Sabtu, 01 Oktober 2022

Pemkot Mojokerto Sukses Gelar "Kirab Pancasila" Di Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2022

Baca Juga



Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Kegiatan "Kirab Pancasila" yang digelar pada Sabtu 01 Oktober 2022 oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto dalam rangka peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 2022 ini, terbilang sukses dan meriah. 

Meskipun di tengah "Kirab Pancasila" yang diikuti oleh 61 kelompok pelajar tingkat SD, SMP se Kota Mojokerto dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kota Mojokerto tersebut sempat diguyur hujan yang lumayan lebat, namun tak menyurutkan animo peserta kirab maupun masyarakat untuk menyaksikan "Kirab Pancasila".

Di sepanjang rute "Kirab Pancasila" kali ini, yakni jalan Pahlawan – jalan Bhayangkara – jalan PB. Sudirman – jalan Letkol Sumardjo bahkan hingga berakhir di Rumah Dinas Wali Kota Mojokerto atau Rumah Rakyat jalan Hayam Wuruk No. 50 Kota Mojokerto, baik para peserta maupun masyarakat yang menyaksikan kirab masih tampak dipenuhi semangat dan raut kebahagian.

Saat membuka "Kirab Pancasila" di depan Taman Makam Pahlawan Gajah Mada, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyampaikan, bahwa "Kirab Pancasila" yang digelar pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 2022 ini merupakan upaya Pemkot Mojokerto untuk menjaga keharmonisan keragaman yang di Kota Mojokerto serta untuk menunjukkan bahwa Pancasila senantiasa ada dalam hati warga Kota Mojokerto.

“Di Kota Mojokerto semuanya hidup sangat harmonis dan penuh dengan kekeluargaan serta kebersamaan. Ini menunjukkan, bahwa NKRI Harga Mati dan Pancasila selalu di hati kita Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia", ujar wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari.

Wali Kota Mojokerto yang akrab dengan sapaan Ning Ita ini menjelaskan, dalam Kirab Pancasila ditampilkan berbagai seni dan budaya dengan sangat apik oleh para peserta. Mulai dari tarian, pertunjukkan musik, seni barongsai dan jathilan, pakaian adat dari berbagai provinsi di Indonesia, bahkan gaya para pelajar di era Soekarno kecil juga ditampilkan oleh para peserta.




Ning Ita pun menjelaskan, bahwa semua penampilan tersebut merupakan upaya Pemerintah Kota Mojokerto untuk menyatukan berbagai seni budaya termasuk juga kearifan lokal dalam rangka memberikan ruang bagi pelaku seni juga pelaku budaya.

“Semoga ini menjadi semangat Pancasila yang luar biasa untuk kita bisa bangkit lebih cepat dan pulih lebih kuat di Kota Mojokerto", jelas Ning Ita, penuh harap.

Ning Ita menyampaikan bahwa kirab ini sengaja ditampilkan dengan berjalan jalan kaki, hal ini juga untuk membudayakan pola hidup sehat dengan membiasakan diri berjalan kaki.

“Pada momen kirab Pancasila ini dalam rangka membudayakan jalan kaki bagi masyarakat Kota Mojokerto agar hidupnya lebih sehat. Dengan Semakin banyak kita bergerak, dengan semakin banyak kita beraktifitas, Insya Allah ini adalah bagian dari ikhtiar yang menyehatkan bagi kita semuanya,” pungkas Ning Ita.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Mojokerto Amin Wachid dalam laporannya di antaranya melaporkan, bahwa selain melalui Kirab Pancasila, nilai-nilai Pancasila akan terus ditanamkan kepada para pelajar di Kota Mojokerto, tentunya dengan melibatkan para orang tua dan anggota masyarakat untuk ikut membantu anak-anak.

“Langkah-langkahnya adalah dengan pemahaman nilai-nilai Pancasila, kemudian praktek di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti membuat Garuda Pancasila, menghias garuda, memahami Pancasila dan dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari", lapor Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Mojokerto Amin Wachid.




