Sabtu, 07 Oktober 2017

Haul Syech Jumadil Kubro ke-642 Tahun 2017, Wabup Mojokerto Ajak Meneladani Hikayat Sang Penyebar Islam Di Pulau Jawa

Baca Juga

Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi saat memberikan sambutan pada acara haul Syekh Jumadil Kubro, Jum'at (06/10/2017) malam.

Kab. MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Kemuliaan Syech Jumadil Kubro dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa pada masanya, banyak dituangkan dalam berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat. Pada Pengajian Haul Syech Jumadil Kubro ke-642 Tahun 2017 yang diperingati pada Jumat (6/10/2017) malam lalu, di pelataran Makam Troloyo Trowulan, Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi, mengajak semua untuk meneladani kisah Syekh Jumadil Kubro yang luar biasa. "Kisah Syech Jumadil Kubro sebagai Punjer Wali Songo, kita ketahui dari berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat. Beliau yang menurut literatur masih dalam satu garis generasi ke-enam Nabi Muhammad SAW, mengembara ke tanah Jawa bersama para santrinya dan singgah di Trowulan untuk kemudian melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi demi menghindari kemurkaan raja-raja Jawa yang belum mengenal apa itu Islam saat itu", tutur Pungkasiadi.


Pengasuh Ponpes Sunan Drajat Paciran, Lamongan, Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur (baju hitam) didampingi Wabup dan dan Sekdakab Mojokerto saat mengikuti haul Syekh Jumadil Kubro, Jum'at (06/10/2017) malam, dilokasi.

Selanjutnya komunitas muslim di kota-kota pelabuhan Majapahit, lanjut Wabup Pungkasiadi, menjadi penanda pesatnya perkembangan Islam pada jamannya. Laju kemajuan IPTEK yang cepat di bidang agama Islam kemudian melahirkan kaum santri kritis, progresif dan transformatif. "Pesatnya IPTEK bidang agama Islam, melahirkan generasi baru kaum santri yang kritis dan transformatif. Tidak saja menyadari ketertinggalan, mereka juga melakukan lompatan budaya dan intelektual yang sangat maju. Demi mengenang jasa para penyebar Islam di bumi Majapahit khususnya, Pemerintah Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 telah membuat buku Punjer Walisongo yang sudah dikaji dan dirumuskan dalam seminar lokakarya. Haul Syech Jumadil Kubro yang kita peringati tiap tahun, diharapkan dapat melestarikan budaya, syia'ar Islam dan mendongkrak potensi wisata religi", lanjutnya.

Syech Jumadil Kubro sendiri lahir pada tahun 1270 sebagai putera Ahmad Syah Jalaluddin, bangsawan dari Nasrabad di India. Kakek buyutnya adalah Muhammad Shohib Mirbath dari Hadramaut yang bergaris keturunan ke Imam Jafar Shodiq, keturunan generasi ke-enam dari Nabi Muhammad SAW. Setelah mundur dari jabatannya sebagai Gubernur Deccan di India, Jumadil Kubro mengembara ke berbagai belahan dunia untuk menyebarkan agama Islam.

Literatur juga menyebut Syech Jumadil Kubro berkelana keliling dunia sampai ke Maghribi di Maroko, Samarqand di Uzbekistan lalu sampai ke Kelantan di Malaysia, kemudian ke Jawa pada era Majapahit dan akhirnya sampai ke Gowa di Sulawesi Selatan. Syekh Jumadil Kubro wafat dan dimakamkan di Trowulan sekitar tahun 1376 masehi. Dari sedikit ulasan sejarah panjang seorang tokoh besar penyebar Islam di Jawa, tidak heran jika sejarah hidupnya banyak dikenang dan diingat hingga kini.

Djoko Widyanato selaku Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto sebagai leading sector agenda tahunan ini, dalam laporannya melaporkan beberapa kegiatan terkait dalam memperingati Haul Syekh Jumadi Kubro ke-642 Tahun 2017. "Rangkaian Peringatan Haul Syech Jumadil Kubro sudah dilaksanakan sejak kirab kubro dari Pendopo Agung Trowulan dan finish di pelataran makam Troloyo sehari sebelumnya, Kamis (5/10). Animo masyarakat sangat tinggi, khusunya tradisi berburu berkah gunungan tumpeng yang diarak. Hingga dilanjutkan acara malam ini yakni acara semaan dan khotmil Qur'an, yang ditutup dengan pengajian umum oleh Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur selaku Pengasuh Ponpes Sunan Drajat Paciran, Lamongan", lapor Djoko.

Hadir juga mendampingi wakil bupati antara lain Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Herry Suwito, Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto, Ismail Pribadi, Kepala OPD, serta para alim ulama.  *(DI/Red)*