegaskannya, bahwa penerbitan Pergub tersebut sejalan dengan upaya peningkatan penemuan terduga TBC melalui Aplikasi E-Tibi dan memberlakukan TB 06 di semua fasilitas layanan kesehatan.
"Langkah ini dilakukan guna mencapai target temuan kasus TBC 90 persen dari estimasi kasus TBC nasional atau melakukan penemuan 16.700 kasus TBC per minggunya", tegas Gubernur Khilofifah.
Ditandaskannya, bahwa langkah itu juga didukung dengan keterlibatan penuh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) baik negeri maupun swasta, utamanya dalam melakukan skrining.
"Peningkatan kualitas fasyankes pemerintah dan swasta termasuk Dokter Praktik Mandiri, Klinik dan RS Swasta dalam memberikan Layanan TBC juga harus kita perhatikan", tandasnya. *(HB)*
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyatakan komitmen mendukung program pemerintah pusat mengeliminasi Tuberculosis (TBS) Tahun 2030. Terlebih, jumlah kasus TBC Jatim berada di posisi tertinggi ke-2 (dua) setelah Jawa Barat (Jabar).
"Dari data rilis Kementerian Kesehatan RI, Jatim saat ini di posisi tertinggi kedua untuk jumlah kasus TBC di Indonesia. Jatim nomor dua setelah Jawa Barat. Total kasus TBC di Jatim yaitu 81.753 kasus", terang Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jum'at (24/03/2023).
Gubernur Khofifah menegaskan data kasus TBC Jatim tersebut menjadi cambuk semangat serta menjadikan kewaspadaan tersendiri untuk mengambil langkah dalam menghadapinya bersama-sama. "Maka Pemprov Jatim berkomitmen serius untuk program Eliminasi TBC 2030 dengan target penurunan mencapai 65/100.000 penduduk", tegas Gubernur Khofifah.
Merujuk data nasional, secara umum jumlah penderita TBC di Indonesia memang mengalami kenaikan pada tahun 2022. Di kurun tahun 2022, terdeteksi ada 717.941 kasus TBC di Indonesia. Jumlah tersebut melonjak 61,98 persen dibanding pada tahun sebelumnya sebesar 443.235 kasus.
Dijelaskan Gubernur Khofifah pula, bahwa untuk mengeliminasi kasus TBC di Jawa Timur, Pemprov Jatim tidak bisa bergerak sendiri. Melainkan, harus berkolaborasi dengan berbagai elemen.
"Dari data rilis Kementerian Kesehatan RI, Jatim saat ini di posisi tertinggi kedua untuk jumlah kasus TBC di Indonesia. Jatim nomor dua setelah Jawa Barat. Total kasus TBC di Jatim yaitu 81.753 kasus", terang Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jum'at (24/03/2023).
Gubernur Khofifah menegaskan data kasus TBC Jatim tersebut menjadi cambuk semangat serta menjadikan kewaspadaan tersendiri untuk mengambil langkah dalam menghadapinya bersama-sama. "Maka Pemprov Jatim berkomitmen serius untuk program Eliminasi TBC 2030 dengan target penurunan mencapai 65/100.000 penduduk", tegas Gubernur Khofifah.
Merujuk data nasional, secara umum jumlah penderita TBC di Indonesia memang mengalami kenaikan pada tahun 2022. Di kurun tahun 2022, terdeteksi ada 717.941 kasus TBC di Indonesia. Jumlah tersebut melonjak 61,98 persen dibanding pada tahun sebelumnya sebesar 443.235 kasus.
Dijelaskan Gubernur Khofifah pula, bahwa untuk mengeliminasi kasus TBC di Jawa Timur, Pemprov Jatim tidak bisa bergerak sendiri. Melainkan, harus berkolaborasi dengan berbagai elemen.
"Setelah pandemi Covid-19, program eliminasi TBC 2030 perlu dikuatkan kembali. Pemprov Jatim tidak bisa bergerak sendiri, untuk mendukung penuh program pemerintah pusat, kita perlu kerja-sama dari seluruh elemen", jelas Gubernur Khofifah.
Dijelaskan Gunernur Khofifah pula, bahwa pihaknya telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Jatim Nomor 50 Tahun 2022 tentang Penanggulangan Penyakit Tuberculosis.
Ditegaskannya, bahwa penerbitan Pergub tersebut sejalan dengan upaya peningkatan penemuan terduga TBC melalui Aplikasi E-Tibi dan memberlakukan TB 06 di semua fasilitas layanan kesehatan.
"Langkah ini dilakukan guna mencapai target temuan kasus TBC 90 persen dari estimasi kasus TBC nasional atau melakukan penemuan 16.700 kasus TBC per minggunya", tegas Gubernur Khilofifah.
Ditandaskannya, bahwa langkah itu juga didukung dengan keterlibatan penuh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) baik negeri maupun swasta, utamanya dalam melakukan skrining.
"Peningkatan kualitas fasyankes pemerintah dan swasta termasuk Dokter Praktik Mandiri, Klinik dan RS Swasta dalam memberikan Layanan TBC juga harus kita perhatikan", tandasnya. *(HB)*