Rabu, 04 Mei 2022

Ketua KPK Pernah Jualan Pepes Ketan Hingga Jadi Pencuci Mobil Dalam Berjuang Untuk Memperoleh Pendidikan

Baca Juga


Ketua KPK Firli Bahuri.


Kota JAKARTA – (harianbuana.com).
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menuturkan, pendidikan penting untuk mengubah suatu keadaan. Masa depan Negara Kesatuan Republik (NKRI) akan semakin lebih baik dengan pendidikan serta semangat belajar, berjuang dan bekerja keras.

Terkait itu, KPK fokus menanamkan unsur dan nilai pendidikan anti-korupsi. Yang mana, rencana strategi pemberantasan korupsi KPK tahun 2019–2024 menempatkan pendidikan sebagai strategi pertama. Pendidikan menjadi salah-satu hal yang fundamental di samping pencegahan dan penindakan.

Melalui strategi Pendidikan, KPK ingin membangun budaya dan peradaban bangsa Indonesia yang anti-korupsi. Unsur dan nilai anti-korupsi yang ditanamkan dalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia, tentu diharapkan dapat membentuk pola pikir dan budaya anti-korupsi. 

“KPK telah memasukan unsur serta nilai-nilai pendidikan anti-korupsi kepada anak-anak bangsa di republik ini agar terbentuk paradigma baru dalam memandang korupsi bukanlah hal biasa, terbiasa, apalagi dianggap sebagai budaya atau warisan kultur bangsa", tutur Ketua KPK Firli Bahuri dalam keterangannya dalam rangka memperingati memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei 2022, Rabu (04/05/2022).

Ketua KPK pun menyampaikan, tidak sedikit nilai-nilai kehidupan dapat digali dari tekad kuat serta kerelaan luar biasa para pahlawan pendidikan saat membabat habis benih-benih kebodohan yang ditanamkan kaum penjajah.

“Kita semua tentunya berharap membabat habis budaya anti-korupsi secepatnya yang membumi di Bumi Pertiwi", lanjut Firli Bahuri.

Firli juga mengatakan, seluruh elemen bangsa tentu sependapat bahwa sejarah Ki Hadjar Dewantara telah memberikan banyak teladan akan pentingnya Pendidikan.

“Benar kata tokoh sekaligus pahlawan pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, tak ada hukuman yang lebih menyedihkan dari terpenjara kebodohan", tambahnya.

Ketua KPK pun menyampaikan, kebodohan adalah pangkal kemiskinan yang sangat erat kaitannya dengan kemaksiatan atau kebatilan. Melalui pendidikan, hal-hal buruk tersebut dapat diberantas tuntas sampai ke akar-akarnya.

Disampaikan Ketua KPK pula, bahwa Ki Hadjar Dewantara beserta pahlawan pendidikan lainnya telah memberikan teladan yang mengubah sudut pandang bangsa Indonesia untuk menyongsong masa depan dan mewujudkan cita-cita bangsa dengan pendidikan.

“Jika melihat perjalanan republik ini dari masa ke masa, pendidikan jelas menjadi satu senjata yang paling ampuh yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia atau education is the most powerful weapon which you can use to change the world", ujar Ketua KPK.

Bangsa Indonesia yang awalnya terbelakang karena kebodohan, lanjut Ketua KPK, kini menjadi superior dan cerdas di mata dunia, seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan rakyat Indonesia.

"Kembali saya ingatkan, bahwasanya masa depan bangsa ini tidak ditentukan saat dia terlahir, tetapi dengan pendidikan serta semangat belajar, berjuang, bekerja keras, insyaallah masa depan NKRI akan semakin baik", lanjut Firli Bahuri.

Firli menegaskan, peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2022 merupakan momen penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia.

“Kita rayakan Hardiknas. Namun, bukan sekadar untuk mengenang jasa pahlawan pendidikan di masa lalu, tetapi seyogianya patut kita ambil makna dan esensi dari pengorbanan besar para pahlawan bagi bangsa dan negara", tegas Firli.

Terkait itu, KPK memandang pendidikan sebagai elemen yang sangat penting untuk mengakselerasi segenap daya upaya pemberantasan korupsi di NKRI.

