Kamis, 23 Maret 2023

Islam Itu Memang Agama Kemanusiaan: Puasa Ramadhan (4)

Baca Juga


Macharodji Machfud.


Oleh: Macharodji Machfud

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
A’udzubillahiminasysyaithanirrajim.
Bismillahirrahmanirrahim
Hei Saudaraqu, Islam memang agama kemanusiaan! Mengajarkan kepada manusia agar berpuasa, supaya  manusia dapat melatih dirinya untuk mampu mengendalikan, mengekang dan mengalahkan nafsunya. Karena nafsu senantiasa mengajak kepada manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh Allah.


Puasa Ramadhan Fungsional.

Bahasan terdahulu telah membicarakan puasa Ramadhan secara struktural, yaitu puasa Ramadhan yang telah memenuhi syarat dan rukunnya. Sekarang, kita akan bahas hal yang urgen, yaitu puasa Ramadhan secara fungsional, yakni lebih kepada bahasan tentang fungsi dan tujuan ibadah puasa Ramadhan.

Sebagai gambaran ringkasanya fungsional itu adalah kepada fungsi dan tujuan kegiatan puasa Ramadhan. Jika kita punya TV baru beli lagi, ketika tombol on power ditekan, ternyata gambar keluar tapi gak bunyi atau bunyi keluar tapi gambar gak muncul ataupun gambar dan bunyi gak ada. Maka, TV itu tidak fungsional alias tidak berfungsi atau rusak.

Namun sebaliknya, jika kita punya TV sudah tua sekalipun, tapi ketika tombol on power ditekan kemudian keluar gambar dan suaranya, maka dikatakan bahwa TV tersebut berfunngsi atau memenuhi kategori baik secara fungsional.

Puasa Ramadhan secara fungsional, adalah puasa Ramadhan yang dijalankan seseorang sampai kepada fungsi dan tujuan puasa Ramadhan. Adapun tujuan ibadah puasa Ramadhan menilik dari nas-nas atau dalil-dalil Al-Qur’an dan al-Hadits agar setelah menjalankan puasa Ramadhan orang atau manusia itu menjadi orang yang bertaqwa. Menjadi orang yang secara servive menahan, mengekang dan mengendalikan nafsu yang ada pada dirinya.

Berdasarkan tuntungan agama Islam, taqwa itu dapat menghindari perbuatan dosa, berhati-hati dan menjaga diri agar tidak kena marah Gusti Allah dan tidak kena azab-Nya. Nah nafsu seseoranglah yang menjadi sebab orang berbuat dosa dan kejahatan sehingga tidak menjadi orang yang bertaqwa.

Sesungguhnya manusia berfungsi itu terletak kepada adanya ruh, jiwa, hati, akal, dan nafsu. Manusia bisa hidup dan beraktifitas serta berkarya, tapi jika ruh keluar alias mati, maka manusia menjadi tidak berfungsi, hanya ada jasad saja yang tergeletak dan tidak berfugsi sama sekali.

Jiwa manusia itu hakekatnya ada tiga, yaitu hati, akal dan nafsu. Tanpa nafsu manusia loyo, gak ada aktifitas, malas seolah dunia ini sepi gak ada apa-apanya. Dengan adanya nafsu manusia menjadi giat, semangat penuh dalam hidup, menikmati keindahan dan kehebatan dunia. Makan nasi, jagung, gandum, daging ayam, kambing, sapi, ular, kelinci, nyambik dll. Minum teh, kopi, air mineral, es campur, susu, cokelat, es juice mangga, jeruk, kelengkeng, jambu, alpukat, dll. Suka Wanita, punya istri dan ada punya yang banyak. Suka kuda, sepeda motor, mobil, pesawat dll.

Tapi, sayangnya nafsu manusia itu senantiasa mengajak kepada kejahatan, kejelekan dan dosa. Kecuali nafsu yang mendapat Rahmat dari Allah SWT.
Nafsu yang dirahmati Allah ini adalah Nafsu yang ada pada diri manusia berada pada posisi sebagai abdi, punggawa, bala tentara, pegawai saja yang mengeksekusi keinginan manusia. Sedangkan Akal pada posisi Perdana Menteri dan Hati sebagai Rajanya.

Gambaran Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang mampu menjaga dan mengendalikan hawa nafsunya. Manusia yang rusak, penuh dosa, rakus, bengis, tidak manusiawi itu terjadi jika Nafsu dijadikan raja, otak dijadikan perdana Menteri dan Hati sebagai Punggawa saja. Rusak, hancur dan bejat jadinya...!

Bagi orang yang mengikuti, menjadikan nafsunya sebagai Raja itu salah jalan, bukan lewat jalan Tuhan Allah, akan tetapi menempuh jalan Setan. Tersesat dengan sesehat-sehatnya...!

Surat Al-Baqarah ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Arab-Latin: "Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn".
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".

Surat Yusuf ayat 53:
۞ وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Arab-Latin: "Wa mā ubarri`u nafsī, innan-nafsa la`ammāratum bis-sū`i illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafụrur raḥīm".
Artinya: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang".

Surat Al-Mu’minun ayat 71:
وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَٰهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ
Arab-Latin: "Wa lawittaba'al-ḥaqqu ahwā`ahum lafasadatis-samāwātu wal-arḍu wa man fīhinn, bal ataināhum biżikrihim fa hum 'an żikrihim mu'riḍụn"
Artinya: "Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu".

Surat Ar-Ra’d ayat 28:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Arab-Latin: "Allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭma`innul-qulụb".
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".

Surat Ar-Ra’d ayat 29:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَـَٔابٍ
Arab-Latin: "Allażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti ṭụbā lahum wa ḥusnu ma`āb".
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik".

Surat al-Fajr ayat 27-30:
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ
Arab-Latin: "yā ayyatuhan-nafsul-muṭma`innah".
Artinya: "Hai jiwa yang tenang".

Surat Al-Fajr ayat 27:
Arab-Latin: "irji'ī ilā rabbiki rāḍiyatam marḍiyyah".
Artinya: "Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya".

Surat Asy-Syams, ayat 7-10:
 وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Arab-Latin: :… dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya".

Surat At-Talaq ayat 2:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
Arab-Latin: ".… wa may yattaqillāha yaj'al lahụ makhrajā".
Artinya: "…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar".

Surat At-Talaq ayat 3:
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Arab-Latin: "Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal 'alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja'alallāhu likulli syai`ing qadrā".
Artinya: "Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu".

Surat Al-Hujurat ayat 13:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Arab-Latin: "Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr".
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipat-gandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat". Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi", (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, "aku sedang puasa, aku sedang puasa”, (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih).
رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja”, (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih".)
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya”, (HR. Al-Bukhari no.1804).

Semoga bermanfaat saudaraku.
Wal afwu minkum.
Wassalam.
*(M2/HB)*