Jumat, 04 Maret 2016

Peringati HPN, PWI Mojokerto Berbagi Ke 3 Lembaga Sosial 

Baca Juga



Kab. MOJOKERTO - (harianbuana.com).

   Menandai serangkaian peringatan Hari Pers Nasional tahun 2016, puluhan jurnalis yang tergabung dalam wadah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Mojokerto dari berbagai latar belakang media pemberitaan, melakukan kegiatan bakti sosial dengan menyerahkan bantuan di tiga Lembaga Kegiatan Sosial Anak (LKSA) yang ada wilayah diwilayah Kabupaten Mojokerto, Jum'at (04/03/2016) pagi.

   Puluhan awak media TV, radio, cetak serta online yang peduli dengan kehidupan sosial anak-anak yatim piatu, secara kompak berbagi di LKS Asyifa' Desa Purworejo Kec. Pungging, PAY Hidayatul Hikmah Desa Kaligoro Kecamatan Kutorejo, LKS Asyifa' dan PAY Al-Nur Fatmah Kec. Trawas Kabupaten Mojokerto.

 "Tiga lembaga sosial yang kita datangi merupakan lembaga yang tidak berhubungan dengan kepemudaan. Mereka mendapatkan sumber dana secara mandiri dan tidak mengandalkan bantuan dari Pemerintah Daerah", jelas Ketua PWI Mojokerto, Acmad Andung Kurniawan.

  Atas dipilihnya tiga lembaga tersebut sebagai sasaran bakti sosial, Ketua PWI Mojokerto menyatakan bahwa sumbangsih yang dikumpulkan oleh para jurnalis ini tepat sasaran. "Mudah-mudahan... bantuan yang kita salurkan bisa sedikit meringankan kebutuhan ketiga lembaga sosial itu", ungkap Achmad Andung Kurniawan.

Budi Prasetyo salah-satu wartawan radio, saat menyerahkan bantuan sosial.


   Budi Prasetyo salah-satu wartawan radio yang didaulat menjadi panitia acara mengatakan, bahwa bantuan yang diberikan kepada masing-masing lembaga sosial itu meliputi 100 kg beras, minyak goreng, gula dan sejumlah uang. "Kiranya beberapa bantuan ini dapat menunjang kehidupan anak-anak di panti-panti tersebut", ujarnya.

   Sementara itu, dalam kegiatan bakti sosial tersebut, didapat temuan yang perlu mendapat perhatian lebih dari Pemerintah. Pemilik LKSA As Syifa, gus Pa'at mengeluhkan sulitnya untuk mendapatkan air bersih. "Kalau ditanya kurang apa, jujur kita kekurangan air bersih. Tak hanya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk mandi saja, melainkan juga kebutuhan air bersih untuk minum dan memasak. Terutama saat musim kemarau", keluh gus Pa'at. 

   Menurut gus Pa'at, saat musim penghujan, meski kondisinya tidak layak untuk dikonsumsi, masih dibantu oleh air hujan. Sedangkan air dari PDAM sendiri, walaupun ada namun tak bisa setiap hari bisa dinikmatinya. Sebab, kondisinya sehari nyala empat hari mati. Dan, debit air yang bisa dinikmati oleh warga pun tak sesuai dengan kebutuhan.

   "Air bersih menjadi barang berharga, baik di sini maupun di perkampungan warga. Kami bahkan sempat membuat kolam penampung air sungai tapi airnya tidak layak untuk dikonsumsi. Meski demikian, terpaksa kami gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara untuk membuat sumur sangatlah tidak mungkin", ungkap gus Pa'at.

   Dijelaskan oleh gus Paat juga, bahwa ada salah satu pabrik yang mencoba melakukan pengeboran hingga kedalaman lebih dari 200 meter belum keluar air. Warga berharap, ada program dari Pemkab Mojokerto agar Desa Purworejo tak menjadi kampung paceklik air.

   "Jalan satu-satunya, pemerintah harus menambah kapasitas air PDAM yang masuk wilayah ini. Karena tidak ditempat ini saja yang kesulitan air bersih. Sejumah desa di wilayah perbatasan Kecamatan Pungging dan Trawas juga mengalami kondisi yang sama", jelas gus Pa'at, seraya penuh harap.  *(DI/Red)*