Senin, 14 November 2016

Belum Rampung Digarap Jembatan Rejoto Ambrol, Rekanan Terancam Sanksi Blacklist Jika Proyek Tak Selesai Akhir Tahun

Baca Juga

Wali Kota :  "Apapun Caranya Itu Urusan Pemborong. Pokok Desember Jembatan Rejoto Harus Selesai".


Kondisi jembatan Rejoto beberapa menit pasca ambrol, Jum'at (11/11/2016) pagi.


Kota MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Mengejutkan sekali, masih dalam proses pengerjaan saja, proyek Pembangunan Jembatan yang akan menghubungkan Kelurahan Pulorejo—Blooto (Rejoto) dengan sistim penganggaran multi-years (tahun jamak) yang pada tahun anggaran 2016 ini diplot senilai Rp. 40 miliar, Jumat (11/11/2016) pagi sekitar pukul 08.55 WIB sudah ambrol dibagian balok grider (bentang tengah)-nya.

Terkait hal itu, Wali Kota Mojokerto Mas'ud Yunus menjelaskan, bahwa ambruknya jembatan Rejoto menjadi tanggung-jawab sepenuhnya pihak kontraktor. Orang nomor satu dijajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto inipun bersikukuh pada perjanjian kerja awal, agar mega proyek senilai Rp. 40,2 miliar itu paling lambat sudah harus selesai diakhir tahun ini. Jika tidak, pihaknya akan menerapkan sanksi blacklist kepada rekanan. "Ambruknya jembatan Rejoto pada Jum'at (Red : 11/11/2016) pagi itu, murni adalah suatu kecelakaan. Apapun caranya itu urusan pemborong. Pokoknya, Desember jembatan Rejoto harus selesai. Kalau tidak, kena sanksi sesuai aturan berupa denda atau paling berat kita blacklist", jelasnya, tandas.

Jembatan yang akan menghubungkan Kelurahan Pulorejo—Blooto di Kecamatan Prajurit Kulon itu ambruk ketika pekerja dari PT. Wika memasang balok penghubung ke-enam balok girder sepanjang 50 meter pada bentang tengah jembatan Rejoto. Namun (hingga kini belum diketahui penyebab pastinya), tiba-tiba saja balok girder ke-6 ambruk dan menimpa 5 balok girder lainnya yang sudah terpasang pada tumpuan. "Mau gimana lagi, itu kecelakaan murni. Hari ini Dinas PU melakukan penghitungan ulang progres dan reschedul pekerjaan", cetus Wali Kota Mojokerto Mas'ud Yunus kepada sejumlah wartawan, Senin (14/11/2016) siang.

Sebelum jembatan sepanjang 130 meter itu ambruk, PT. Brahma Kerta Adiwira dan PT. Wika selaku pabrikasi dan pelaksana konstruksi jembatan sudah mengerjakan 80% dari target pembangunan. Namun, jauh sebelumnya, banyak pihak yang meragukan bahwa mega proyek yang mulai digarap pada Januari 2016 itu akan rampung tepat waktu pada akhir tahun ini.

Atas tragedi ambrolnya konstruksi balok girder (bentang tengah) jembatan tersebut pada Jum'at-pagi (11/11/2016) yang lalu, membuat keraguan sejumlah pihak semakin menguat. Dengan terjadinya tragedi tersebut, maka pihak rekanan hanya mempunyai waktu 1,5 bulan untuk merampungkan bentang tengah jembatan sepanjang 50 meter yang harus dimulai dari awal. Sementara proses pembuatan balok girder dan pemasangan pada tumpuan merupakan pekerjaan yang paling banyak memakan waktu.

Ketua DPRD Kota Mojokerto, Purnomo.

Sementara itu pula, ambruknya jembatan Rejoto juga menjadi perhatian kalangan dewan. Ketua DPRD Kota Mojokerto, Purnomo menyatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk mengklarifikasi penyebab ambruknya mega proyek itu. "Nanti kami panggil kepala PU untuk klarifikasi. Penyebab ambruknya jembatan, menurut analisa kami, bisa juga karena human error atau bisa jadi pelaksana kurang profesional", ujarnya.

Ketua DPRD Kota Mojokerto pun menyatakan, agar dijatuhkan sanksi tegas kepada rekanan jika pembangunan jembatan Rejoto tak selesai tepat waktu. Hanya saja, perpanjangan masa kontrak masih dimungkinkannya. "Kalau tak selesai, perpanjangan pengerjaan silakah, tapi sanksi denda tetap harus diterapkan", ujarnya.

Sholeh, Kasi Pelaksana PT. Wika partnership PT. Brahma Kerta saat pers pasca ambrolnya proyek Pembangunan Jembatan RejotoJum'at (11/11/2016) sore.

Sebelumnya, Kepala Seksi (Kasi) Pelaksa PT. Wika, Mohammad Sholeh mengungkapkan, bahwa ambruknya konstruksi jembatan terjadi pada bagian bentang tengah sepanjang 50 meter yang sedianya akan terhubung dengan balok girder ke-7. Namun, ketika terjadi peristiwa nahas itu, para pekerja sedang memasang balok girder ke-6 pada tumpuan. Sementara lima balok lainnya sudah terpasang pada tumpuan masing-masing. "Sekitar pukul 08.55 WIB, tiba-tiba saja terjadi goyang pada bagian tengah balok girder ke-enam. Hal ini menimbulkan efek pada balok girder yang paling ujung dan terguling menimpa balok girder sampingnya. Seperti efek domino, akhirnya enam balok terguling semua lalu tercebur kesungai dan rusak",  ungkap Sholeh kepada sejumlah wartawan saat press realease, Jum'at (11/11/2016) sore, diruang aula kantor DPU Kota Mojokerto.

Menurut Sholeh, hal itu masih beruntung. Pasalnya, tak ada korban jiwa dalam kecelakaan kerja tersebut. Meski demikian, saat itu, Sholeh belum bisa memastikan apa yang mnejadi penyebab terjadinya guncangan pada balok ke-6 saat akan dipasang pada tumpuan. Untuk memenuhi tanggung-jawab PT-nya, saat ini pihaknya fokus mencetak 6 balok girder pengganti, yang setidaknya akan membutuhkan waktu sekitar 20 hari.
*(DI/Red)*


BERITA TERKAIT :

Pasca Ambrol, Target Rampung Pembangunan Jembatan Rejoto Dipastikan Molor

Jembatan Rejoto Ambruk, DPRD Sidak LSM Tergerak

Masih Dalam Pengerjaan, Jembatan Rejoto Senilai Rp. 40 Miliar Sudah Ambruk....!!

Komisi II DPRD Kota Mojokerto Sidak Pengerjaan Proyek Pembangunan Jalan Dan Jembatan Rejoto

DPU Akui Pengerjaan Proyek Rejoto Meleset Dari Jadwal, Butuh Waktu Untuk Tunjuk Rekanan Pengganti

Pelaksana Proyek Rejoto Senilai Rp. 42 Miliar Terancam Sanksi Black List

Proyek Mega Miliar GMSC dan Rejoto Target Rampung Oktober, Gamapala Desember

Wawali Kawal Pelaksanaan Proyek Rejoto

Lelang Proyek Jalan Dan Jembatan Rejoto Rp. 42 Miliar "Dimainkan"...?