Sabtu, 13 Agustus 2016

Kasek SMK Walisongo Tarik Kembali LKS Kewarganegaraan Bersampul Garuda Menari Dari Para Siswa

Baca Juga

 

Sutjahyo Mudji Rahardjo, Kasek SMK Walisongo Kabupaten Mojokerto saat menunjukkan buku modul atau Lembar Kerja Siswa (LKS) Kewarganegaraan kelas XI-A dan kelas X semester genap yang dipersoalkan.


Kab. MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Atas instruksi Dispendik Kabupaten Mojokerto, pihak SMK Islam Walisongo Kabupaten Mojokerto, Sabtu (13/08/2016), mulai melakukan penarikan kembali buku LKS mata pelajaran (Mapel) Kewarganegaraan kelas XI-A (semester gasal/ganjil) yang telah terlanjur dibagikan kepada para siswa sekolah tersebut sejak beberapa pekan sebelumnya.

Penarikan buku modul acuan siswa terampil (Master) yang sampulnya bergambar burung garuda yang bentuknya identik dengan burung Garuda Pancasila sedang menari tersebut, apapun alasannya, dianggap tidak mendidik dan cenderung melecehkan Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Garuda Pancasila.

Sayangnya, belum semua siswa yang menyerahkannya, karena terdapat siswa yang tidak masuk sekolah dan ada pula siswa yang lupa untuk membawanya. Yang mana, dari 16 eksemplar buku yang telah dibagikan kepada siswa kelas XI beberapa pekan yang lalu, baru 10 eksemplar dikembalikan.

Kepala SMK Walisongo Kabupaten Mojokerto sendiri menyatakan tidak-setuju jika buku-buku LKS tersebut dipakai disekolah yang dinahkodainya. Pasalnya, buku LKS tersebut kurang mendidik. "Kami tidak-setuju kalau dibagikan ke anak-anak, karena kurang mendidik. Di situ lambang negara Burung Garuda yang dalam UU RI Nomor 24 Tahun 2009 telah diatur sayapnya harus tegak. Kok malah ini digambarkan seperti ini....!?", kata Kasek SMK Walisongo Kabupaten Mojokerto Sutjahyo Mudji Rahardjo, bernada heran, Sabtu (13/08/2016).

Selain buku modul tersebut, Kasek SMK Walisongo juga menarik buku modul (Master) LKS Mapel Kewarganegaraan kelas X yang dipakai siswanya pada semester genap tahun lalu. Yang mana, gambar sampul buku tersebut bergambar tiga bocah bertelanjang dada hanya memakai celana dalam dan celana pendek sedang mengibarkan Sang Saka Merah Putih di air-terjun. Hanya saja, dari 16 eksemplar buku LKS yang telah dijual kepada para siswanya, masih 7 eksemplar yang dikembalikan. "Buku itu juga kami tarik karena tak sesuai dengan kaidah Islam di Mojokerto, khususnya di Brangkal yang berada dilingkungan pondok", ujar Tjahyo.

Lebih jauh, Kasek SMK Walisongo Kabupaten Mojokerto ini menjelaskan, bahwa setelah menarik LKS tersebut dari para siswa, pihaknya akan mengembalikannya kepada penerbit CV. Aviva, Klaten, Jawa Tengah. Sebagai gantinya, guru mata pelajaran Kewarganegaraan kelas XI diminta untuk membeli buku penunjang dari penerbit lain. "Setelah kita tarik, akan dikembalikan kepada penerbitnya. Untuk sementara, proses belajar siswa akan diatasi oleh gurunya sendiri. Entah bagaimana caranya. Saya kira, ada banyak buku panduan", jelas Sutjahyo.

Menurutnya, dengan adanya kejadian ini, dapat menjadi pelajaran berharga bagi sekolah demikian juga bagi para guru. Kekurang telitian guru Mapel dalam menyeleksi buku penunjang yang akan digunakan siswa, menjadi penyebab utama persoalan ini. "Ini jadi pembelajaran bagi kami juga para guru. Kedepan, kami akan lebih berhati-hati lagi dalam menentukan buku yang akan digunakan oleh siswa kami, sehingga kejadian seperti ini tak terulang lagi. Kami juga akan bermusyawarah lagi dengan Tim MGMP atau MKKS. Hemat kami, lebih baik dikoordinir jadi satu untuk memilih buku. Bukannya per-sekolah", pungkasnya.
*(DI/Red)*