Rabu, 22 Maret 2023

Islam Itu Memang Agama Kemanusiaan: Puasa Ramadhan (3)

Baca Juga


Macharodji Machfud.


Oleh: Macharodji Machfud.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
A’udzubillahi minasysyaitha nirrajim.
Bismillahirrahmanirrahim.
Saudaraku, Islam itu memang agama kemanusiaan.

Salah-satunya, mengajarkan kepada manusia agar berpuasa supaya manusia dapat melatih dirinya untuk mampu mengendalikan, mengekang dan mengalahkan nafsunya. Karena nafsu senantiasa mengajak kepada manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh Allah.

Ini hal-hal yang juga tidak membatalkan puasa:
1. Mandi keramas siang hari di bulan Ramadhan;
2. Suntik obat/Vaksinasi;
3. Menangis;
4. Keluar darah dari anggota badan, donor darah;
5. Gosok gigi;
6. Bekam;
7. Renang;
8. Mencicipi masakan bagi pemasak makanan dan minuman;
9. Bercumbu;
10. Berak disungan duburnya terbenam ke air sungai; dan
11. Marah-marah/ emosi.

Pada dasarnya, pembatal puasa itu ada 6 hal, yaitu:
1. Makan dan minum dengan sengaja;
2. Muntah dengan sengaja;
3. Haidh dan nifas;
4. Keluarnya mani dengan sengaja;
5. Berniat membatalkan puasa; dan
6. Jima’ (bersetubuh) di siang hari.

Sebagaimana telah terurai pada kajian sebelumnya.

 لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعَرْجِ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ، وَهُوَ صَائِمٌ مِنَ الْعَطَشِ، أَوْ مِنَ الْحَرِّ
Artinya: “Sungguh aku menyaksikan Rasulullah Shallallhu ‘Alayhi wa Salam di ‘Araj menyiramkan air keatas kepalanya sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa, karena dahaga dan panasnya cuaca", (HR. Abu Daud, Ahmad dan Al-Baihaqi).

أن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كان يصبح جنباً، ثم يغتسل، ثم يصوم
Dari Aisyah RA disebutkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam ketika waktu shubuh masih dalam keadaan junub, kemudian ia mandi dan kemudian (melanjutkan) puasa", (HR Bukhari Muslim).

Saat ini, ada masalah kontemporer dan juga masalah nazilah, yaitu terkait suntikan vaksin corona. Seseorang yang mendapatkan vaksin corona di siang hari, apakah puasanya menjadi batal?

Jawabannya, ini tidak membatalkan puasanya. Karena suntikan vaksin corona ini termasuk suntikan pengobatan. Dan suntikan pengobatan tidak membatalkan puasa menurut pendapat yang rajih (yang lebih kuat). Karena suntikan pengobatan itu tidak termasuk makan, tidak termasuk minum dan tidak semakna dengan makan atau minum.

Sehingga, hukum asalnya, puasa orang tersebut sah. Dan, kita tidak berpaling dari hukum asal tersebut kecuali apabila ada perkara yang jelas memalingkan dari hukum asal tersebut. Oleh karena itu, menurut pendapat yang rajih, suntikan pengobatan tidak membatalkan puasa. Sehingga, kesimpulannya, suntikan vaksin Corona tidaklah mengapa bagi orang yang berpuasa dan tidak merusak (tidak membatalkan) puasanya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ
Artinya: “Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu", ( HSR.Bukhari , Ibnu Khuzaimah).
السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
Artinya: “Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.” ( Riwayat Ahmad dan Nasa’i).


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ ، وَهُوَ صَائِمٌ ، وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لإِرْبِهِ .
Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mencium dan mencumbu istrinya sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berpuasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan demikian karena beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya", ( Riwayat Bukharidan Muslim).

Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari ‘Umar Bin Al Khaththab, beliau berkata:
هَشَشْتُ يَوْما فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْراً عَظِيماً قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ ». قُلْتُ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَفِيمَ »
Artinya: “Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku padahal aku sedang berpuasa, maka aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku berkata, 'Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar, aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa' Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, 'Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumur-kumur?' Aku menjawab: 'Seperti itu tidak mengapa'.Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Lalu, apa masalahnya?“, (Riwayat Ahmad).

Hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, beliau mendengar Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ خَيْرِ خِصَالِ الصَّائِمِ السِّوَاكُ
Artinya: "Diantara sebaik-baik perbuatan orang berpuasa adalah bersiwak", [HR Ibnu Mâjah no. 1677 dan dihukumi sebagai hadits lemah oleh al-Albâni dan Syu’aib al-Arnâuth karena adanya Mujâlad bin Sa’id].

Hadits ‘Âmir bin Rabi’ah Radhiyallahu anhu yang berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَا أُحْصِي يَسْتَاكُ وَهُوَ صَائِمٌ
Artinya: "Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak terhitung banyaknya bersiwak dalam keadaan beliau berpuasa", [HR Abu Dawûd ath-Thayalisi dalam al-Musnad no. 1144, Abdurrazaq dalam al-Mushannaf no. 7479 dan Ahmad dalam al-Musnad 3/445, Abu Dawûd no. 2364 dan at-Tirmidzi no. 725 dan dihukumi sebagai hadits lemah oleh al-Albâni dalam Dha’if Sunan Abi Dawûd].

Semoga bermanfaat saudaraku.
Wal afwu minkum, wassalsalam. *(M2/HB)*