Baca Juga
Direktur RSUD Dr. Wahiddin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, dr. Sugeng Mulyadi.
Kota MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Pasca lebaran Idul Fitri 1437 Hijjriyah, jumlah pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Wahiddin Sudiro Husodo Kota Mojokerto naik secara signifikan. Para pasien pun mengaku telah antre hingga 4 jam untuk mendapat pelayanan medis dirumah-sakit tersebut.
Membludaknya pasien yang antre untuk mendapatkan pelayanan medis di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto pada Senin (11/07/2016) siang, terlihat jelas dibagian lobi atau ruang tunggu rumah sakit berpelat merah ini. Deretan kursi diruang tunggu rumah sakit ini terlihat penuh-sesak oleh ratusan pasien yang mengantre. Bahkan, ada beberapa diantaranya yang harus rela duduk dilantai.
Berjubelnya pasien dirumah sakit tersebut tak hanya terlihat ditempat tunggu pelayanan obat-obatan saja. Antrean panjang pasien juga terlihat dibagian poli jantung, poli dalam, poli paru-paru hingga IGD. Ratusan pasien itupun mengaku hanya bisa pasrah menahan sakit untuk menunggu panggilan dari dokter masing-masing poli. Bahkan, ada diantaranya yang terkulai lemas dikursi tunggu yang disediakan dan ada pula yang rela mengantre dengan lunglai diatas kursi roda.
Sejumlah pasien, mengeluhkan lamanya pelayanan medis dirumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto ini. Salah-satunya, Abi Said (73) penderita diabetes asal Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo. Pada wartawan Slamet mengaku, bahwa telah mengantri selama hampir 4 jam, namun belum juga ditangani. "Saya sudah antre dipoli penyakit dalam sejak pukul sepuluh tadi. Biasanya, baru akan dipanggil pukul dua-siang. Ya jenuh antre lama..., tapi mau bagaimana lagi...?? Apalagi saat ini pasiennya banyak", cetus Abi dengan nada pasrah, ketika berbincang dengan wartawan.
Diungkapkannya pula, bahwa dirinya telah secara rutin berobat di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto ini sejak tahun 2005 yang silam. Menurut Abi Said, lambatnya pelayanan dirumah sakit ini tidak hanya terjadi pada saat momen lebaran saja atau ketika pasien membludak. Dia yang rutin berobat sejak 2005 silam harus merasakan antre hingga empat jam bahkan lebih, untuk bisa mendapatkan pelayanan dari dokter spesialis penyakit dalam. Apalagi jika ditambah dengan antre saat mengambil obat, bisa sampai sore hari.
Menurutnya pula, jumlah pasien yang datang tak sebanding dengan tenaga medis yang disediakan oleh pihak rumah sakit. "Setahu saya, dokter poli hanya satu orang. Seharusnya ditambah minimal tiga orang. Karena, untuk hari-hari biasa saja antre bisa sampai jam empat sore. Mau Salat dan makan siang pun enggak bisa", ungkap Abi Said.
Ratusan pasien di RSUD Dr. Wahiddin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, saat antre menunggu giliran mendapatkan pelayanan medis, Senin (11/07/2016) siang.
Hal senada juga diungkapkan oleh Riwayat (57) penderita diabetes militus warga Lingkungan Bancang Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Pria yang 2 jari kaki kanannya sudah teramputasi ini mengaku, untuk hari-hari biasa saja, setidaknya 6 sampai 8 jam harus berada diruang tunggu RSUD Dr. WS Husodo untuk mendapat pelayanan medis hingga mendapatkan obat-obatan.
"Dulu, awalnya saya berobat kesini seminggu sekali. Setelah sekitar 4 bulan berikutnya, hanya sebulan sekali. Memang biayanya gratis, tapi ongkos becak PP (pulang pergi) lima puluh ribu, belum termasuk untuk beli makan siang dan minum. Kalau dihitung, lebih ringan langsung beli obatnya diapotik. Biasanya dapat obat Glimepiride sama amoxixilyne. Kalau beli diapotik untuk diminum satu minggu, sekitar Rp.16.000,-. Sedangkan kalau kerumah sakit, untuk ongkos becak sama makan dan minum paling tidak harus bawa uang Rp.75.000,-. Kalau 1 bulan berarti Rp. 300.000,-", ungkap Riwayat.
Pria yang menganggur sejak Perusahaan Daerah (PD) Asen Pabuan Wates Mojokerto itu tutup, mengaku hanya sebulan atau dua bulan sekali berobat kerumah sakit milik Pemkot Mojokerto ini karena terbentur faktor biaya, meskipun biaya pengobatannya gratis. "Sejak PD. Asen tutup sekitar 12 tahun lalu, praktis saya nganggur. Uang Rp.300.000,- untuk ongkos becak dan lain-lain, bagi saya saat ini sangat sulit mendapatkannya. Jadi, saya kerumah sakit ya satu atau dua bulan sekali untuk kontrol dan mengetahui jenis obat yang diberikan oleh dokter. Selebihnya, ya beli diapotik dengan membawa contoh obatnya", keluh Riwayat.
Sementara Hartini (41) yang turut suaminya mengantarkan saudara iparnya yang sedang menderita sakit paru-paru dan akan menjalani rawat inap di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo ini mengaku, bahwa sudah antre selama tiga jam lebih hanya untuk menunggu panggilan masuk keruang rawat inap. Hanya saja, hingga saat berbincang dengan wartawan belum mendapatkan panggilan. "Kasihan yang sakit mas..., harus menunggu lama dalam keadaan kesakitan. Ini hanya nunggu panggilan masuk untuk rawat inap saja, sudah demikian lamanya", ujar Hartini.
Menanggapi beberapa persoalan ini, Direktur RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo dr. Sugeng Mulyadi berdalih, bahwa lambatnya penanganan karena membludaknya jumlah pasien yang datang. Menurutnya, setiap pasca lebaran, rata-rata kunjungan pasien tiap harinya naik dua kali lipat. Jika sebelumnya rata-rata 300-an pasien perhari, untuk saat ini mencapai 600 pasien. "Pasca lebaran, hampir dua kali lipat dari jumlah kunjungan pasien pada hari-hari biasa. Didominasi pasien gangguan pencernaan, seperti diare dan lambung. Kebiasaan pola makan menjadi penyebabnya", jelasnya.
Terkait permintaan pasien agar jumlah dokter disetiap poli ditambah, dr. Sugeng menanggapinya dengan sebatas menyanggupinya saja. "SDM kami sampai sekarang masih banyak. Akan kami tambahi dengan dokter yang bisa membantu", pungkasnya.
*(DI/Red)*