Selasa, 07 Juni 2022

Gubernur Khofifah Optimis Harga Cabai Akan Stabil Sebelum Idul Adha

Baca Juga


Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat Sidak pasar.


Kota SURABAYA – (harianbuana.com).
Harga cabai di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur (Jatim) mengalami kenaikan. Padahal, kontribusi hortikultura strategis Jawa Timur untuk komoditas cabai rawit merupakan yang tertinggi  secara nasional, sedangkan komoditas cabai besar tertinggi  ke-empat

Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim melakukan beberapa upaya kongkrit supaya produksi cabai terus berjalan, sehingga mampu menstabilkan kembali harga cabai di pasaran. 

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan koordinasi dengan Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) di Kabupaten Kediri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, bahwa saat ini ada dua penyebab kenaikan harga cabai rawit.

Yang pertama, karena tingginya curah hujan yang menimbulkan serangan penyakit pada tanaman. Hal ini kemudian berdampak pada penurunan produksi dan jadwal tanam cabai mengalami kemunduran. 

"Di daerah dataran rendah, seharusnya penanaman cabai dilakukan April 2022. Namun, karena curah hujan yang masih tinggi, akhirnya menyebabkan berkurangnya luas tanam", ungkap Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Selasa (07/06/2022). 

Yang kedua, karena serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadap komoditas cabai. Yang mana, pada periode April 2022, di Jawa Timur terdapat 4 (empat) serangan. Yakni hama lalat buah seluas 32,4 hektare, trips seluas 15,55 hektare, kutu kebul seluas 2,21 hektare.

Sedangkan penambahan serangan penyakit virus kuning seluas 34,03 hektare, Antraknose seluas 12,31 hektare, bercak daun seluas 8,4 hektare dan layu fusarium 2,5 hektare.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat Sidak pasar.


Agar Serangan OPT di beberapa lokasi sentra (daerah dataran tinggi) bisa dikendalikan, Gubernur Khofifah mengatakan, bahwa Pemprov Jatim menggunakan Agens Pengendali Hayati.

“Sekarang di beberapa lokasi sudah mulai tumbuh tunas baru, sehingga diharapkan dapat membantu ketersediaan cabai rawit jelang Idul Adha", terang Gubernur Khififah.

Sementara itu, strategi berbeda diterapkan untuk mengatasi permasalahan komoditas cabai di daerah dataran rendah. Terkait itu, Gubernur Khofifah meminta untuk segera menanam cabai rawit menggunakan varietas genjah dengan usia panen 70–80 hari, yaitu varietas Bhaskoro dan Dewata.

“Ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan cabai pada Juli utamanya menjelang Idul Adha", cetus Gubernur Khofifah.

Khofifah tetap optimistis, bahwa upaya menurunkan harga cabai rawit dan harga cabai besar di Jatim dapat dilakukan. Secara umum, kontribusi hortikultura strategis Jawa Timur terhadap nasional untuk komoditas cabai besar senilai 9,4 % atau menduduki urutan empat nasional. Sedangkan komoditas cabai rawit menyumbang sebesar 41,8 % atau yang tertinggi secara nasional. 

"Apalagi, potensi luas tanam komoditi cabai besar di Jawa Timur pada tahun 2021 mencapai 15.398 hektare dengan produksi mencapai 127.429 ton", jelas Gubernur Khofifah.

Lima kabupaten produsen cabai besar tertinggi tahun 2021 di Jawa Timur antara lain Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Probolinggo.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat Sidak pasar.


Gubernur Khofifah menegaskan, perkembangan komoditas cabai besar pada rentang Januari–Maret 2022 yaitu luas tanam mencapai 2.525 hektare dengan produksi mencapai 33.350 ton dan konsumsi sebesar 17.082 ton/ kapita/ tahun. 

Melihat angka tersebut, maka produksi cabai besar masih surplus 16.268 ton. Lalu, pada bulan April 2022 sebesar 63 % dan prognosa pada Mei 2022 menunjukkan luas tanam cabai besar sebesar 1.285 hektare dengan capaian produksi sebesar 11.892 ton. Sehingga, diperkirakan mendapatkan surplus sebesar 503 ton. 

“Jadi, kebutuhan cabai besar di Jawa timur terbagi untuk memenuhi kebutuhan industri kurang lebih sebesar 80% dan untuk rumah tangga sebesar 20% dari total produksi", jelas Gubernut Khofifah pula. 

Sementara itu, potensi luas tanam komoditi cabai rawit di Jawa Timur pada 2021 mencapai 70.892 hektare dengan produksi mencapai 578.883 ton. Ada lima kabupaten yang produksi cabai rawitnya tertinggi tahun 2021 di Jawa Timur, yakni Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tuban. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim Hadi Sulistyo menambahkan, perkembangan komoditas cabai rawit pada Januari–Maret tahun 2022 yaitu luas tanam mencapai 14.562 hektare dengan hasil panen mencapai 164.806 ton dan konsumsi seberat 218.273 ton/ kapita/ tahun. Dengan demikian, produksi cabai rawit masih surplus 146.533 ton.

Dilanjutkan April 2022 sebesar 63 % dan prognosa pada Mei 2022 menunjukkan bahwa luas tanam cabai rawit seluas 6.274 Ha dengan sasaran produksi seberat 104.007 ton, sehingga diperkirakan mendapatkan surplus seberat 91.825 ton. 

“Kebutuhan cabai rawit untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kurang lebih sebesar 85 % – 90 % dan kebutuhan industri sebesar 10 % – 15 % dari total produksi. Secara umum masih terpenuhi", jelas Hadi. 

Data Siskaperbapo menunjukkan harga cabai di Jawa Timur mengalami kenaikan, harga rata-rata Jawa Timur untuk komoditas cabai rawit merah per tanggal 7 Juni 2022 sebesar Rp. 84.823,–, meningkat 241,48 %  (Rp. 59.983,–) dibandingkan harga tanggal 10 Mei 2022 sebesar Rp. 24.840,–. Sedangkan harga rata-rata di Jawa Timur untuk komoditas cabai merah besar per tanggal 7 Juni 2022 sebesar Rp. 62.144,–, meningkat 78,58 %  (Rp. 27.346,–) dibandingkan harga tanggal 10 Mei 2022 sebesar Rp. 34.798,– *(DI/HB)*