Baca Juga
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memimpin "Apel Siaga Banjir" yang digelar di Bendungan Semantok Kabupaten Ngajuk, Senin (01/11/2021).
Kab. NGANJUK – (harianbuana.com).
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa memimpin "Apel Siaga Banjir" yang digelar di Bendungan Semantok Kabupaten Ngajuk, Senin (01/11/2021). Apel ini dilaksanakan untuk mengecek kesiapan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dan kabupaten/ kota di Jatim dalam menghadapi bencana banjir di musim penghujan 2021/2022.
Apel Kesiapan menghadapi banjir di musim hujan ini, diikuti peserta dari BPBD Provinsi Jatim, Dinas PU Sumber Daya Air Pemprov Jatim, Dinsos Pemprov Jatim, Tagana Kabupaten Nganjuk, Dinas Kesehatan, Dinas Kominfo Pemorov Jatim, BBPJN VIII, Balai Besar Bengawan Wilayah Sungai (BBWS) Solo, BBWS Brantas, Jasa Tirta 1, Satu Kompi dari Polda Jatim dan Satu Kompi dari TNI.
"Kenapa saya sebut satu-persatu instansi? Ini membuktikan bahwa Pemprov Jatim selalu bersinergi dengan instansi vertikal pusat untuk bekerja-sama siap dalam menghadapi bencana alam di Jatim", ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memimpin apel siaga bencana Banjir di Nganjuk, Senin (01/11/2021).
Gubernur Jatim menyampaikan, BMKG telah mengingatkan akan ada potensi La Nina yang membuat intensitas curah hujan cukup tinggi, yakni antara 20–70 persen, sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan banjir di beberapa daerah di Jawa Timur.
"BMKG telah memberikan sinyal, bahwa pada November tahun ini diprediksi ada La Nina hingga Februari 2022 nanti. Maka itu kepada instansi pusat dan di daerah dapat bekerja-sama yang baik dalam menghadapi bencana alam di Jatim ini", jelas Gubernur Khofifah, penuh harap.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat mengecek kesiapan pasukan dalam "Apel Siaga Banjir" yang digelar di Bendungan Semantok Kabupaten Ngajuk, Senin (01/11/2021).
Lebih lanjut, Gubernur memaparkan, di Jatim sendiri ada beberapa titik banjir yang perlu diwaspadai dan diperhatikan. Yaitu, Sungai Welang Kraton, Sungai Kedung Larangan, Sungai Rejoso di Pasuruan, Sungai Kening di Tuban, anak-anak sungai di wilayah Madiun dan Kabupaten Lamongan sepanjang aliran bengawan Solo serta sungai kemuning di Sampang Madura.
"Sungai-sungai rawan banjir yang saya sebutkan tadi merupakan langganan banjir. Maka itu, perlu penanganan antisipasi dan mitigasi secara detail terhadap sungai tersebut. Yaitu, mulai melakukan penguatan sendimentasi dipinggir sungai, kemudian pengerukan dan juga pompai air di sungai tersebut juga harus bisa digunakan", paparnya.
"Di momen Bulan Bhakti Gotong Royong ke-17, mari bersama-sama melihat kanan-kiri kita atau sungai di desa dan sekitar apabila terjadi pendangkalan maka kita harus melakukan normalisasi segera", lanjutnya.
Ia juga, mencontohkan pada tahun lalu menemukan tumpukan sampah, sehingga dapat menghambat aliran air di pintu air dan membuat air menjadi meluap ke jalan. Gubernur Khofifah juga mengingatkan, untuk menghadapi banjir yang perlu diperhatikan yaitu supaya rumah pompa air dipintu-pintu air untuk segera dilakukan pengecekan. Apakah alat pompa air itu berfungsi dengan baik? Jangan sampai kejadian yang tahun lalu di sungai kemuning terulang lagi karena baterai akinya rusak.
"Kejadian yang sederhana ini menjadi kritikel yang harus segera diantipasi dengan menempatkan pompa air minimal dua-tiga alat. Maka itu saya meminta kepada Dinas Pengairan atau Sumber Daya air untuk segera mengecek rumah pompa tersebut dan juga CCTV, alat Erly Warning System, dan alat-alat berat juga disediakan", pinta Gubernur perempuan pertama di Provinsi Jatim ini.
Untuk antisipasi banjir, yang dilakukan yaitu membentuk Posko banjir, terutama di sungai-sungai atau kawasan rawan banjir yang sudah disebutkan tadi. Kemudian memantau kondisi sungai serta tanggul sungai yang saat kritis dan terakhir yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk persiapan menghadapi penanganan banjir.
Ia menambahkan, ada tiga pesan yang perlu diperhatikan saat bencana alam di Jatim. Yang pertama, yaitu harus siaga, harus cepat mengetahui kejadian banjir. Kedua, harus tanggap, artinya kita harus berbuat maksimal sehingga dampak dari bencana yang mungkin terjadi bisa di minimalisir. Dan yang ketiga, harus galang, artinya kita harus bisa saling bersatu, bekerja sama, saling menggalang dalam penanganan bencana yang terjadi.
"Di musim hujan ini juga, yang harus diwaspadai yaitu covid-19. Dimana saat ini kita bersyukur kasus Covid 19 sudah melandai. Tapi, kita harus tetap menjaga masa pandemi Covid-19 jangan sampai melonjak, maka itu saat penanganan bencana alam di Jatim tetap mematuhi protokol kesehatan dengan baik, yaitu tetap gunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan atau memakai hand saniteser", pungkasnya. *(DI/HB)*