Selasa, 21 Maret 2017

Community TB-HIV Care Aisiyah Deklarasi Kota Mojokerto Bebas TB

Baca Juga

Ketua Community TB Care Aisiyah SSR Kota Mojokerto Tatik Lutfiati saat menyampaikan laporan, Selasa (21/03/2017) siang, diruang rapat gedung DPRD Kota Mojokerto.

Kota MOJOKERTO — (harianbuana.com).
Pimpinan Daerah (PD) Community TB-HIV Care Aisyiyah SSR Kota Mojokerto bersama Organisasi Masyarakat (CSO), menggelar deklarasi 'Mewujudkan Kota Mojokerto Bebas TB', Selasa (21/12/2017) siang, diruang rapat gedung DPRD Kota Mojokerto. Hadir dalam deklarasi tersebut Wali Kota Mojokerto Mas'ud Yunus, Kepala Dinkes Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto Dra. Christiana Indah WW, Apt MSi., juga Ketua Community TB Care Aisyiyah SSR Kota Mojokerto Tatik Lutfiati beserta segenap jajaran pengurus Community TB Care ‘Aisyiyah SSR Kota Mojokerto dan Organisasi Masyarakat (CSO)-nya.

Dalam laporannya, Ketua Community TB Care Aisiyah SSR Kota Mojokerto Tatik Lutfiati melaporkan, bahwa dalam upayanya memberantas dan menaggulangi penyakit tuberkoluse (TB) di Kota Mojokerto, Community TB Care Aisyiyah SSR Kota Mojokerto bersama CSO-nya telah melakukan gerakan 'Ketuk 1000 Pintu' yang dimulai sejak tanggal 7 Maret hingga 20 Maret 2017, dengan melibatkan 43 kader (CSO). "Para kader mengetuk dari satu pintu ke pintu rumah-rumah penduduk di Kota Mojokerto. Para kader menanyakan satu-persatu anggota keluarga yang dimungkinkan saja menderita TB", lapor Tatik Lutfiati dalam deklarasi ini, Selasa (21/12/2017)

Hingga saat ini, lanjut Tutik Lutfiati, sudah ada 1.411 rumah yang diketuk pintunya. Dimana, dari jumlah tersebut terdapat 135 orang suspect atau penderita TB yang sudah dirujuk ke puskesmas. “Dari 1.411 rumah yang diketuk terdapat 135 orang suspect yang kita rujuk ke Puskesmas dan 74 diantaranya sudah postif TB dan sudah melaksanakan rujukan ke instansi terkait. Sisanya, masih suspect. Artinya, masih terduga menderita TB, namun belum menjalani pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan laboratorium", lanjutnya.

Lebih jauh, Ketua Community TB Care Aisiyah SSR Kota Mojokerto Tatik Lutfiati menerangkan, bahwa dari data yang diperoleh SSR Community, hampir 10 persen rumah yang didatangi ternyata suspect menderita TB. Sementara untuk kendala yang dihadapi dilapangan, pada umumnya masyarakat masih banyak yang tertutup jika ada anggota keluarganya yang menderita TB. “Bahkan ada satu rumah yang diketuk pintunya, 4 anggota keluarganya suspect menderita TB”, terangnya.

Dijelaskannya pula, selain masih banyak masyarakat yang tertutup jika ada anggota keluarganya yang menderita TB, juga masih banyak masyarakat bahkan menolak untuk dilakkukan identifikasi. “Selain masih banyak yang tertutup, juga banyak masyarakat yang menolak ketika ditanya tentang kemungkinan adanya anggota keluarganya yang kemungkinan terserang TB. Untuk itu, dalam kesempatan ini pula, saya harap para kader agar jangan berputus asa. Teruslah berjuang untuk tugas mulia ini”, jelasnya, tandas.

Ketua Community TB Care Aisiyah SSR Kota Mojokerto Tatik Lutfiati memaparkan, bahwa penemuan ini penderiata TB ini bukanlah tujuan yang ingin dicapai Community TB Care SSR Kota Mojokerto. Justru yang lebih terpenting adalah penanganan lanjutan terhadap para penderita TB. Pasalnya, seorang penderita TB bisa menulari 10 hingga 15 orang terdekatnya dalam setahun. “Menemukan saja tanpa berbuat apa-apa, ya apa artinya. Yang terpenting penanganan selanjutnya. Karena, satu orang penderita TB bisa menularkan penyakiitnya kepada 10 sampai 15 orang, terutama anggota keluarganya", papar Tatik Lutfiati.

Ditegaskannya, tindakan lanjutan ini sangatlah penting, karena proses penyembuhan pada penderita TB tidak bisa sekali obat. Minimal, dibutuhkan waktu 6 bulan bagi penderita TB untuk minum obat secara rutin. Dan, jika hal ini tidak-dilaksanakan secara rutin, maka pengobatan yang dilakukan akan tidak maksimal yang bisa jadi sia-sia. “Diperlukan pengobatan secara rutin minimal enam bulan. Apabila pengobatannya terhenti sehari saja, maka penderita harus memulai lagi dari awal. Jika ini terjadi, dibutuhkan PMO (Red : Pendampingan Menelan Obat)", tegasnya.

Menurut Tatik Lutfiati, hal lain yang mengkhawatirkan adalah tentang penyebaran penyakit TB sangatlah cepat. Yakni, melalui kontak secara langsung dan pernafasan serta udara yang tercemar (air ludah terbawa angin/udara). Diharapkannya, ada peran serta masyarakat untuk menanggulangi TB dan mewujudkan Kota Mojokerto bebas TB. Salah satunya dengan menjadi PMO bagi anggota keluarganya maupun masyarakat sekitarnya. “Kalau hanya mengandalkan kader kami yang jumlahnya tebatas, kok rasanya kurang maksimal. Untuk itu, peran serta masyarakat sebagai PMO sangat penting”, pungkas Ketua Community TB Care Aisiyah SSR Kota Mojokerto Tatik Lutfiati.
*(DI/Red)*