Senin, 06 Maret 2017

Junaedi Malik : Mengenang Sosok Abah Sholeh Hasyim Laskar Sabilillah Pimpinan KH. Nawawi (Wafat Di Mojokerto)

Baca Juga

Almarhum H. Sholeh Hasyim (bersedekap) mantan pejuang Hizbullah/Sabilillah NU Mojokerto.

Kota MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un..., demikian selayaknya ungkapan kata yang harus diucapkan oleh seorang muslim ketika mendengar ada umat muslim lainnya meninggal dunia. Tak terkecuali dengan yang dilakukan oleh tokoh muda NU Kota Mojokerto Junaedi Malik yang juga menjabat sebagai ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Ansor Kota Mojokerto begitu mendapat kabar bahwa abah Sholeh Hasyim "Sate Bangil" malam ini (Senin, 6 Maret 2017) telah wafat.

Ketua PC GP Ansor Kota Mojokerto, Junaedi Malik yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto menerangkan, bahwa sebenarnya nama abah Sholeh Hasyim ini sudah sering didengarnya melalui koleganya, yakni Abdullah Masrur. "Saat menanyakan tentang perjuangan Hizbullah/Sabilillah Mojokerto, maka pak Masrur selalu menyuruh saya untuk menemui pemilik warung Sate Bangil yang ada dikawasan jalan Mojopahit (Red : Kota Mojokerto)", terang Junaedi Malik, Senin (06/03/2017) malam.

Lebih jauh, Junaedi Malik memaparkan, ketika koleganya menyebut nama abah Sholeh Hasyim, yang ada dalam angannya 'Abah Sholeh sudah susah untuk diajak komunikasi'. Pasalnya, karena sudah udzur. Karena asumsi itulah Junaedi Malik tidak segera menemui Abah Sholeh diwarungnya. Setelah lama difikikan, untuk memastikan bila abah Sholeh masih bisa diajak komunikasi, ketua PC GP Ansor Kota Mojokerto inipun menggali informasi dengan menanyakannya pada beberapa orang terlebih dahulu. ""Mohon maaf, perkiraan saya pasti dia sudah pikun. Karena sering kali menemui orang tua yang hidup zaman revolusi sudah mengalami penyakit degenaratif tersebut. Untuk memastikannya, saya sempat menanyakan keberadaan dan kondisi kesehatan abah Sholeh kepada beberapa teman", papar Junaedi Malik.

Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto, Junaedi Malik menjabarkannya, bahwa informasi yang didapat Risalatul Muawanah yang tak lain adalah penulis sejarah Pesindo Mojokerto menyebutkan jika abah Sholeh masih bisa diajak komunikasi. Demikian juga informasi yang didapatnya dari Wak Kaji Woelyono Al Jossy (nama tenar dari H. Woelyono). Bahkan, kaji Woel bersedia mengantar langsung untuk menemui Abah Sholeh yang kebetulan sudah cukup akrab abah Sholeh Hasyim.

Hingga dipertengahan Desember 2016 lalu, Junaedi Malik baru mendatangi warung 'Sate Bangil' milik abah Sholeh yang berada dikawasan jalan Mojopahit Kota Mojokerto. Setelah pesan sate, dari dalam rumah muncullah orang tua yang langsung meminta kipas sate dari anaknya. Beberapa saat kemudian, abah Soleh mengantarkan 10 tusuk sate diatas meja yang gunakan Junaedi. Nah, saat inilah tatapan mata abah Sholeh tertuju pada rompi hijau dengan logo Banser yang sengaja dipakai Junaedi Malik.

Melihat Junaedi Malik mengenakan rompi Banser, kontan saja, abah Sholeh berujar bahwa dirinya juga punya pakaian Banser sembari beranjak masuk kedalam rumah. "Begitu abah Sholeh melihat saya mengenakan rompi Banser, abah Sholeh langsung berkata, 'Saya juga punya baju baju Banser', dan langsung bergegas dengan sigap masuk kedalam rumah", jabar Junaedi Malik, seraya menirukan ucapan almarhum abah Sholeh Hasyim kala itu.

Tidak lama kemudian, lanjut Junaedi Malik, abah Sholeh keluar sambil membawa baju almamater Ansor lengan pendek. Almahum abah Sholeh Hasyim menunjukkan tulisan namanya yang tertera dibalik baju Ansor itu. Dimana dibalik baju Ansor itu terdapat tulisan "Sholeh Hasyim PC Ansor Djember", tulisan tangan ejaan lama dengan menggunakan spidol permanent. Kesimpulan saya, abah Sholeh masih sehat dan lancar menjawab beberapa pertanyaan yang sempat saya ajukan. Daya ingatnyapun sungguh luar biasa, karena masih bisa mengingat beberapa nama dan peristiwa masa lalu yang aku coba klarifikasi. Dan, dengan penuh semangat almarhum menceritakan apa yang diketahuinya dulu", lanjutnya.

Junaedi Malik menilai, kondisi almarhum abah Shole Hasyim saat itu bisa dikatakan cukup sehat untuk golongan umur seusianya. Bahkan, tampak dengan nikmatnya almarhum menghisap rokok kretek kesukaannya. "Kepada saya, saat itu abah Sholeh mengaku lahir pada tahun 1928. Ketika berbincang dengan saya, beliau masih tampak dengan nikmatnya menghisap rokok kretek Dji Sam Su. Maka, kesan saya tentang kesehatan beliau, tidak tampak ada penyakit yang diderita pada usia yang cukup sepuh itu", cetusnya.

Setelah pertemuan pertamanya tersebut, imbuh Junaedi Malik, Ketua PC GP Ansor Kota Mojokerto yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto ini kembali mendatangi warung 'Sate Bangil' milik almarhum, untuk sarapan pagi. Saat itu, dengan akrabnya almmarhum menyambut kedatangan Junaedi Malik seolah menerima kunjungan seorang yang telah lama dikenalnya. "Dua hari yang lalu, ada keinginan menikmati sate diwarung baliau. Sayangnya, keinginan itu tidak terlaksana", imbuhnya.

Terakhirnya, malam ini, Senin (06/03/2017) sekitar pukul 23.05 WIB, tiba-tiba ada inbox masuk hand-phone milik Junaedi Malik yang mengabarkan bahwa mantan anggota Laskar Sabilillah Mojokerto yang dipimpin Kyai Haji Nawawi itu telah wafat. "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un..., satu lagi orang yang bisa menuturkan sejarah perjuangan NU di Mojokerto telah dipanggil oleh ALLAH SWT. Terkait itu, dari aktifitasnya sebagai seorang da'i, maka saya yakin abah Sholeh Hasyim wafat dalam ke Husnul Khatimah-an. Amiin...", pungkas Junaedi Malik.
*(DI/Red)*