Sabtu, 24 Juni 2017

Batu Akik Masih Diminati Warga Mojokerto

Baca Juga

Penghobi batu akik dilapak milik Qodli jalan Raya Ijen Kota Mojokerto, Minggu (24/06/2017) dini hari.

Kota MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Pesona batu akik selalu menarik perhatian baik bagi kaum Adam pun Hawa, meski akhir-akhir ini sudah tidak sedemikian nge-trend lagi, namun masih banyak warga Kota Mojokerto yang memburunya. Selain memburu batu akik yang memang diidamkan untuk dipakainya, ada pula yang sengaja memburu hanya sekedar untuk melengkapi koleksinya.

Ada saja ulasan yang disampaikan sebagai petimbangan berburunya, dari yang konon memiliki daya magnetic hingga yang memiliki kekuatan ghaib. Namun, ada pula penggemar bebatuan itu yang menggunakannya sebagai barang perhiasan yang bernilai tinggi. Selain memiliki desain yang unik, bebatuan yang diburunya juga memiliki warna-warna yang menarik, sehingga mereka pun sangat tertarik untuk mengunakannya sebagai perhiasan seperti cincin, gelang ataupun bandul kalung.

Sebagaimana diungkapkan oleh Agus (56) ketika ditemui di lapak salah-satu pembentuk sekaligus pedagang batu akik dikawasan jalan Raya Ijen Kota Mojokerto pada Minggu (24/06/2017) dini hari sekitar pukul 01.50 WIB, bahwa dirinya sengaja berlama-lama dilapak milik Qodli tersebut untuk membentuk batu akik jenis 'jadeite' atau 'batu giok' yang pada umumnya juga dikenal dengan sebutan 'sojol' berwarna pink yang diburunya dari Palu - Sulawesi. "Dari jam sembilan (Red: Jum'at, 23/06/2017, pukul 21.00 WIB) tadi saya disini. Ini akik sojol pink. Asalnya dari Palu - Sulawesi. Pesan bongkahan 5x2,5x1,6 (cm3) ke teman yang di Sulawaesi, sudah sekitar empat bulan yang lalu", ungkap Agus sambil menyodorkan bongkahan batu sojol warna pink yang telah dibentuk menjadi 8 bagian ini, Sabtu (24/06/2017) dini hari, dilokasi.

Dijelaskannya, bahwa dirinya selama ini sengaja memburu 'jadeite' atau 'batu giok' asal Palu - Sulawesi atau yang lebih dikenal dengan sebutan batu 'sojol pink' (sojol warna pink), karena didalamnya mengandung aura kesehatan dan kekuatan alam. "Saya pernah melihat sendiri, seorang pria bertubuh gemuk diangkat oleh empat anak SMP masing-masing menggunakan dua-jari saja. Berarti, ini mengandung kekuatan. Untuk bisa kuat harus sehat, berarti ini memiliki aura menyehatkan. Intinya saya ingin menjaga kesehatan. Saya yakin, ALLAH menciptakan segala sesuatu itu ada fungsi utamanya", jelas Agus.

Lain halnya dengan yang disampaikan oleh Basuki (49), meski mengakui jika trend batu akik saat ini memang sudah meredup, namun ia tetap menggandrungi batu alam yang dihasilkan di daerah Pacitan Jawa Timur. "Saya lebih menyukai bebatuan dari Pacitan. Babatuan dari Pacitan merupakan batu yang terbentuk dari staglatit dan mengalami proses pewarnaan secara alami. Bebatuan ini menyerupai kristal, sehingga ketika dipadukan dengan bahan logam seperti emas, perak ataupun tembaga bisa menjadi perhiasan yang cantik dan meiliki nilai seni yang cukup tinggi", cetus Agus.

Uniknya, tak cukup hanya 1 (satu) cincin batu akik saja yang digunakan Agus yang ini. Melainkan, semua jari tangan kanan dan kirinya ia kenakan cincin batu akik beraneka corak, yang kesemuanya berasal dari Pacitan. Bahkan, Agus pun menggunakan gelang, kalung dan ikat pinggang bermata batu akik yang ukurannya cukup besar. "Ya untuk perhiasan saja mas...! Kalau pas waktunya kerja ya hanya memakai dua cincin saja. Tapi gelang, kalung dan sabuk akik tetap saya pakai", pungkasnya.

Sementara itu, Qodli yang tak lain adalah pemilik lapak mengakui, jika omzetnya tak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, ia tetap menekuni bidang keahlian dan usahanya ini karena dianggapnya masih banyak warga Kota dan Kabupaten Mojokerto yang meminatinya. "Tahun lalu, saya masih berani mempekerjakan dua pekerja. Tahun ini nggak nutut, sehingga saya kerjakan sendiri sambil jualan. Sebagian merupakan barang titipan teman. Semalam paling banyak bisa membuat dua belas akik. Ongkosnya sepuluh sampai lima belas ribu, tergantung kekerasan batunya", jelas Qodli. *(DI/Red)*