Baca Juga
Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Peringati Hari Ibu ke-88 tahun 2016, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Mojokerto mengawalinya dengan mengadakan kegiatan 'Senam Bersama' yang digelar di lapangan Desa Pacing Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto pada Minggu (18/12/2016) pagi.
Dalam sambutannya, dihadapan ribuan ibu-ibu peserta senam, isteri Bupati Mojokerto Ikfina Mustofa Kamal Pasa yang juga sebagai ketua Tim Pengerak PKK Kabupaten Mojokerto menyatakan, bahwa 'wanita' juga memiliki makna sebagai ‘masa depan’. Untuk itu, masa depan keluarga maupun bangsa juga berada dipundak para wanita. "Masa depan keluarga dan bangsa ada dipundak kita", cetus Ikfina MKP.
Lebih jauh, Ikfina mengungkapkan, bahwa perempuan hebat adalah perempuan yang menjiwai kodratnya, baik dalam keluarga inti maupun sebagai sosok yang mengawal kelanjutan peradaban suatu bangsa. "Masa depan bangsa banyak ditentukan oleh peran perempuan. Maka perempuan sejatinya harus pandai, kuat, mampu memaksimalkan potensinya, dan memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif", ungkapnya
Lebih dalam, Ketua GOW Kabupaten Mojokerto ini memaparkan, bahwa peringatan Hari Ibu merupakan moment pengingat bagi Indonesia terutama generasi muda, atas makna suatu hari kebangkitan, persatuan dan kesatuan perjuangan kaum perempuan yang lekat dengan perjuangan bangsa. "Peringatan Hari Ibu adalah momentum untuk memprioritaskan kemajuan perempuan. Sebab, perempuan punya peran penting bagi kemajuan bangsa. Kemajuan daerah akan berkembang dengan pesat, seiring keberhasilan peran ibu dalam pembangunan. Kita sebagai kaum perempuan masa kini harus bersyukur, ingin menjadi apa saja boleh, karena ada peluang. Maka dari itu, mari kita sama-sama meningkatkan kemampuan disemua bidang", papar istri Bupati yang juga seorang dokter ini.
Peringatan Hari Ibu ke-88 tahun 2016 mengusung tema "Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Kekerasan, Perdagangan Orang dan Kesenjangan Akses Ekonomi terhadap Perempuan". Kegiatan diwarnai acara pameran produk koperasi dan UMKM oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Mojokerto, lomba memasak, lomba slogan dan kegiatan bakti sosial pemeriksaan kesehatan gratis seperti tekanan darah dan kolesterol. Tanggal 11 Desember lalu juga telah digelar acara senam bersama Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) Kabupaten Mojokerto di Kecamatan Trawas, yang termasuk dalam rangkaian acara PHI ke-88 tahun 2016.
Hadir pula dalam acara pagi tadi, istri wakil bupati Mojokerto Yayuk Pungkasiadi, ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Mojokerto, Diah Ratna Hery Suwito, beberapa anggota perempua DPRD Kabupaten Mojokerto juga peserta senam dari beberapa organisasi wanita seperti Fatayat, Aisyiyah dan anggota Perwosi. Usai dilaksanakannya 'Senam Bersama', dilakukan pembagian doorprize menarik sebagai penyemangat.
Sementara itu, sebagaimana dalam sejarah, peringatan atau istilah Hari Ibu itu sendiri berawal dari peristiwa pada tanggal 28 Oktober 1928. Yang mana saat itu digelorakan dalam Kongres Pemuda Indonesia, untuk menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan agar mempersatukan diri dalam wadah mandiri. Karena, pada saat itu sebagian besar perkumpulan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pergerakan bangsa.
Dalam perkembangannya, diselenggarakanlah Kongres Perempuan Indonesia untuk yang pertama-kalinya di Yogyakarta, yang salah-satu keputusannya, dibentuknya suatu organisasi Federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI). Dengan demikian, terjalinlah suatu kesatuan semangat juang kaum perempuan bersama-sama kaum laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.
Pada tahun 1929, PPPI ini berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Dan, pada Kongres Perempuan Indonesia ke-III di Bandung tahun 1938 disepakati bahwa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Dalam perjalanannya, tahun 1946, lembaga tersebut berubah menjadi Kongres Wanita Indonesia disingkat KOWANI, yang sampai saat ini berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman.
Sementara itu pula, Pemerintah sendiri baru mengukuhkannya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Hingga sekarang ini, peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember itu kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia.
*(DI/Red)*