"Pendidikan adalah jantung serta urat nadi dalam membangun fondasi dasar pembentukan karakter serta integritas anak-anak bangsa bangsa, sehingga memiliki roh serta kepribadian antikorupsi dalam dirinya", tandasnya.

Atas dasar itulah, KPK mengedepankan pendidikan sebagai salah satu national interest dalam road map pemberantasan korupsi 2022–2045.

“Pada tahun 2045 akan menjadi tahun penting, karena tahun tersebut Indonesia akan menjadi lima kekuatan ekonomi dunia, dengan syarat Indonesia harus bersih dari korupsi", tegas ketua KPK.

Ketua KPK Firli Bahuri pun blak-blakan menceritakan kisah hidupnya yang berubah karena pendidikan. Yang mana, sebagai anak bungsu dari 6 bersaudara dari keluarga tergolong miskin di pelosok dusun Sumatera Selatan, Firli senantiasa memegang teguh petuah orang tua terutama ibu, tentang pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan khususnya kondisi ekonomi keluarga yang sangat sulit saat itu.

"Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi usai ditinggal wafat ayah, saya menguatkan tekad dan diri untuk terus sekolah setinggi-tingginya agar nasib dapat berubah, seperti kata ibu", cerita Firli.

Kondisi saat itu berat dan perih. Firli Bahuri mengaku harus berjalan tanpa alas kaki ke sekolah sejauh 16 km. Untuk membayar SPP sekolah, saat itu juga bisa dengan bukan uang, melainkan barter buah kelapa atau durian. Firli bersyukur kepala SD saat itu menerima kelapa, durian atau ikan hasil tangkapan sendiri sebagai pengganti uang SPP. 

"Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya harus berjalan kaki nyékér (Bhs. Jawa: tanpa alas kaki) pergi dan pulang ke sekolah sejauh 16 Kilometer setiap hari, karena tidak memiliki sandal apalagi sepatu", ungkapnya

Masa SMA, Firli Bahuri ikut sang kakak mengontrak di dekat SMA 3 Palembang. Yang mana, setiap pulang sekolah, Firli Bahuri bersama sang kakak mencari ikan di rawa untuk ditukar dengan beras ketan dan pisang.

"Beras ketan dan pisang tersebut dibuat pepes ketan oleh kakak dan saya yang menjualnya ke warung-warung atau ngidêr (Bhs. Jawa: keliling) dari kampung ke kampung. Dari hasil berjualan pepes ketan, kami gunakan untuk membayar uang sekolah", ungkap Firli Bahuri.

Untuk membeli peralatan dan keperluan sekolah lainnya, Firli pun mengaku pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil atau menjual spidol yang dia beli di Pasar Cinde lalu dijual kembali dengan sedikit keuntungan di Taman Ria Palembang. 

"Usia tamat SMA, saya yang jelas tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas, mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akabri. 3 kali saya mendaftar, 3 kali juga gagal diterima saat itu", ungkap Firli Bahuri pula.

Tamat SMA, Firli memutuskan masuk sekolah Bintara dan lulus menjadi anggota polisi berpangkat Sersan Muda (Serda). Meski sudah jadi polisi, petuah sang Ibu tentang pentingnya pendidikan tidak pernah dilupakan.

Petuah sang Ibu tersebut senantiasa menyemangati Firli Bahuri hingga ia memutuskan untuk kembali berkali-kali mengikuti tes Akabri. Namun, hingga mengikuti tes Akabri yang  kelima kali, ia tetap gagal.

"Barulah kesempatan yang ke-6 (enam), pada tahun 1987 saya bisa diterima sebagai Capratar (Calon Prajurit Taruna)", ujar Firli Bahuri.

Firli bersyukur dinyatakan lulus dan mengikuti pendidikan perwira polisi. Secara perlahan karir Firli terus bergerak maju hingga saat ini mendapat amanah sebagai KPK-RI.

"Apa yang saya alami adalah contoh nyata, bahwasanya pendidikan menjadi begitu amat penting, mengingat pendidikan sebagai satu upaya mewujudkan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa. Di mana dengan bangsa yang cerdas, maka akan membawa kesejahteraan umum bagi segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote", tandas Kerua KPK Firli Bahuri. *(HB)*