Senin, 12 November 2018

Pupuk Hayati Sisa Bioetanol PT. EAN Mojokerto Diduga Cemari Sumur Milik Warga

Baca Juga

Petugas saat melakukan pemeriksaan sekaligus memgambil air sumur milik warga Desa Berat Wetan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto, Senin (12/11/2018).

Kab. MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Warga di Desa Berat Wetan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto, diresahkan air sumur miliknya menjadi berwarna kecoklatan dan berbau. Warga menduga, air sumur miliknya telah tercemar akibat penggunaan pupuk hayati cair yang biasa digunakan untuk menggemburkan tanah di lahan tebu secara berlebihan.

Pantauan Harian BUANA di lokasi, Senin (12/11/2018), air dalam sumur yang berada di halaman depan rumah milik Firman warga setempat, kondisi air berwarna coklat dan berbau seperti tetes tebu. Sehingga bisa dikatakan sangat tidak layak komsumsi.

Firman sendiri, usai mengetahui kondisi air dalam sumur miliknya seperti itu, ia pun langsung menginformasikannya ke pihak PT. Enero yakni perusahaan yang dipercaya untuk mengelolah sisa bahan samping pengelolahan Bioetanol PT Energi Argo Nusantara Mojokerto.

Atas informasi tersebut, sebanyak 5 (lima) orang petugas diturunkan oleh pihak perusahaan untuk melakukan pemeriksaan di sumur yang di duga terdampak tersebut dan sekaligus pengambilan sampel (contoh) air. 

“Kita sudah mengambil contoh air dari sumur yang dicurigai terjadi kontaminasi untuk kita lakukan uji labolatorium", terang Dimas Anandito, Divisi Humas dari PT. Enero.

Mengenai hasilnya, kata Dimas, pihaknya meminta waktu selama satu minggu untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam air sumur tersebut.

Sedangkan untuk menyikapi keluhan warga ini, pihaknya berjanji akan memastikan aplikasi penggunaan pupuk hayati cair tidak ada penyimpangan dan meminimalisir kejadian resapan seperti yang terjadi di sumur milik warga tersebut.

Informasi yang di himpun menyebutkan, jika bahan baku dari produksi pupuk hayati cair ini diketahui berasal dari sisa bahan samping dari proses pembuatan bioetanol yang dinamakan sinasel. Terkait aplikasi di lapangan pihak perusahaan menunjuk pihak transpoter untuk melakukan pengocoran di lahan milik warga.

Tentang perbandingan penggunaan pupuk hayati, komposisinya tampaknya perlu kajian lebih dalam. Sememtara yang telah berjalan, 35 ribu liter per hektar pupuk hayati cair yang harus di pakai dalam setiap awal tanam tebu. Sedangkan untuk kapasitas yang di hasilkan oleh perusahaan ini, pihak pengelola mengaku mampu memproduksi sebanyak 1 juta liter per hari.

Penggunaan pupuk hayati dengan komposisi tersebut tersebut itulah yang menjadi kekhawatiran warga yang dapat menjadikan sumur mereka tercemar dan tidak dapat bisa di kosumsi.

Sementara itu, di kawasan wilayah Desa Berat Wetan sendiri sudah lama masyarakat telah menolak penggunaan pupuk hayati cair ini karena dapat mempengaruhi kwalitas air permukaan. Warga menduga, terjadinya pecemaran air tersebut karena kurangnya pengawasan dari PT Enero adanya tindakan penyimpangan pennggelontoran pupuk hayati cair saat pada lahan tanah yang akan digunakan menanam tebu. *(DI/HB)*