Minggu, 02 Oktober 2022

Setelah Sukses Dengan Kirab Pancasila, Pemkot Mojokerto Kembali Sukses Gelar Wayang Kulit Di Hari Kesaktian Pancasila

Baca Juga


Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat menerima cinderamata sepucuk wayang dari dalang kondang Ki Arif Sarjono dari Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, di halaman Kantor Pemkot Mojokerto jalan Gajah Mada No. 145 Kota Mojokerto, Sabtu (01/10/2022) malam.


Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Setelah sukses dalam penyelenggaraan "Kirab Pancasila" yang digelar pada Sabtu (01/10/2022) siang hingga sore, malamnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto kembali sukses dalam menyelenggarakan kesenian tradisional wayang kulit. Rangkaian kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober.

Kesuksesan penyelenggaraan pertunjukan kesenian tradisional pada Sabtu (01/10/2022) malam dalam rangka peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang digelar di halaman Kantor Pemkot Mojokerto jalan Gajah Mada No. 145 Kota Mojokerto itu, nampak dari pagelaran wayang kulit dengan judul cerita "Babad Alas Wanamarto" tersebut mampu menyedot animo masyarakat.

Tidak hanya itu, kesuksesan penyelenggaraan pertunjukan wayang kulit tersebut juga nampak dari akun YouTube "Gema Media Diskominfo" juga ditonton lebih dari 900 kali dalam kurun waktu 1 jam setelah penayangan.

Di antara sambutannya, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyampaikan, bahwa digelarnya pertunjukan wayang kulit dengan judul cerita 'Babad Alas Wanamarto' ini dengan maksud untuk lebih mempersatukan masyarakat melalui budaya.

"Kami ingin pagelaran wayang ini bisa mempersatukan kita dalam sebuah budaya. Ini sekaligus refleksi kita bersama, bagaimana kita bisa menikmati cerita, alur sejarah di masa lalu", ujar Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, Sabtu (01/10/2022) malam.

Pagelaran wayang kulit dengan cerita 'Babad Alas Wanamarto' kali ini merupakan rangkaian kegiatan Kirab Pancasila yang diselenggarkan Pemerintah Kota Mojokerto bersama Jawa Pos Radar Mojokerto.

Adapun pagelaran wayang kulit yang digelar dalam rangka Hari Kesaktian Pancasila ini telah dibuka dalam pawai bertajuk Kita Rapatkan Barisan (Kirab) Pancasila pada Sabtu (01/10/2022) siang.

"Selain memberikan hiburan, ini juga bisa menggerakkan ekonomi disektor bawah. Sehingga, tujuan kita untuk bangkit lebih cepat dan pulih lebih hebat ini bisa segera terealisasi di Kota Mojokerto", terang Wali Kota Mojokerto yang akrab dengan sapaan Ning Ita ini.

Selain disuguhkan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan dalang kondang Ki Arif Sarjono dari Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, panggung kesenian semakin meriah dengan kehadiran pelawak Cak Slenthem Cs.

Sembari menonton pertunjukan wayang kulit, masyarakat juga bisa menikmati 'tahu tek' gratis yang disiapkan panitia sebanyak 500 porsi. Selain itu, panitia pun menyediakan 500 cangkir kopi yang dibagikan secara cuma-cuma di lokasi pertunjukan wayang kulit.


Sebagian masyarakat penggemar seni budaya wayang kulit hingga Minggu (02/10/2022) dini-hari masih nampak sebegitu antusias mengqidmat pagelaran wayang kulit dengan lakon 'Babad Alas Wanamarta' dalam rangka peringatan Hari Kesaktian Pancasila, yang dibawakan dalang kondang Ki Arif Sarjono dari Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, di halaman Kantor Pemkot Mojokerto jalan Gajah Mada No. 145 Kota Mojokerto.


Adapun wayang kulit dengan lakon 'Babad Alas Wanamarto' ini menceritakan sejarah Kerajaan Besar Amarto  (Ngamarto) atau juga dikenal Kerajaan Indra Prasta yang dibangun oleh para Pandawa.

Yang mana, konon sebelum menjadi kerajaan besar, kawasan itu merupakan hutan belantara yang dihuni oleh hewan-hewan buas, para raksasa ganas bahkan dedemit/ lelembut dan siluman.

Ketika saudara sepupu (kurawa dan pandawa) berselisih memperebutkan kerajaan, ternyata yang berhak untuk duduk di singgah sana Kerajaan Astina (Ngastina) adalah Raden Kurupati yang memiliki julukan Prabu Duryudana anak Raja Prabu Destarastra.

