Selasa, 21 Februari 2017

Dewan Menilai, Selain Faktor Alam Banjir Di Kota Mojokerto Juga Diakibatkan Faktor Saluran Air Dan Sampah Plastik

Baca Juga

Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto Junaedi Malik (topi coklat) terlibat secara langsung dalam menyalurkan bantuan kepada korban banjir, Selasa (21/02/2017) pagi.

Kota MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Guyuran hujan cukup lebat yang terjadi pada Senin (20/02/2017) malam, hampir membuat kondisi disemua sudur-sudut Kota Mojokerto mengalami banjir. Kondisi jalan juga gang-gang dihampir  semua Lingkungan, secara merata tergenang air baik yang datangnya langsung dari guyuran hujan maupun dari luapan sungai-sungai kecil atau got-got saluran air sekitarnya. Praktis, air hujan bercampur air sungai dan air saluran pembuangan atau air got bercampur aduk jadi satu menggenangi pemukiman warga.

Musibah banjir yang meluas hampir disemua lingkungan pemukinan warga ini tergolong kejadian yang agak luar biasa. Pasalnya, hingga banyak rumah warga yang kemasukan air dengan ketinggian yang variatif. "Sejak saya bangun rumah tahun 1987, baru kali ini rumah saya kemasukan banjir. Rumah saya yang tergolong tinggi saja kemsukan air setinngi 20 senti-meter, dijalan depan rumah tinggi air sekitar 80 senti-meter-an", ungkap Tukimin (54) warga Gedongan gang 8 Kelurahan Gedongan, Selasa (21/02/2017) pagi.

Sementara itu, terkait persoalan banjir yang sempat menggenangi hampir disemua Lingkungan di Kota Mojokerto kali ini, Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto Junaedi Malik mengungkapkan, bahwa selain faktor alam sehingga menyebabkan kondisi cuaca yang menimbulkan curah hujan sedemikin tinggi, banjir kali ini juga akibat air kiriman dari daerah lain. "Disisi lain, banjir yang terjadi mulai Senin-malam (Red. 20/02/2017) yang hingga saat ini masih menggenangi jalan dan rumah warga ini sebagian banyak disebabkan kiriman air hujan dari daerah lain yang ada didataran yang lebih tinggi", ungkap Junaedi Malik.

Junaedi Malik menambahkan, ditambah kondisi geografis Kota Mojokerto yang bentuknya cekungan sehingga tambah memperparah terjadinya genangan banjir diwilayah Kota Mojokerto. "Dibalik faktor alam itu dan air kiriman dari daerah lain, Pemerintah seharusnya juga mengkaji kembali  perencanaan program sistem pengendalian banjir yang lagi digencar-gencarkan itu. Diantarannya sejumlah proyek pembangunan saluran air dan gorong-gorong dibeberapa tempat serta pembangunan rumah-pompa air dibeberapa titik itu", tambahnya.

Tim penyalur bantuan GP Anshor dibantu warga saat menyalurkan bantuan kepada korban banjir, Selasa (21/02/2017) pagi.

Dikatakannya, begitu mendengar adanya banjir yang mulai menggenangi pemukiman warga, Senin (20/02/2017) malam sekitar pukul 22.00 WIB, Tokoh Muda NU yang duduk sebagai Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto ini langsung turun kebeberapa lokasi banjir untuk melakukan pemantauan dan memastikan tingkat keamaan warga serta melihat persoalan yang terjadi dan melihat sejauh mana efektifitas dari hasil pembangunan fisik program pengendalian banjir yang ada.

Tak tanggung-tanggung pula untuk peduli dalam turut-sertanya membantu mengatasi persoalan yang dihadapi warga. Meski dalam kondisi gelap, dingin dan berbasah-basah, Tokoh Muda NU yang akrab dengan sapaan Gus Juned ini berkeliling kebeberapa sudut Kota untuk melihat secara langsung persoalan yang dihadapi warga tersebut hingga Senin jelang-pagi hari. "Saya berkeliling untuk melihat persoalan warga secara langsung hingga pukul dua pagi lebih. Untuk jadi masukan dan kedepannya agar dapat diantisipasi", jelasnya

Setelah melihat dan mendengar hal-hal yang dikeluhkan masyarakat itu secara langsung, Junaedi Malik pun melakukan pengamatan dibeberapa obyek bangunan fisik yang bisa jadi ada kaitannya dengan persoalan banjir yang menggenangi hampir disemua wilayah Kecamatan yang ada di Kota Mojokerto pada Senin (20/02/2017) malam hingga Selasa (21/02/2017) ini. "Selain faktor alam, saya bisa menyimpulkan, bahwa proyek pembangunan saluran air dan gorong-gorong yang baru diselesaikan akhir tahun kemarin, secara teknis tanpa mempertimbangkan kemiringan dan kedalamannya", lanjutnya.

Junaedi Malik menegaskan, bahwa karena kurang mempertimbangkan kemiringan dan kedalamannya, maka untuk menuju titik pompa agar air bisa cepat tersedit kearah pintu pembuangan (sungai besar/Brantas) tidak maksimal. "Termasuk didalam saluran gorong-gorong yang proyek pembangunannya baru rampung tersebut masih banyak sisa matrial batu besar dan lain-lain yang belum dibersihkan oleh pihak rekanan
sehingga menjadi sumbatan air", tegasnya.


Kondisi area persawahan rata dengan air banjir, Selasa (21/02/2017) pagi.

Demikian juga dengan rumah pompa, yang disebut oleh Ketua Komisi III belum ada SOP yang baku dari Pemerintah, termasuk mekanisme operasional rumah pompa dimaksud. "Dari mulai siapa yang bawa kunci rumah pompa sampai bagaimana cara memfungsikan mesin pompa itu serba tidak jelas", ujar Junaedi Malik.

Hal itu, bisa dibuktikan dengan belum jelasnya siapa petugas yang diberi kewenagan oleh Pemerintah untuk bertanggung jawab terkait rumah pompa yang benar-benar sudah memahami SOP dan mendapatkan bekal pengetahuan secara teknis bagaimana mengoperasikan mesin pompa itu. "Yang terjadi, begitu keadaan emergency banjir, banyak masyarakat bingung saling bertanya siapa petugasnya rumah pompa, siapa yang bawa kunci juga bagaimana menghidupkan mesinnya. Belum lagi kualitas mesin dan peralatan yang ada tidak bisa berfungsi maksimal", papar Ketua Komisi III, Junaedi Malik.

Dicontohkannya, kondisi mesin pompa yang ada dijalan Pahlawan, tepatnya diperempatan Miji yang tidak berfungsi sama sekali, sehingga ada inisiatif mendatangkan diesel besar satu boks pick-up yang dipasang secara manual untuk meyerap air yang menggenang lumayan tinggi. "Termasuk rumah dinas Kapolresta termasuki air dan seluruh kompleks asrama Polisi", tandasnya.

Menurut Junaedi Malik, dari pantauannya saat banjir, selain derasnya luapan air  juga terlihat banyaknya sampah plastik yang menyumbat dibeberapa saluran air  atau draynase maupun yang meluber keluar terbawa air dan berserakan masuk kegang-gang Lingkungan. "Ini menunjukkan menunjukkan program pengerukan waled  dan pembersihan saluran air dari berbagai sampah plastik dan sebagainya kurang maksimal. Dengan adanya fakta tersebut, bisa jadi itu yang menyebabkan banjir yang menggenangi secara menyeluruh. Sebab selama ini jarang terjadi di Kota Mojokerto", pungkas Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto,Junaedi Malik.
*(DI/Red)*