Senin, 18 Maret 2019

391 Warga Kota Mojokerto Terjangkit TBC, 75-nya Anak-anak

Baca Juga

Kepala Disperindag Pemkot Mojokerto Ruby Hartoyo dan Kabid Peternakan Disperta Pemkot Mojokerto Supriyadi saat memeriksakan kondisi kesehatannya di hari TBC, Senin (18/03/2019).


Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Sebanyak 391 warga Kota Mojokerto terjangkit tuberculosis (TBC). Tragisnya, 75 orang diantara 391 warga Kota Mojokerto yang terinfeksi kuman mematikan tersebut adalah anak-anak.


Mewabahnya penyakit TBC di kota yang hanya memiliki 3 (tiga) wilayah kecamatan yang terbagi menjadi 18 kelurahan ini langsung disikapi Pemda setempat.

Pemangku kebijakan di daerah ini menggeber program anti TBC bertajuk Saber TBC Pliss. Launching gerakan anti TBC ini sekaligus memperingati hari TBC, Senin (18/03/2019).

"Hingga hari ini, jumlah warga Kota Mojokerto yang terdeteksi penyakit TBC tercatat sebanyak 391 orang. 75 diantaranya adalah anak-anak", beber Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Christiana Indah Wahyu di sela-sela launching.

Menurut Indah, ratusan warga Kota Mojokerto tersebut kini menjalani pengobatan secara gratis di Puskesmas-puskesmas yang ada di daerah ini. "Mereka menjalani pengobatan secara berkala mengingat tempo pengobatan TBC butuh waktu lama, paling singkat adalah enam bulan", terangnya.

Christiana Indah Wahyu pun mengungkapkan, pihaknya kini mengintensifkan pengejaran terhadap kemungkinan warga lainnya yang belum teridentifikasi.

"Peluang bertambahnya jumlah penderita TBC masih akan sangat besar. Sebab, penyebab penularan terutama dari orang yang terjangkit dalam satu tempat sangat besar. Kami masih berusaha menemukannya," tandasnya.

Indah menjelaskan, masa inkubasi penyakit ini pada seseorang adalah 6–9 bulan. Sedang TBC MDR, 9 bulan. Tanda-tanda penyakit ini adalah batuk, meriang, nafsu makan berkurang, dan mengeluarkan keringat dingin pada malam hari. "Kuman ini menyebar dari udara dan menyerang paru-paru", jelasnya.

Sementara itu, Kepala Seksi P2TM Dinkes Propinsi Siti Murtini mengungkapkan, penyebaran TBC sudah menyentuh 38 daerah di Jawa Timur.

"38 daerah di Jatim ada semua, karena telah mewabah. Jika dalam 100 ribu penduduk ada yang terjangkit TBC 230 orang, namun hanya ditemukan 145 orang, berarti pengobatan tidak tuntas. Hal seperti itu yang beresiko menularkan kembali", ungkap Siti Murtini.

Meski demikian, ia memaklumi, sebab selama ini masyarakat kerap menganggap batuk sebagai batuk biasa. Dan, penyebaran penyakit ini rentan karena tidak mengenal usia. "Semua rawan terjangkit. Apalagi rumahnya pengap pasti penularannya akan mudah", tandasnya.

Soal terjadinya wabah penyakit TBC ini, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyatakan perang terhadap TBC. "Kita akan melakukan screening. Kita juga akan menghambat penularan TBC melalui program riil, yakni mengantisipasi pada daerah kumuh. Daerah kumuh akan hilang sampai akhir 2019", tegasnya.

Ketika isinggung soal payung hukum anti TBC itu sendiri, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyatakan masih akan mengkajinya lagi. *(Yd/DI/HB)*