Dalam perebutan kerajaan itu, para Pandawa akhirnya diberi tempat yang kosong tak berpenghuni manusia, melainkan dihuni bangsa jin, siluman dan bangsa dhedhemit, yaitu Hutan Belantara Calon Kerajaan Amarta.

Singkat cerita, ketika Arjuna tengah berjalan dalam hutan Wanamarta tersebut, 'Satria Panengah Pandawa' ini bertemu Resi Wilawuk, yakni salah-satu jin yang perwujudannya naga raksasa bersayap panjang dan sangat kuat.

Resi wilawuk kemudian mengajak Arjuna ke tempat pertapaannya dengan naik di pundak Resi Wilawuk lalu terbang ke pertapaan Sang Resi di Pringcendani.

Arjuna kemudian dikenalkan dengan putri Sang Resi yang bernama Dewi Jimambang. Meski putri dari jin yang perwujudannya naga raksasa bersayap panjang, namun perwujudan Dewi Jimambang merupakan seorang putri yang berparas cantik bak bidadari kahyangan.

Arjuna dan Dewi Jimambang akhirnya menikah. Setelah menikah, Resi Wilawuk memberi hadiah Arjuna berupa cupu yang isine berupa minyak Jayengkaton yang memiliki khasiat siapapun yang mengolesi matanya dengan minyak tersebut bisa melihat alam ghoib. Termasuk bisa melihat jin maupun kerajaannya.

Selain itu, Resi Wilawuk juga memberi hadiah Arjuna berupa Pusaka Jalasutra. Arjuna kemudian pamit akan kembali ke hutan Wanamarta. Supaya Arjuna cepat sampai, Resi Wilawuk memberi tunggangan Kuda Ciptawilaha dan cambuk Kyai Pamuk.

Setiba Arjuna di hutan Wanamarta, Pandawa mulai membuka hutan tersebut. Namun, Pandawa harus berhadapan dengan para prajurit jin yang dipimpin  Arya Dandunwacana yang dibantu Detya Sapujagad, Detya Sapulebu, Detya Sapuangin dan Senapati Perang Negara Mertani. Mereka adalah masyarakat jin yang sebelumnya menguasai hutan tersebut.

Adapun Pandawa dipimpin oleh Bima atau Werkudara dengan dibantu Nakula dan Sadewa berperang melawan pasukan jin tersebut dan hampir berhasil mengalahkan mereka. 

Sayangnya, ketika perang-tanding melawan Arya Dananjaya para Pandawa tersebut kalah lantaran keampuhan pusaka Jalasutra emas yang dimiliki Arya Dananjaya.

Di saat Bima, Nakula dan Sadewa kepepet, Arjuna muncul dan membantu tiga saudaranya tersebut. Arjuna bisa melihat jin atau siluman maupun kerajaannya lantaran minyak Jayengkaton pemberian Resi Wilawuk.

Arjuna mengolesi mata saudara-saudaranya, sehingga para Pandawa bisa membuka tabir rahasia hutan Wanamarta yang merupakan kerajaan siluman itu, sehingga bisa mengalahkan para prajurit jin dan menguasai kerajaan mereka.

Dalam perang itu, Bima bisa mengalahkan Arya Danduwacana. Ragane kemudian manunggal raga Bima setelah menyerahkan Kerajaan (jin) Jodipati.

Arjuna mengalahkan Dananjaya dan Detya Sapuangin kemudian nyerahake Kerajaan Madukara. Detya Sapuangin lalu menjelma menjadi salah-satu ajian Arjuna, sehingga Arjuna bisa berlari secepat angin.

Sementara Nakula lan Sadewa bisa mengalahkan Detya Sapujagad dan Detya Sapulebu yang kemudian menyerahkan Kerajaan Sawojajar dan Bawenatalun. 

Adapun Puntadewa bisa mengalahkan Prabu Yudhistira yang kemudian manunggal dalam raga Puntadewa dan seketika itu juga Puntadewa berganti nama menjadi Yudhistira.

Setelah para siluman itu dikalahkan oleh Pandawa, Negara Siluman Mertani atau Wanamarta bisa dilihat secara kasat mata. Alas Mertani kemudian dijadikan 'Kerajaan Besar dan Megah yang diberi nama Negara Amarta. *(Dit/an/HB)*


BERITA TERKAIT :