Rabu, 22 Juni 2016

Polemik Tambang Galian C Di DesaTalok, Nyaris Menjadi Ajang Bentrok Ratusan Warga Dua Desa

Baca Juga

Warga Dusun Peting Desa Talok saat berjaga-jaga di dekat lokasi tambang galian C.


Kab. MOJOKERTO - (harianbuana.com).
Fenomena bermunculannya lahan galian C (pasir dan batu) dikawasan wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto yang belakangan ini semakin marak, sangat meresahkan warga sekitar lokasi tambang. Seperti yang terpantau diperbatasan antara Kecamatan Ngoro dan Trawas Kabupaten Mojokerto, tepatnya di Desa Lolawang Kecanatan Ngoro. 

Keberadaan eksplorasi tambang galian C yang diduga tidak mengantongi ijin alias ilegal ini membuat warga sekitar sangat resah. Adanya penambangan yang diduga liar ini, setidaknya akan menyebabkan akses jalan yang menuju Desa Sugeng Kecamatan Trawas, akan semakin memperihatinkan. Selain kurangnya pengawasan dari para pihak terkait, hal tersebut disebabkan beberapa dum truk yang keluar masuk dengan muatan galian C itu. Apalagi diketahui memasuki musim hujan kali ini, warga yang melintas harus lebih waspada dan ekstra hati-hati kalau tidak mau celaka.

Belum kelar dengan permasalahan lokasi tambang galian C dilokasi Desa Lolawang, muncul kejadian baru dilokasi penambangan galian C lainnya yang malah nyaris meyebabkan terjadinya bentrok antara ratusan warga dua Desa.
Ratusan warga dua Desa di Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto bersitegang dan nyaris bentrok, Rabu (22/06/2016). Mereka mempersoalkan kondisi akses jalan yang dilewati untuk armada truk pengangkut galian C yang berlokasi di Dusun Peting Desa Talok. Sementara warga Dusun Sumbersono Desa Sumbersono yang berbatasan dengan lokasi galian, pada sepekan yang lalu telah meminta kompensasi sebesar Rp. 150 juta.

Dikomandani Totok mantan Kepala Desa (Kades) Talok, ratusan warga dari Dusun Peting Desa Talok terlihat dalam kondisi tegang menunggu kedatangan warga Desa Sumbersono, dengan maksud akan mempertanyakan tentang warga Dusun Sumbersono yang meminta kompensasi ke pengusaha galian C yang dimiliki Andrew asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Sementara itu pula, tampak puluhan warga Dusun Sumbersono juga standby dipertigaan Dusun setempat. Mereka menunggu pertemuan yang digelar tertutup di salah satu rumah warga. "Mintanya apa? Kalau minta kompensasi terus berapa? Jangan seperti ini, malah berlarut-larut dan tidak selesai persoalan kompensasi", kata Totok dengan nada tinggi saat berada dirumah Kades Sumbersono, Trisno Hariyanto.

Untuk mengantisipasi adanya konflik yang berujung pada bentok antar warga dua Desa tersebut, jajaran kepolisian dari Polsek Dlanggu serta Polres Mojokerto dikerahkan untuk tampak berjaga-jaga disekitar area pertambangan galian C dan meminimalisir serta menghindarkan bentrokan antara warga dua Desa itu.

Dalam pertemuan mendadak yang dihadiri Camat Dlanggu Luluk Djatmiko serta jajaran kepolisian seperti Kasat Intel Polres Mojokerto AKP Idham Chalid, Kasat Narkoba AKP Sahari, Kasubag Dalops AKP Sumar, Totok tampak naik pitam dengan berbahasa lantang kepada Kades Sumbersono dan terus menanyakan berapa kompensasi yang diminta oleh warga.

Mantan Kades Talok, Totok saat pertemuan di rumah Kades Sumbersono

Diluar dugaan, karena tak ada kata kesepakatan, Totok justru keluar dari rumah Kades Sumbersono. Sedangkan, Camat Dlanggu serta beberapa aparat keamanan masih berada diruang tamu rumah Kades Sumbersono. Camat Dlanggu meminta agar mediasi digelar di kantor Kecamatan, namun tawaran tersebut ditolak Kades Sumbersono. "Kami meminta mediasi digelar di lokasi pertambangan, bukan dikantor Kecamatan. Ini persoalan tanggung-jawab kepada warga", kata Trisno Hariyanto. 

Sebagaimana diketahui sebelumnya, ratusan warga Desa Sumbersono Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto, Sabtu (11/06/2016), terpaksa memblokade akses keluar masuk armada truk bermuatan pasir dan batu dari lokasi galian C di Desa setempat. Aksi spontanitas itu digelar dengan cara melarang seluruh armada truk masuk ke lokasi pertambangan yang berada diarea perkebunan tebu itu.

Informasi dilapangan menyebutkan, bahwa kemarahan warga memuncak lantaran pihak pengusaha tak memberikan kompensasi kepada Desa. Pasalnya, jalan Desa yang dilintasi truk menjadi rusak parah. Mereka pun lantas mendatangi lokasi pertambangan dengan mengendarai sepeda motor. Awalnya, hanya duduk-duduk santai, namun setelah warga melihat sejumlah armada truk keluar masuk ke lokasi pengerukan sertu dengan alat berat, warga pun mulai menghadang truk yang memuat pasir dan batu yang melintas.
*(DI/Red)*