Jumat, 11 November 2016

Jembatan Rejoto Ambruk, DPRD Sidak LSM Tergerak

Baca Juga

DPRD Kota Mojokerto saat Sidak dilokasi ambruknya jembatan Rejoto, Jum'at (11/11/2016).
Ketua LSM-AKP Mojokerto, Andre Winardi


Kota MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Mojokerto melakukan Sidak (inspeksi mendadak) dilokasi proyek Pembangunan Jembatan Rejoto (Pulorejo—Blooto) dikawasan wilayah Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto, Jumat (11/11/2016) siang.

Hanya saja, saat para wakil rakyat itu tiba dilokasi Proyek Pembangunan Jembatan Rejoto ini, pelaksana penanggung-jawab proyek Pembangunan Jembatan Rejoto, yang dalam hal ini adalah PT. Brahma Kerta Adiwara tidak berada ditempat. Ditunggu hingga beberapa saat lamanya, Direktur PT. Brahma Kerta pun tak kunjung menampakkan dirinya.

Kontan saja, hal ini ditanggapi ketus oleh Ketua Komisi II DPRD Kota Mojokerto, Aris Budi Prasetiyo. Menurutnya, proyek senilai Rp. 40 miliar ini harus dipertanggung-jawabkan oleh PT. Brahma Kerta Adiwara. “Kita ambil hikmahnya. Kedepan, pemenang lelang proyek diharuskan yang berpengalaman dan benar-benar selektif. Yang pasti, ambruknya jembatan ini yang bertanggung jawab adalah kontraktor”, tegasnya, Jum'at (11/11/2016) siang.

Kondisi ini, membuat kalangan dewan harus puas ditemui oleh Suharyanto yang taknlain adalah Supervisor PT. Brahma Kerta Adiwara untuk menjelaskan kronologis ambruknya jembatan tersebut. “Pada saat pemasang grider, kemungkinan besar disebabkan tiupan angin yang sedemkian kencangnya, sehingga menyentuh yang lainnya dan berjatuhan”, ungkap Suharyanto.

Atas penjelasan yang disampaikan oleh Suharyanto tersebut, justru memantik reaksi keras Ketua DPRD Kota Mojokerto, Purnomo. Yang mana, menurut Purnomo, sungguh merupakan sesuatu yang tidak masuk jika ambruknya grider disebabkan oleh terjangan angin. “Sungguh tidak masuk akal sekali jika ambruknya balok grider disebabkan tertiup angin. Kita lakukan investigasi dulu”, tegas Purnomo.

Terpisah, hal senada pun diungkapkan Ketua LSM-AKP (Aliansi Kebijakan Publik) Kab/Kota Mojokerto Andre Winardi. Bahkan, dungkapkannya pula, jika terjangan angin dapat meroboh balok grider sebesar dan seberat itu, setidaknya akan ada sejumlah rumah warga  sekitar jembatan Rejoto yang berterbangan karena kuatnya terjangan angin. "Logikanya, kalau terjangan angin dapat menjatuhkan balok grider sebesar dan seberat itu sehingga menimpa balok grider dibawahnya dan ambrol kesungai, setidaknya akan ada satu—dua rumah warga sekitar yang berterbangan diterjang angin", ungkap Andre.

Lebih jauh, Andre menyatakan dugaannya, bahwa peristiwa ambruknya jembatan Rejoto senilai Rp. 40 milyar yang ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2016 ini, diduga kuat karena adanya kesalahan teknis perencanaan atau teknis pemasangan balok grider ataupun bahan-bahan yang digunakan dan atau malah kesemuannya. "Sebut saja ini gagal dan bisa saya pastikan tidak akan rampung sesuai jadwal. Diduga kuat, kegagalan proyek ini karena kesalahan teknis perencanaan atau teknis pemasangan balok grider ataupun bahan-bahan yang digunakan atau bisa-bisa malah kesemuannya", duga Andre.

Dalam catatannya, lanjut Andre Winardi, proyek multi-years Pembangunan Jembatan Rejoto yang menyedot dana APBD Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2016 hingga  Rp. 40 milyar ini sudah kisruh sejak awal dan bahkan sampai terjadi pelaporan ke Kejaksaan. "Catatan saya, proyek Pembangunan Jembatan Rejoto yang menelan dana APBD hingga Rp. 40 milyar ini, sudah kisruh sejak pertama-kali diumumkannya pemenang lelang. Latar belakangnya, rebutan 'berkat'. Tentu banyak sesuatunya sehingga diperebutkan oleh banyak pihak. Sampai-sampai, istilah pengawalan saja terjadi saling klaim antar pejabat. Kalau sekarang ini jembatannya ambruk, pengawalnya siapa...?!", lanjutnya, tandas.

Menurut Andre Winardi, diduga kuat pula, ambruknya Jembatan Rejoto tersebut karena adanya kesalahan dalam pemasangan balok grider (bentang tengah) ke-6 sepanjang 50 meter itu tidak dipasang tiang penyangga, sehingga tidak mampu menahan beban. "Kuat dugaan pula, ambruknya Jembatan Rejoto tersebut karena kesalahan dalam pemasangan balok grider (bentang tengah) ke-enam sepanjang 50 meter itu tidak dipasang tiang penyangga, sehingga tidak mampu menahan beban. Kita lihat nanti, apakah ada kerugian negara yang ditimbulkannya", pungkasnya.

Sementara itu, ambruknya jembatan Rejoto sempat membuat panik sejumlah pekerja proyek dan mengagetkan warga sekitar lokasi proyek. Beruntung, peristiwa ambruknya jembatan Rejoto ini tidak ada korban jiwa. Meski pihak kontraktor pelaksana proyek PT. Brama Kerta akan bertanggung jawab, namun tetap saja, peristiwa ambruknya Jembatan Rejoto ini menggagalkan target rampung proyek pembangungan jembatan tersebut yang dipatok hingga akhir tahun 2016 ini.  *(DI/Red)*


BERITA TERKAIT :

Masih Dalam Pengerjaan, Jembatan Rejoto Senilai Rp. 40 Miliar Sudah Ambruk....!!

Komisi II DPRD Kota Mojokerto Sidak Pengerjaan Proyek Pembangunan Jalan Dan Jembatan Rejoto

DPU Akui Pengerjaan Proyek Rejoto Meleset Dari Jadwal, Butuh Waktu Untuk Tunjuk Rekanan Pengganti

Pelaksana Proyek Rejoto Senilai Rp. 42 Miliar Terancam Sanksi Black List

Proyek Mega Miliar GMSC dan Rejoto Target Rampung Oktober, Gamapala Desember

Wawali Kawal Pelaksanaan Proyek Rejoto

Lelang Proyek Jalan Dan Jembatan Rejoto Rp. 42 Miliar "Dimainkan"...?