Baca Juga

Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri.
Kota JAKARTA – (harianbuana.com).
Tim Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memanggil Ida Nursida selaku istri mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Hasbi Hasan sebagai Saksi perkara dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) pengurusan perkara di MA yang menjerat Hasbi Hasan.
Kepala Bagian (Kabag) Pemberitaan KPK Ali Fikri selaku Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK mengatakan, Ida dipanggil dalam kapasitasnya sebagai Saksi dugaan suap jual beli perkara di MA yang menjerat suaminya dan mantan pengusaha Dadan Tri Yudianto
"Hari ini (Senin 25 September 2023), bertempat di Gedung Merah Putih KPK, Tim Penyidik menjadwalkan pemanggilan dan pemeriksaan Ida Nursida (PNS/ Dosen UIN Banten). (Pemeriksaan) bertempat di gedung Merah Putih KPK, jalan Kuningan Persada Kav. 4 Setiabudi, Jakarta Selatan", terang Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri selaku Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK dalam keterangannya, Senin (25/09/2023).
Ali belum menginformasikan apa yang akan digali oleh Tim Penyidik KPK dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ida Nursida. Berdasar data catatan awak media, Ida pernah diperiksa Tim Penyidik KPK pada Kamis (24/08/2023) lalu bersama anaknya, Widad Zahra Adiba.
Hanya saja, saat itu keduanya menolak memberikan keterangan sebagai Saksi atas perkara yang menjerat Hasbi Hasan tersebut. Saat ditemui usai menghadap Tim Penyidik KPK di ruang pemeriksaan, Ida Nursida juga irit bicara. Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Sultan Hasanuddin Ida Nursida tak mau menjawab pertanyaan awak media dengan jelas.
Selain Ida Nursida, Tim Penyidik KPK hari ini juga menjadwal pemeriksaan 5 (lima) Saksi lainnya. Kelima saksi itu terdiri dari wiraswasta, notaris hingga ibu rumah tangga. Berikut 6 (enam) Saksi perkara tersebut yang dijadwalkan diperiksa Tim Penyidik KPK di Gedung KPK jalan Kuningan Persada Kavling 4 Setiabudi Jakarta Selatani:
1. Ida Nursida (Pegawai Negeri Sipil/ Dosen UIN Banten);
2. Rinaldo Septariando B (Wiraswasta);
3. Dewantari Handayabi (Notaris);
4. Handy Musawan (Wiraswasta);
5. Evy Nuviati (Wiraswasta); dan
6. Rosaliana Soesilowati Zaenal (Ibu Rumah Tangga)
Sementara itu, Tim Penyidik KPK masih terus mendalami dan mengembangkan dugaan tindak pidana korupsi pengurusan perkara di MA. Termasuk menelusuri dugaan aliran dana korupsi yang menjerat Sekretaris MA Hasbi Hasan, salah-satunya dengan mendalami pendirian rumah produksi PT. Athena Jaya. Tim Penyidik KPK menduga, Hasbi Hasan diduga terlibat dalam pendirian perusahaan tersebut.
Beberapa waktu sebelumnya, Tim Penyidik KPK telah beberapa kali memanggil finalis ajang pencarian bakat menyanyi di Indonesia Windy Bastari Usman alias Windy Idol. Tim Penyidik KPk di antaranya mendalami pengetahuan Windy soal aliran uang, aset Hasbi yang dikelolanya, hingga pendirian PT. Atena Jaya Production.
Bahkan, pada Rabu (20/09/2023) lalu, Tim Penyidik KPK mendalami kedekatan Windy Idol dengan mantan Sekretaris MA Hasbi Hasan, termasuk proses perkenalan mereka.
"Saksi hadir dan didalami pengetahuannya antara lain masih terkait dengan awal dan proses perkenalan hingga kedekatan Saksi dengan Tersangka HH", ungkap Ali Fikri dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Jum'at (22/09/2023).
Dalam perkara ini, Tim Penyidik KPK menduga, Hasbi Hasan selaku Sekretaris MA diduga menerima jatah Rp. 3 miliar untuk mengondisikan perkara kasasi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Intidana.
Suap diduga diberikan oleh Heryanto Tanaka yang notabene merupakan pengusaha sekaligus debitur Koperasi Simpan Pinjam Inti Dana (KSP ID) yang sedang berperkara di MA melalui perantara mantan Komisaris Independen Dadan Tri Yudianto. Dari Heryanto Tanaka, Dadan diduga menerima uang Rp. 11,2 miliar dalam 7 (tujuh) kali transfer.
Dalam perkara ini, Tim Penyidik KPK telah menetapkan Hasbi Hasan dan Dadan Tri Yudianto sebagai 'Tersangka Baru' atau Tersangka ke-16 (enam belas) dan Tersangka ke-17 (tujuh belas) perkara dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) pengurusan perkara di MA. Namun, KPK belum mengumumkannya secara resmi dan belum melakukan penahanan.