Amin Wachid menandaskan, bahwa untuk pemahaman Pancasila khususnya Sila Pertama, akan dikuatkan dengan pemahaman-pemahaman iman dan taqwa anak-anak di sekolah. “Tujuannya agar mereka taat kepada Tuhan, taat kepada orang tua dan taat kepada aturan masyarakat", tandas Amin Wachid.

"Kirab Pancasila" kali ini, diawali oleh penampilan drum band Genta Buana dari SMA 5 Taruna Brawijaya. "Kirab Pancasila" rencananya akan menjadi salah-satu agenda tahunan Pemerintah Kota Mojokerto selain Kirab Mojobangkit, Festival Mojotirto dan Mojo Batik Festival.

Sebagaimana diketahui, Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila sejak 1 Oktober 1967. Hari bersejarah ini ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia ke-2 Soeharto. Tepatnya, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 tentang Hari Kesaktian Pancasila.

Berdasarkan Keppres tersebut, pemerintah menetapkan agar Hari Kesaktian Pancasila diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia secara khidmat dan tertib.

Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober untuk mengenang 7 (tujuh) anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang gugur pada 30 September 1965, di Pondok Gede Jakarta Timur atau dikenal dengan istilah Lubang Buaya.

Tujuh anggota TNI AD yang gugur pada 30 September 1965 di Pondok Gede Jakarta Timur atau dikenal dengan istilah Lubang Buaya tersebut yakni:
1. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani;
2. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) R. Soeprapto;
3. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) S. Parman;
4. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) M.T Haryono;
5. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I Pandjaitan;
6. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo; dan
7  Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean.



Tujuh anggota TNI AD tersebut merupakan korban penculikan dan pembantaian kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI) atau dikenal juga sebagai Gerakan 30 September 1965. Hal ini menjadi cikal bakal sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober.

Kala itu, kelompok PKI mendatangi rumah masing-masing korban, kecuali Pierre Andreas Tendean yang tengah berada di rumah Jenderal TNI A.H Nasution dan menjadi korban salah tangkap.

Kelompok PKI itu mengaku sebagai pasukan pengawal Istana (Cakrabirawa). Mereka berdalih akan menjemput para korban karena dipanggil oleh Presiden Soekarno, namun sebenarnya tidak.

R. Soeprapto, Sutoyo Siswomiharjo, S. Parman dan Pierre Andreas Tendean ikut dengan mereka dalam keadaan hidup. Mereka kemudian dibawa ke sebuah markas di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur.

Setelah tiba di markas itu, keempat anggota TNI AD itu dibunuh. Lalu, mayat mereka dimasukkan ke sebuah sumur tua yang tak terpakai berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter.

Sementara Ahmad Yani, MT Haryono dan DI Pandjaitan ditembak di rumah masing-masing. Mayatnya kemudian dibawa ke markas tersebut dan dimasukkan ke dalam sumur tua tersebut yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya.



Tujuh anggota TNI AD itu gugur pada 30 September 1965 menuju 1 Oktober 1965. Namun, mayat mereka baru ditemukan pada 4 Oktober 1965.

Setelah ditemukan, mayat 7 anggota TNI AD tersebut dimakamkan secara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan pada 5 Oktober 1965. Para korban G30SPKI tersebut kemudian diangkat menjadi Pahlawan Revolusi.

Selang setahun kemudian, Soeharto yang kala itu menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Mulanya, peringatan ini harus diikuti oleh seluruh anggota TNI AD.

Setahun berikutnya, Soeharto yang telah menjadi Presiden RI ke-2 menggantikan Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 yang menetapkan Hari Kesaktian Pancasila sebagai peringatan yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat.

Artinya, tidak hanya diikuti oleh seluruh pasukan TNI AD saja, melainkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ini merupakan penegasan sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober.

Berdasarkan Keppres Nomor 153 Tahun 1967 tersebut, gugurnya 7 anggota TNI AD pada peristiwa G30SPKI menandakan daya juang para anggota TNI AD atas gerakan-gerakan yang berusaha menghancurkan Pancasila.

Untuk itu, masyarakat Indonesia perlu untuk terus ikut memperingati Hari Kesaktian Pancasila agar selalu mengingat daya juang para Pahlawan Revolusi. *(Law/an/HB)*