Kota SURABAYA – (harianbuana.com).
Provinsi Jawa Timur (Jatim) terus mengalami penambahan kasus virus Corona atau Corona Virus Diseaee - 2019 (Covid–19) baru dalam beberapa hari terakhir. Puncaknya, saat mengalami penambahan kasus Covid–19 baru yang mencapai 502 kasus dari total penambahan 973 kasus baru secara nasional pada Kamis 21 Mei 2020.

Menyusul, penambahan kasus Civid–19 baru sebanyak 466 kasus pada Sabtu 23 Mei 2020. Gubernur Jatim kKhofifah Indar Parawansa mengakui ada faktor keterlambatan dalam menangani munculnya kluster-kluster baru, termasuk yang terjadi di Pabrik Rokok di Surabaya.

"Jadi ketika ada kluster pabrik rokok, kluster di beberapa pasar-pasar tradisional, ini sebetulnya agak telat melakukan pressingnya", aku Gubernur Khofifah.

Khofifah pun mengakui, faktor keterlambatan tersebut terjadi karena memang informasi yang didapat juga terlambat. Bahkan penanganannya baru dilakukan setelah 14 hari dari awal kasus terjadi. Hal itulah yang membuat penyebaran Virus Corona sudah semakin meluas.

Menurut Khofifah, juga terdapat kluster-kluster baru yang terjadi di Surabaya. Selain itu, sebaran virus Corona di Jawa Timur memang sebagian besar terjadi di Surabaya yang hingga mencapai 53 persen.
"Jadi, kan sebagian besar dari kasus ini 53 persen terjadi di Surabaya. Jadi, kami pun saat itu mendapatkan informasi selang 14 hari setelah kasus ini terjadi. Kasus terjadi tanggal 14 (April), tanggal 28 (April) saya mendapatkan informasi dan (tanggal) 29 saya menurunkan tim untuk pengetesan", ungkapnya.

Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan, setelah mendapatkan informasi tersebut, pihaknya langsung menurunkan tim untuk segera melakukan pengetesan dan termasuk juga melakukan pelacakan. Dari trackingnya itu. ia mengaku cukup kaget dengan temuan banyak kasus yang merupakan kluster baru tersebut.

"Kita lakukan juga tracking secara progresif. Dari situ kemudian kita mendapatkan temuan yang memang cukup mengagetkan", jelasnya.

Khofifah mengungkapan, bahwa tidak seperti biasanya hasil pemeriksaan sampel PCR mencapai 80 persen. Padahal, pada umumya hasil pemeriksaan sampel PCR di Jawa Timur hanya sekitar 20 sampai 30 persen.

"Ada fenomena dimana ketika spesimen ini di test melalui PCR test biasanya konfirmasi positifnya antara 20 sampai 30 persen, bahkan kecenderungannya di angka 20 persen. Tetapi pada lima hari terakhir ternyata spesimen yang kita test itu cenderung positif 80 persen", pungkasnya. *(DI/HB)*