Rabu, 24 Februari 2016

Pemkot Mojokerto Dorong Tumbuh Kembangnya UKM

Baca Juga

Mas Agoes :  "Jangan sampai kita hanya menjadi penonton di negeri sendiri"


Sekdakot Mojokerto, Mas Agoes Nirbito Moenasi Wasono saat menyampaikan sambutan.

Kota MOJOKERTO - (harianbuana.com).

   Dalam suatu industri yang ditandai dengan adanya interaksi strategik diantara organisasi bisnis yang saling bersaing, niscaya mereka akan terlibat dalam strategi defensif dan ofensif dalam menjalankan strategi pemasaran. Dalam hal ini pula, strategi defensif dibagi menjadi strategi pra-entri dan strategi pasca-entri. Strategi pra-entri dilakukan ketika para manajer bisnis merasa perlu mencegah hadirnya pendatang baru ke pasar sebagai ancaman potensial. Karena jika pendatang baru sudah terlanjur memasuki kancah pesaingan maka akan lebih sulit untuk menghadangnya agar keluar dari gelanggang industri.

   Dengan demikian, para manajer dituntut untuk menggunakan strategi defensif untuk mempertahankan posisi mereka. Arena persaingan akan memaksa organisasi bisnis senantiasa terlibat untuk menggunakan baik strategi defensif maupun ofensif. Suatu persaingan terjadi ketika sejumlah pelaku bisnis merasakan adanya baik ancaman maupun peluang dalam kancah industri atau untuk mempertahankan dan atau meningkatkan posisinya dalam suatu industri.

   Strategi ofensif dan defensif dalam akses pasar di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kian dikuatkan dikalangan pengusaha alas kaki Kota Mojokerto. Strategi ofensif melalui penyiapan produk alas kaki sebagai produk unggulan Kota Mojokerto pun terus dipoles Pemerintah  Daerah setempat. Sedang strategi defensif dilakukan melalui penyusunan standarisasi produk sepatu, seperti yang digarap Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan puluhan wirausahawan alas kaki se Kota Mojokerto, di Pendopo Graha Praja Wijaya, Pemkot Mojokerto, Rabu (24/02/2016).

   Dalam sambutannya, Sekretaris Daerah Kota (Sekdakot) Mojokerto, Mas Agoes Nirbito Moenasi Wasono menuampaikan, bahwa Kota Mojokerto merupakan salah-satu bagian dari MEA. Jika ditarik dalam kondisi yang lebih spesifik, produk alas kaki seperti sepatu dan sandal dari perajin Kota Mojokerto harus siap bersaing secara bebas dengan produk UKM negara-negara Asean lainnya. “Dalam menghadapi MEA, pelaku usaha alas kaki harus bisa menciptakan dan mengembangkan produk-produk yang berkualitas. Karena MEA bukan sekedar tempat bertemunya semua negara ASEAN tapi bisa dilihat sebagai ajang pertandingan ekonomi. Jangan sampai kita hanya menjadi penonton di negeri sendiri", tutur Mas Agoes.

   Agoes Nirbito pun menandaskan, jika penguatan bagi UKM harus terus dilakukan dan Diskoperindag harus benar-benar memberi perhatian khusus, utamanya terkait standardisasi produk agar mampu bersaing dan perluasan akses pemasaran produk hasil UKM. “Selain itu UKM juga harus didorong untuk dapat tumbuh dan berkembang kaitannya dengan budaya perusahaan. Dua aspek ini harus dilakukan dengan seimbang, seiring dan sejalan. Dengan demikian setiap pelaku UKM dapat memahami dan menerapkannya secara utuh dan komprehensif", tandasnya.

   Lebih lanjut, Mas Agoes Nirbito menandaskan, jika perkembangan dan kelangsungan pengusaha alas kaki, tergantung pada cara menyikapi era pasar bebas ini. “Kami dari unsur Pemerintah Daerah, melalui SKPD teknis, akan terus berupaya melakukan pembinaan dan pengembangan UKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standard produk agar mampu meningkatkan kinerja dan menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi. Termasuk memfasilitasi akses pemasarannya,” tandasnya.  *(DI/Redaksi)*