Baca Juga
Ketua Satgas Rumpun Kuratif Penanganan Covid–19 Jatim dr. Joni Wahyuhadi di Gedung Negara Grahadi – Surabaya.
Kota SURABAYA – (harianbuna.com).
Ketua Satgas Rumpun Kuratif Penanganan Covid–19 Jatim dr. Joni Wahyuhadi mengungkapkan awal-mula manajemen PT. HM Sampoerna Tbk. mendatangi Pemprov Jatim. Yang mana, pihak manajemen PT. HM Sampoerna merasa penanganan Covid–19 di pabriknya belum selesai.
"Tanggal 28 April, pihak manajemen ke sini. Merek ke sini, merasa ada yang belum selesai penanganan Covid–19 di pabrik mereka. Mereka tahu besarnya masalah", ungkap Ketua Satgas Rumpun Kuratif Penanganan Covid–19 Jatim dr. Joni Wahyuhadi di Gedung Negara Grahadi – Surabaya, Sabtu (02/05/2020) malam.
Diterangkannya, penanganan Covid–9 di pabrik PT. HM Sampoerna Tbk. belum selesai karena dari 488 karyawan ada 165 karyawan yang sudah di test Swab PCR. Namun, hasilnya hingga hari ini belum keluar. Padahal, pemeriksaan sudah dilakukan sejak 14 April 2020 yang lalu.
"Jadi gini, ada 165 (karyawan) oleh mereka (dilakukan test swab) PCR sendiri. Nah... hasilnya belum ada. Kita sedang cari ini hasilnya", terang Joni.
Lebih lanjut, Dirut RSU dr. Soetomo ini menjelaskan, bahwa terhadap 323 karyawan pabrik PT. HM Sampoerna lainnya itu pihaknya telah melakukan rapid test. Hasilnya, 91 reaktif, 232 lainnya negatif.
Dijelaskannya pula, bahwa terhadap 91 orang karyawan yang hasil rapid test-nya reaktif positip, langsung diisolasi di salah-satu hotel di Surabaya.
"Kenudian, dari 91 itu, 46 sudah diperiksa Swab di RSU dr. Soetomo, hasilnya 34 positif. Bila ditotal dengan yang meninggal 2 positif lalu, maka sementara ada 36 yang positif dari pabirk Sampoerna. Sisa 45 diusahakan hari ini bisa keluar hasilnya, karena memang di RSU dr. Soetomo pasien yang di swab menumpuk banyak. Tapi ingat, yang 165 masih belum tahu ya hasilnya", jelasnya pula.
Joni menandaskan, pihak manajemen pabrik PT. HM Sampoerna pernah menyampaikan, bahwa mereka juga sudah melakukan koordinasi dengan Dinkes Kota Surabaya, hingga melakukan rapid test dan test swab PCR secara mandiri.
"Berarti ada yang kurang di dalam proses mereka sejauh ini. Mereka sudah mandiri, mencoba melakukan rapid test dan test PCR mandiri lho. Tapi hasilnya belum keluar sampai sekarang. Saat ini, kita bantu untuk mencari itu hasilnya, karena banyak yang belum keluar hasilnya. Mereka bingung mungkin mereka memang harus dibantu", tandasmya.
Karena pihak PT. HM Sampoerna pernah berkoordinasi dengan Dinkes Kota Surabaya, Joni dan tim pun melakukan koordinasi dengan langsung menghubungi Kepala Dinkes Pemkot Surabaya Febria Rachmanita.
"Saya bilang akhirnya, 'oke Bu Kadinkes Surabaya, kalau begitu kita tangani ini bareng-bareng, karena ini problem besar'. Jadi, sebetulnya sudah kita arahkan demikian, begitu", lanjutnya.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada semua pihak khususnya Pemkot Surabaya untuk tidak saling berdebat. Ia berharap semua bisa bergotong royong secara detil menyelesaikan kluster Sampoerna. Karena kluster ini merupakan salah satu cluster terbesar di Kota Surabaya bahkan di Jatim.
"Saat ini sudah waktunyalah kita gotong royong. Kan arahan dari Gubernur juga harus gotong-royong. Ini masalah besar. Tidak untuk engkel-engkelan, tapi untuk diselesaikan bareng. Kalau dari pihak Sampoerna, mereka sudah sangat kooperatif. Selalu nanya kalau butuh jalan keluar. Semoga saja kita diberikan jalan keluar terbaik", pungkasnya. *(DI/HB)*