Kamis, 30 April 2020

Khofifah Pantau 3.829 Warga Jatim Yang Jalani Karantina Berbasis Kelurahan Melalui Video Conference

Baca Juga

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Wakilnya Emil Dardak saat memantau warga Jatim yang tengah menjalani observasi melalui video conference, Kamis 30 April 2020, di Hedung Negara Grahadi – Surabaya.


Kota SURABAYA – (harianbuana.com).
Sebanyak 3.829 warga Jawa Timur (Jatim) dikarantina di ruang observasi mandiri di desa/ kelurahan di Jawa Timur. Mereka adalah warga yang baru pulang kampung dari daerah 'Zona Merah Covid-19' hingga masyarakat baru datang dari luar negeri.

"Total saat ini ada sebanyak 3.829 orang yang sedang dikarantina di ruang observasi berbasis desa atau kelurahan seluruh Jawa Timur. Gedung yang kini sedang terpakai untuk observasi ada 478 titik", kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa Gedung Negara Grahadi – Surabaya, Kamis 30 April 2020.

Khofifah menjelaskan, jumlah desa dan kelurahan yang menyediakan ruang observasi di Jatim kini terus meningkat. Saat ini ada 7.387 desa dan kelurahan di Jatim yang memiliki ruang observasi mandiri. Ruangan-ruangan itu untuk melakukan pengamatan atas kondisi warga yang pulang kampung dari daerah Zona Merah Covid–19 maupun dari mancanegara.

Dijelaskannya pula, Jember Sport Garden merupakan tempat observasi yang paling banyak menampung ODP yang pulang kampung. Ada 382 orang yang kini sedang diobservasi di Jember Sport Garden, dari total kapasitas 486 bed untuk ruang observasi.

Khofifah pun sempat bertegur-sapa dengan warga yang tengah diobservasi di Jember Sport Garden (JSG) Kabupaten Jember melalui video conference. "Bagaimana kondisi di sana, boleh diceritakan pengalamannya selama menjalani masa observasi", sapa Khofifah pada warga tengah menjalani observasi di Jember Sport Garden (JSG) Kabupaten Jember melalui video conference.

Warga Desa Tanjung Rejo Kabupaten Wuluhan Kabupaten Jember, Siti Rodiyah mengatakan, dia sudah 4 hari menjalani observasi di JSG. Siti mengaku, bahwa dirinya telah mengikuti prosedur observasi usai pulang dari tempat kerjanya di Maladives atau Maladewa.

"Saya baru 4 (empat) hari diobsevasi, setelah pulang dari kerja di Maldives atau Maladewa. Jadi kurang 10 hari lagi baru bisa pulang kampung", kata Rodiyah yang sudah 10 tahun bekerja di Maladewa.

Siti pun mengaku, selama dikarantina tak merasa kekurangan. Soal makanan, Siti hanya berharap lebih banyak mendapatkan asupan sayuran. Namun menurutnya, semua kebutuhan selama observasi sudah tercukupi sehingga ia merasa cukup nyaman selama menjalani masa karantina.

Hal senada juga disampaikan Nana Sudarna. Pria yang diobservasi karena baru pulang dari Jakarta ini mengaku cukup dimudahkan. Meski sedang dalam proses karantina, ia masih bisa ditengok oleh istri dengan tetap memenuhi standar prosedur kesehatan yang ada.

Nana yang sehari-harinya di Jakarta bekerja sebagai kuli bangunan itu berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah karena kehilangan pekerjaan lantaran pandemi wabah Covid–19.

"Saya mohon ada kompensasi bagi masyarakat kecil seperti saya. Saya kehilangan pekerjaan karena wabah ini, tempat kerja saya berhenti beroperasi", ujar Nana.

Mendengar keluhan tersebut, Khofifah menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan dana bantuan sosial bagi warga terdampak Covid–19. Namun sistem penyalurannya ada di pemerintah kabupaten/ kota.

"Ada bantuan Pemprov Jatim, kita distribusikan lewat kabupaten/ kota. Anggarannya ditransfer ke BPBD, kalau ada kepala BPBD Jember boleh nanti dibagikan juga pada beliau nggih meskipun misalnya beliau tidak masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), karena dana bantuan kita memang untuk warga yang terdampak Covid–19. Sementara untuk menambah protein, kami kirimkan 500 kg telur untuk warga yang sedang di observasi di Jember Sport Garden", pungkas Khofifah. *(DI/HB)*