Minggu, 07 Juli 2024

Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Pemkot Mojokerto Gelar Ngaji Bareng Gus Mus

Baca Juga


KH. Mustofa Bisri saat menyampaikan tausyiah dalam kegiatan "Ngaji Bareng KH. Mustofa Bisri", di area parkir Gedung Olah Raga (GOR) dan Seni Mojopahit, Sabtu (06/07/2024) malam.


Kota MOJOKERTO – (harianbuana.com).
Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1446 H, Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto menggelar kegiatan "Ngaji Bareng KH. Mustofa Bisri" di area parkir Gedung Olah Raga (GOR) dan Seni Mojopahit pada Sabtu (06/07/2024) malam. Kehadiran sosok ulama yang akrab disapa 'Gus Mus' ini, menjadi magnet tersendiri.

Ribuan masyarakat Kota Mojokerto dan dari berbagai daerah serta kelompok usia berbeda yang hadir, kompak mengenakan busana serba putih. Mereka turut menyimak dengan khidmat pengajian tersebut yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Gema Media Diskominfo

Membuka acara, Penjabat (Pj.) Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro di antaranya mengajak segenap masyarakat yang hadir untuk memaknai momentum tahun baru hijriyah ini dengan melakukan muhasabah atas apa saja yang telah dilakukan setahun kemarin.

"Mari kita berkontemplasi, apa saja yang telah dilakukan kemarin. Mengingat, sejatinya kita hanya hidup di tiga waktu, yaitu kemarin yang tidak akan pernah terulang, hari ini yang seharusnya kita upayakan terbaik dan esok yang penuh ketidak-pastian", ajak Pj. Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro, Sabtu (06/07/2024) malam, di lokasi.

Pj. Wali Kota Mojokerto yang akrab dengan sapaan 'Mas Pj' tersebut berharap, dengan berkontemplasi apa saja yang telah dilakukan kemarin, setiap individu dapat mengambil hikmah atas perjalanan yang telah dilewati serta senantiasa bersyukur atas pencapaian saat ini dan berusaha untuk melakukan hal-hal yang terbaik di masa mendatang.

“Semua harus bisa menjadi bagian yang solutif dan produktif. Mari jaga dan tingkatkan semangat kebersamaan dan gotong-royong, menjadi bagian yang produktif untuk Kota Mojokerto. Bersiap, untuk menyongsong menghadapi Indonesia Emas 2045", ajak Mas Pj pula, penuh harap.


Salah-satu suasana kegiatan "Ngaji Bareng KH. Mustofa Bisri", di area parkir Gedung Olah Raga (GOR) dan Seni Mojopahit, Sabtu (06/07/2024) malam.


Selain diisi dengan tausyiah dari Gus Mus, pengajian juga dimeriahkan dengan sholawat bersama Cak Fandy dan group hadrah 'Liwaaul Hamdi'. Sebagai penutup acara, Mas Pj bersama segenap jama'ah yang hadir melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Kyai Muthoharun Afif.

Kegiatan "Ngaji Bareng KH. Mustofa Bisri"  tersebut juga dihadiri segenap jajaran penajabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Mojokerto, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mojokerto Gaguk Tri Prasetyo, beberapa Anggota Déwan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Mojokerto, para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Mojokerto, camat dan lurah se Kota Mojokerto, para tokoh agama serta tokoh masyarakat Kota Mojokerto.

Momen pergantian tahun selalu ini identik dengan semarak pesta dan kemeriahan. Memang baik untuk menyulut kegembiraan bersama, namun euforia berlebih dapat melupakan esensi dari sebuah perayaan. Apalagi, bila itu menyangkut perayaan tahun baru Hijriah yang penuh makna, jangan sampai substansi terlewati dalam gemuruh pesta.

Tahun Baru Hijriah dipahami umat Islam sebagai momen hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang sebelumnya bernama Yastrib. Pemahaman Muharram sebagai Bulan Hijrah Nabi Muhammad SAW, karena proses hijrah nabi telah dimulai sejak bulan Muharram sesaat setelah nabi dibaiat di akhir bulan Dzulhijjah. Meski sebenarnya, Hijrah resminya terjadi pada malam tanggal 27 Safar dan sampai di Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Adapun penetapan Muharram sebagai 'bulan pertama' dalam penanggalan Qamariyah ditetapkan oleh Umar bin Khattab saat menjabat Khalifah ke-2 (dua) sesudah Abu Bakar. Penetapan itu selanjutnya menjadi titik awal mula kalender bagi umat Islam yang diberi nama Tahun Hijriyah.

Di Tanah Air, beberapa dekade lalu Tahun Baru Hijriyah seperti kurang ada gemanya dan kalah pamor dengan perayaan Tahun Baru Masehi yang lebih gegap gempita bertabur petasan dan kembang api serta beragam pesta warga.

Seiring bertumbuhnya kesadaran beragama dan naiknya kualitas spiritualitas umat Islam, beberapa tahun belakangan perayaan Tahun Baru Hijriyah terasa semakin semarak dengan berbagai kegiatan seperti Dzikir Bersama, Tablig Akbar hingga Pawai Obor. Hal ini merupakan perkembangan yang cukup menggembirakan dari sisi ghirah dan syiar agama.

Namun, pada bagian lain, euforia perayaan Tahun Baru Islam sekaligus menandai kemunculan fanatisme beragama seraya menyuburkan sentimen pada perayaan serupa yang dinilai tidak Islami. Egoisme beragama yang berkembang di tengah masyarakat makin memperbanyak jumlah penganut Islam yang mengeksklusifkan kelompoknya sendiri dan menganggap kafir umat lain di luar kelompoknya.

Bagaimana pun, fanatisme identik dengan kepicikan. Beragama yang baik mestilah menghadirkan kedamaian dengan menghargai keberagaman dan mengedepankan sikap toleran. Muslim merayakan tahun baru Hijriah itu baik, namun bukan berarti merayakan Tahun Baru Masehi, dilarang dan otomatis tidak sesuai dengan ajaran Islam.​​​​​​ *(SRT/Kom/DI/HB)*