Perkara tersebut mencuat ke permukaan setelah Tim Satuan Tugas (Satgas) Penindakan KPK menggelar serangkaian kegiatan Tangkap Tangan (TT) di lingkungan MA pada 21 September 2022. Dari serangkaian kegiatan Tangkap Tangan yang digelar Tim Satgas Penindakan di Jakarta dan Semarang itu, KPK awalnya mengumumkan penetapan 10 (sepuluh) Tersangka. Berikut daftar 10 nama yang diumumkan KPK sebagai Tersangka awal perkara tersebut:
1. Sudrajad Dimyati (SD) merupakan hakim agung pada Mahkamah Agung;
2. Elly Tri Pangestu (ETP) merupakan hakim yustisial/panitera pengganti Mahkamah Agung;
3. Desy Yustria (DY) merupakan PNS pada kepaniteraan Mahkamah Agung;
4. Muhajir Habibie (MH) merupakan PNS pada kepaniteraan Mahkamah Agung;
5. Nurmanto Akmal (NA) merupakan PNS Mahkamah Agung;
6. Albasri (AB) merupakan PNS Mahkamah Agung;
7. Yosep Parera (YP) merupakan pengacara;
8. Eko Suparno (ES) merupakan pengacara;
9. Heryanto Tanaka (HT) merupakan swasta/debitur Koperasi Simpan Pinjam Intidana; dan
10. Ivan Dwi Kusuma Sujanto (IDKS) merupakan swasta/ debitur Koperasi Simpan Pinjam Inti Dana (KSP ID).
Dari pengembangan penyidikan perkara tersebut, Tim Penyidik KPK kemudian kembali menetapkan 3 (tiga) Tersangka. Ketiganya, yakni:
1. Gazalba Saleh selaku Hakim Agung Kamar Pidana MA;
2. Prasetio Nugroho selaku Hakim Yustisial di MA sekaligus Asisten Hakim Agung Gazalba Saleh; dan
3. Redhy Novasriza selaku Staf Hakim Agung Gazalba Saleh.
KPK kemudian mengumumkan penetapan Hakim Yustisial atau Panitera Pengganti di Mahkamah Agung (MA) Edy Wibowo (EW) sebagai Tersangka Baru (Tersangka ke-14) perkara tersebut dan langsung melakukan penahanan pada Senin 19 Desember 2022.
Menyusul kemudian, pada Jum'at (17/02/2023) malam, KPK kembali mengumumkan penetapan Wahyudi Hardi (WH) selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit (RS) Sandi Karsa Makassar (SKM) sebagai 'Tersangka Baru' atau Tersangka ke-15 (lima belas) perkara dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) pengurusan perkara di MA dan langsung melakukan penahanan.
Penetapan 'Tersangka Baru' atau Tersangka ke-15 perkara tersebut merupakan hasil pengembangan penyidikan perkara yang telah menjerat Edy Wibowo (EW) selaku Hakim Yustisial atau Panitera Pengganti di MA sebagai Tersangka Penerima Suap.
Dari hasil pengembangan penyidikan perkara yang telah menjerat Edy Wibowo selaku Hakim Yustisial atau Panitera Pengganti di MA sebagai Tersangka Penerima Suap, Tim Penyidik KPK menemukan bukti kuat dugaan Wahyudi Hardi (WH) selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit (RS) Sandi Karsa Makassar (SKM) diduga telah memberikan suap kepada Edy Wibowo selaku hakim yustisial atau panitera pengganti di MA hingga berkesimpulan menetapkan Wahyudi Hardi selaku Ketua Yayasan RS SKM sebagai Tersangka Pemberi Suap.
Terbaru, dari hasil pengembangan perkara dan bukti permulaan yang cukup, Tim Penyidik KPK kembali menetapkan adanya 2 (dua) 'Tersangka Baru' atau Tersangka ke-16 (enam belas) dan Tersangka ke-17 (tujuh belas) perkara tersebut. Namun, KPK belum mengumumkan secara resmi 2 pihak yang ditetapkan sebagai 'Tersangka Baru' atau Tersangka ke-16 dan Tersangka ke-17 perkara tersebut dan belum melakukan penahanan.
Meski KPK saat itu belum secara resmi mengumumkan penetapannya sebagai Tersangka, pasal yang disangkakan maupun konstruksi perkara atas dugaan keterlibatannya dalam perkara tersebut, Sekretaris MA Hasbi Hasan telah mengajukan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Adapun gugatan praperadilan itu sendiri, telah didaftarkan Hasbi Hasan di PN Jakarta Selatan pada Jum'at 25 Mei 2023 dengan register nomor perkara: 49/Pid.Pra/203/PN JKT.SEL
Dalam perkara dugaan TPK suap pengurusan perkara di MA ini, KPK secara resmi telah mengumumkan penetapnn Sudrajad Dimyati, Elly Tri Pangestu, Gazalba Saleh, Prasetio Nugroho, Redhy Novarisza, Nurmanto Akmal, Desy Yustria, Muhajir Habibie, Albasri dan Edy Wibowo sebagai Tersangka Penerima Suap. Adapun Heryanto Tanaka, Yosep Parera, Ivan Dwi Kusuma Sujanto, Eko Suparno dan Wahyudi Hardi telah diumumkan penetapannya sebagai Tersangka Pemberi Suap.
Sebagai Tersangka Penerima Suap, Sudrajad Dimyati, Elly Tri Pangestu, Gazalba Saleh, Prasetio Nugroho, Redhy Novarisza, Nurmanto Akmal, Desy Yustria, Muhajir Habibie, Albasri dan Edy Wibowo disangkakan melanggar Pasal 12 huruf c atau Pasal 12 huruf a atau b Jo Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sebagai Tersangka Pemberi Suap, Heryanto Tanaka, Yosep Parera, Ivan Dwi Kusuma Sujanto, Eko Suparno dan Wahyudi Hardi disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 13 atau Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. *(HB)*
BERITA TERKAIT: